Teman Psikopat Ku

13.6K 105 3
                                    

"Ya ampun, kok bisa ya? Kasian orang tuanya pasti sedih tuh." Aku mendengar beberapa murid mengeluh sambil menatap papan pengumuman saat aku sedang berjalan menuju ruang kelas. Aku yang merasa penasaran pun juga ikut mengerumuni papan pengumuman itu. Ternyata ada kabar bahwa Sisil, teman sekelasku menghilang sejak sepulang sekolah kemarin siang.

Tunggu...
Bukankah kemarin yang aku lihat adalah Sisil sedang bersama Alex waktu sepulang sekolah?

Alex! Di mana Alex? Aku harus mencarinya.

Aku berjalan mengitari hampir seluruh penjuru gedung ini tapi belum juga menemukan keberadaan Alex.
"Krriiinggg... "
Terdengar bunyi bel masuk dan aku pun segera menuju kelas.

Aku melangkah ke arah bangkuku sambil berpikir, apakah memang Alex yang telah menghilangkan Sisil? Entah mengapa tak henti-hentinya aku terus memikirkan hal itu. Ketika aku duduk, aku mulai menyadari ada orang lain di sebelahku. Aku pun menoleh untuk melihatnya dan yang ku temukan adalah Alex. Pria yang ku cari-cari sedari tadi hingga aku berkeliling sekolah ternyata ada di sini? Di bangku tepat di sebelahku? Oh, ya Tuhan, benar-benar manusia aneh. Tunggu, siapa yang aneh? Alex? Atau aku? Ah, sudahlah, ini sungguh tidak penting.

Guru pun memasuki ruang kelas. Membuat semua murid yang sedang berbincang-bincang tentang hilangnya Sisil segera duduk di bangku masing-masing.

Aku menulis secarik surat lalu merobek kertas itu dan memberikannya kepada Alex. Tak lama kemudian Alex membalas surat itu. Dan kami pun mengacuhkan pelajaran yang sedang diberikan oleh guru karena asik menulis surat.

"Gue mau ngomong sama lo pas jam istirahat."
_Flo_

"Ngomong apaan?"
_Alex_

"Ntar juga lo tau. Udah, pokoknya temuin gue di gudang sekolah jam istirahat."
_Flo_

"Kalo gue ga mau gimana?"
_Alex_

"Ya lo harus mau lah."
_Flo_

"Maksa."
_Alex_

"Bodo!"
_Flo_

Dan bla, bla, bla...
Begitulah isi surat yang kami tulis karena tak ingin ada seorang pun yang tahu.







*****







"Mana nih si Alex? Udah lima belas menit tapi belum nongol juga batang idungnya." Gerutuku sendirian karena memang tak ada satu orangpun di tempat ini. Ya, aku sedang berada di gudang sekolah, tempat yang sangat jarang dilalui murid maupun staf sekolah ini, menunggu Alex datang karena ada sesuatu yang ingin ku tanyakan padanya.

"Hei, sorry lama. Tadi gue ke toilet dulu." Alex mengatakannya sambil menyengir ke arahku. Ekspresi yang sangat menjengkelkan.
"Duh, lama banget lo datengnya. Gue udah nunggu lima belas menit nih di sini sampe jamuran nih gue." Omelku panjang lebar karena memang aku tak suka menunggu.
"Iya, iya, kan gue udah bilang sorry. Mau ngomong apaan sih nih btw?"

"Ehemm. Gini nih, gue tau kemaren sepulang sekolah lo boncengan kan sama si Sisil? Dan sekarang ada berita Sisil ilang. Lo pasti ada sesuatu, ya kan?" Tanyaku menginterogasi Alex.

"Eh, tunggu, tunggu. Maksud lo, lo nuduh gue nih?"

"Ngga, bukannya gue nuduh lo, gue cuma nanya aja, gue pengen tau yang sebenernya. Jawab dulu pertanyaan gue."

"Iya, kemaren emang gue nganterin Sisil pulang. Abis gitu gue langsung pulang kok. Gue ga bawa kemana-mana."

"Alex, mending lo jujur sama gue, ada sesuatu yang lo sembunyiin kan? Jujur aja Lex. Gue bisa jaga rahasia rapet-rapet kok. Gue janji."

"Ah, lo apaan sih Flo! Gue ga tau apa-apa. Seriusan."

"Gue tau kalo lo udah ngebunuh Sisil. Bener kan?" Tanyaku berbisik tepat di telinganya. Ya, aku tau, Alex yang telah membunuh Sisil. Tadi aku tidak sengaja melihat ke dalam tas milik Alex. Di situ terdapat pita yang kemarin dipakai oleh Sisil. Aku juga melihat ada bercak darah di pita itu.

"Ssstt! Lo kalo ngomong jangan asal ya!" Alex menjawabnya dengan nada agak tinggi.

"Atau jangan-jangan lo psikopat?"

"Sekali lagi lo ngomong, gue abisin lo!" Kata Alex sambil menutup mulutku dengan tangannya. Aku pun berusaha melepaskan tangan Alex dari mulutku.

"Santai dong! Mending lo jujur. Btw gue juga psikopat sih." Kataku dengan nada dingin di akhir kalimat.

"Seriusan lo?!"
Aku hanya membalas dengan anggukan kepala.

"Emang apa buktinya?"

"Lo tau Vita? Murid di kelas kita. Dia gue bunuh tepat sehari sebelum lo masuk ke sekolah ini." Jelasku masih dengan nada yang sangat dingin.

"Oh, gitu. Iya deh, gue ngaku. Gue kemaren bunuh Sisil. Emang lo tau dari mana kalo gue ngelakuin itu?"

"Gue tadi ga sengaja liat pita yang dipake Sisil kemaren di dalam tas lo. Ada bercak darah."

"Duh, gue teledor banget ya? Gue lupa ga nyimpen tuh pita dulu sebelum berangkat sekolah."

Aku hanya tersenyum dingin mendengar Alex berbicara. Lalu aku pun bertanya lagi karena aku belum puas dengan jawaban-jawaban yang diberikan Alex.

"Kenapa lo bunuh Sisil?"

"Ya, abisnya dia tuh centil banget. Minta anterin pulang lah, apa lah, risih gue. Jadi ya, gue bunuh aja tuh cewe."

"Hahaha, emang sih tuh cewe centilnya amit-amit" Timpalku sambil tertawa-tawa​.

"Nah, lo kenapa bunuh Vita?"

"Gue kesel aja. Masa nih ya, baru sehari gue sekolah di sini, dia tuh udah ngatain gue sok cantik. Padahal kan emang gue cantik ya? Hehehe.. jadi ya gue bunuh aja terus gue bakar deh mayatnya."

"Huhh, pede amat lo. Jadi kita sama-sama psikopat nih ya?"

"Yupp"

"Krriiinggg... Krrriiiingggg..."
Aku dan Alex pun segera berjalan menuju kelas sambil tertawa-tawa karena merasa lucu dengan perbuatan kami itu. Lucu. Memang lucu.

"Ntar malem gue mau kita ketemuan di taman deket rumah gue." Pinta Alex, mungkin dia ingin merencanakan sesuatu. Jadi aku menyetujuinya.












Heyyooo what's up gengsss😄😅
Gue balik lagi setelah sekian lama hehe :v:v
Maaf banget ya ceritanya dikit😚 gue juga lagi sibuk jadi baru sempet update deh😚😚

Next gue panjangin deh sepanjang jembatan Suramadu😂😂 gue ga janji tapi yaa😂😂

Oke, see you😘 Vomment-nya jangan lupa💋💋

Go to SleepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang