Years Ago

54.9K 325 2
                                    

"Tidak! Jangan lakukan itu, Yah! Kumohon..."

"Sudahlah, Nak. Ibumu sudah sangat keterlaluan. Kesabaran Ayah sudah habis!"

"Tidak, Ayah! Dia Ibuku, dia istrimu! Tolong ampuni Ibu, Yah, kumohon!"

"Lebih baik pergilah, Nak. Pergilah dari sini!"

Tak menunggu lama lagi Ayahku langsung mengayunkan tangannya yang sedang memegang pisau dapur ke arah perut Ibuku. Dan...

"Aaaghhhhhh!" Teriakan itu berasal dari Ibuku yang sedari tadi hanya menangis pasrah.

"Tidak! Ibu! Ibu! Bertahanlah, Bu. Aku akan menelpon ambulan dan juga polisi."
"Apa kau bilang? Ambulan? Polisi? Hah?!!"

"Kau pembunuh! Kau Ayah biadab! Suami biadab! Orang tua biadab! Lelaki tua yang biadab! Aku sangat membenci orang gila sepertimu!!" Ucapku lantang di depan wajah Ayahku.

"Plaakkk!" Tangan Ayah dengan cepatnya menampar wajahku.
"Pergi kau! Pergi kau anak kurang ajar! Pergi!"

"Baik. Baik, aku akan pergi. Tapi aku juga akan melaporkan kejadian ini ke polisi!! Dan kau akan mati membusuk di penjara! Camkan itu!" Ucapku tak kalah berani kepada Ayahku.

"Dasar anak tidak tau diuntung!!"

Aku pun berlari meninggalkan orang tua gila itu dan menuju kantor polisi untuk segera melaporkan kejadian itu. Berlari sekencang mungkin.

*****


Aku merasa sangat lega melihat Ayahku dimasukkan ke dalam mobil polisi. Dia telah membunuh Ibuku. Dia harus menerima hukuman. Tak ada rasa sedih sedikitpun yang aku rasakan saat ini. Aku benci dia.

Aku pun menuju mayat Ibuku untuk melihatnya yang terakhir kali sebelum dimasukkan ke dalam karung jenazah. Aku memeluk, menangis tersedu-sedu, hingga berteriak depresi atas apa yang aku lihat. Ibuku telah tiada. Sosok yang sangat aku sayangi. Maafkan anakmu ini, Bu.

Tak lama kemudian mereka segera membawa mayat Ibuku. Aku pun hanya bisa terdiam, termenung sambil memandangi mobil ambulan yang mulai menghilang dari pandanganku.

Sakit. Itulah yang aku rasakan. Kini siapa yang bisa mendidik dan merawat ku? Nenek? Dia sudah terlalu renta untuk melakukan itu. Bibi? Paman? Ku rasa mereka tak akan mau. Ya, mereka terlalu sibuk. Lalu dengan siapa aku akan tinggal? Siapa yang akan menyekolahkan aku? Satu-satunya harapanku adalah kakak sepupuku, Rey. Dia selalu baik kepadaku. Baiklah, aku akan menemuinya malam ini.


***

Ting tong...
Suara bel rumah sepupuku yang telah aku pencet.
"Iya, tunggu sebentar!" Serunya dari kejauhan yang masih mampu ku dengar.
Ceklekk..
"Oh, hai, Flo!" Ya, namaku adalah Floryn. "Hai." Sapaku kembali.
"Wohooo... Sudah lama kita tidak bertemu." Dia memelukku. Dan aku pun membalas pelukannya.
Kami pun segera masuk ke dalam rumah Rey.

Aku menceritakan tentang kejadian yang baru saja ku alami. Dia terlihat sangat shock mendengar ceritaku. "Benarkah begitu, Flo? Sungguh aku sangat tak percaya Ayahmu akan melakukan hal segila itu." Aku hanya mengangguk sambil menangis sedih.

Setelah lelah menangis, aku pun segera masuk ke kamar yang sudah dia sediakan untukku. Lelah sangat terasa di badanku. Bukan hanya badan, hatiku juga terasa lelah. Sangat.








Hohoho...
Gue kembali lagi dengan cerita yang berbeda 😂😂
Sebelumnya sih gue pernah bikin cerita "I'm Not A Psychopath" tapi ga bisa ngelanjutin karna aplikasi wattpad sempet ke uninstall dan gue lupa passwordnya😢😢😢 #curhat lu thor?? Wkwk :v

Oke, anggep aja ini karya pertama gue hihihi

Vote yaaaa,
See you😘

Go to SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang