Antara kebetulan dan takdir

11 0 0
                                    

Hari berlalu begitu cepat, waktu liburan Alice dimulai sejak ia menyelesaikan beberapa urusan kampusnya. Ia berencana untuk berlibur ke London, menemui nenek dan kakeknya. Sayangnya, Alex tidak bisa ikut dengan Alice karena urusan pekerjaannya jauh lebih penting. Mom Jennifer pun memutuskan untuk pergi menemui orang tuanyas bersama Alice, walaupun hanya beberapa hari.

Nenek Emma dan Kakek Jamie, tinggal di sebuah perumahan yang membuat Alice iri karena ia merasa betah tinggal di situ. Dia juga sempat meminta untuk kuliah di London namun Mom Jennifer tidak mengijinkannya. Rumah orang tua Mom Jennifer terlihat sepi dan sangat cocok untuk orang seusai mereka tinggal di kawasan perumahan itu. Beruntungnya lagi, berkat nenek dan kakeknya, Alice punya seorang teman yang tinggal di kawasan itu, namanya Mikey. Keduanya begitu akrab, Alice bahkan berkali-kali berkunjung ke rumah Mikey. Adik Mikey, Luna, juga akrab dengan Alice.

"MICKKKK!!!!" teriak Alice saat ia menelpon Mikey.

Mikey terlihat baru bangun tidur saat ia menelponnya, "hei...apa kamu selalu berteriak saat menyebut namaku, ah?" suara paraunya terdengar di telinga Alice.

"Hei pemalas! Bangun lah! Ayo kita ketemu," sahut Alice.

"Apa kamu di London?!" Mikey terkejut mendengarnya.

"Iya! Ayo kita keluar," ajak Alice.

"Ah beruntungnya!" Mikey terdengar merencanakan sesuatu.

"Ada apa?" Alice penasaran.

"Besok Luna ulang tahun...," suara Mikey terdengar kecil. "...aku belum membelikannya kado. Jadi...aku ingin mengajakmu pergi mencari kado untuknya," katanya. Alice langsung mengiyakannya. Mereka janjian usai jam makan siang.

Sekitar pukul 8 malam, Alice dan Mikey tiba di rumah Mikey. Alice mampir ke rumah Mikey untuk sekedar menyapa kedua orang tua Mikey dan Luna. Saat Luna tahu Alice datang, ia langsung keluar dari kamarnya dan datang menemui Alice. Dia bahkan memeluk Alice. Keduanya sangat beruntung bisa saling mengenal satu sama lain karena Alice ingin sekali punya saudara perempuan, begitu juga dengan Luna.

Alice pamit pulang sekitar jam 9 malam, dia berjalan pulang ke rumah nenek kakeknya. Sesaat ponselnya berbunyi, "mommy?" sahutnya. Dia langsung mengangkatnya. Rupanya Mom Jennifer meminta anaknya untuk membeli mie instan kesukaannya. "Sejak kapan?" Alice tercengang karena sang mommy mau makan mie instan. "Oke. Aku belikan," sahutnya. Ia penasaran apa yang membuat mommynya ingin makan mie instan. Untungnya ada toko yang masih buka di sekitar perumahan itu.

Alice berjalan masuk ke dalam dan mencari mie instan yang mommynya inginkan. "Aku...," seraya ia mencari merek mienya. "Ini dia!" dia menemukan merek mie itu. Seketika itu Alice bingung karena ia penasaran merek mie yang membuat mommynya ingin makan mie instan. "Aku akan membelinya juga," akhirnya dia membelinya untuk dirinya sendiri. Saat ia selesai membayar dan hendak pulang, beberapa langkah ia keluar dari toko itu ponselnya berdering lagi.

Sebuah nomor tak dikenal menelpon Alice sekarang, "apa...di sini aman?" suasana dingin membuatnya merinding. Dia menghiraukan panggilan itu dan berjalan pulang lagi, tetapi nomor itu menelponnya lagi. Alice penasaran, ia pun mengangkatnya dengan rasa ragu. "Ya...halo?" sahutnya. Usai ia menjawab panggilan itu, tiba-tiba panggilan itu terputus secara tiba-tiba. Jantung Alice berdegup kencang seketika.

"Apa ini terror?" pikiran Alice mulai pergi ke mana-mana. Dia buru-buru pulang tetapi lagi-lagi terhenti ketika seseorang menyentuh pundaknya.

"Alice?!"

Alice menoleh dan langsung mengumpat orang itu. Dia buru-buru minta maaf saat ia menyadari orang yang baru saja menyentuh pundak adalah orang yang pernah ia temui. "Maafkan aku...," ia bahkan memohon karena telah mengumpat orang itu.

December is Coming #1Where stories live. Discover now