Sejak hari itu berlalu, hidup Justin dan Alice kembali seperti biasanya. Justin menyibukkan diri dengan hobinya. Dia mulai membuat momen perjalanannya dengan Alice. Sementara Alice, sibuk mencari kado untuk Alex dan mencari lokasi yang bagus untuk pesta kejutan ulang tahun Alex. Alice dan Mom Jennifer akan pergi ke Paris sekitar dua hari setelah Natal. Dia harus menyiapkan segalanya dengan baik dan juga membuat beberapa video dokumenter tentang Alex. Dia belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Dia merasa saatnya Alex menerima banyak cinta darinya.
Orang tua Mom Jennifer menolak ikut ke Paris karena mereka terlanjur membuat janji dengan teman-temannya di malam tahun baru. Akhirnya hanya Alice dan mommynya yang pergi ke Paris. Sebelum Alex dan daddynya tiba di Paris, Alice pergi ke beberapa tempat yang ingin Alex kunjungi dan mengambil foto juga merekamnya.
Seharisebelum Alex datang, Alice menyempatkan diri untuk pergi ke museum Louvre. Diabegitu mengagumi museum itu. Dia datang seorang diri tanpa sang mommy. Sebelumia pergi ke museum Louvre, Alice sempat pergi ke Musee d'Orsay. Langkah kaki Aliceterhenti tepat di depan piramida terkenal di museum Louvre itu. Seketika itujuga ia tenggelam dalam kesepiannya. Pikirannya mengingatkan dirinya tentangucapan Justin saat di London Eye, "adasatu hal yang ingin aku katakan. Tapi...sekarang...aku masih ragu. Jika kitabertemu lagi nanti...aku akan katakan itu," ucapan Justin menggema dalambenaknya.
Angin berembus membelai rambut Alice, kepalanya diangkat, matanya menatap ke langit, dia menghela napasnya, "apa yang ingin ia katakan?" tanyanya. "Kapan kita akan bertemu?" tanya batinnya. Napasnya terdengar dihela olehnya lagi. Dia berbalik dan dikejutkan dengan sosok lelaki bertopi hitam dan berjaket hitam. Alice terkejut, "astaga!" dia hampir saja mengumpat lagi.
"Hei! Apa kamu selalu datang mengejutkanku," tidak diduga Alice bertemu dengan Justin di Paris. Alice masih heran, baru saja dia bertanya tentang pertemuan mereka lagi, "tiba-tiba dia ada di sini sekarang. Apa ini kebetulan? Atau...," tanya batinnya. Justin mengerti alasan Alice heran, dia punya beberapa jadwal di Paris usai Natal kemarin. Hari ini adalah jadwal terakhir Justin di tahun ini. Kebetulan ia melakukan sesuatu proyek di museum Louvre, alasan itu yang membuat museum Louvre sedikit lebih lengang dari biasanya.
"Ah aku sudah menduga alasan kenapa di sini sepi," ungkap Alice masih kesal.
Justin masih terdiam menatap Alice, "bagaimana bisa ini terjadi lagi?" sahut batinnya.
"Aku tidak pernah menduga hal seperti ini terjadi padaku. Apa ini benar nyata?" sahut batin Alice.
Justin pun memulai pembicaraan, tetapi sebelum memulainya Alice lebih dulu bicara, "aku ingin...mendengar kata-kata yang ingin kamu katakan waktu itu. Ingat, kan?" tanyanya. Justin memutar ingatannya, kemudian dia mengangguk pada Alice. Mata Justin berputar melihat ke arah sekitarnya. Dia melihat ada beberapa orang di sekitar mereka berdua. "Katakan...," sahut Alice penasaran.
Seketika keheningan menyelimuti keduanya, mata Justin kembali menatap Alice sekarang. Kedua bola mata mereka bertemu. "Aku...sedang menatapmu sekarang dan...aku ingin ini...untuk waktu yang lebih lama," sahut Justin. Alice berkedip. "Aku pikir ini terlalu cepat untuk sebuah pertemuan singkat kita. Iya, kan? Tetapi ada satu alasan...karena waktuku dan waktumu berbeda, kita...berada di tempat yang berbeda, kita tidak bisa setiap saat bertemu, aku berpikir saat aku punya kesempatan bertemu denganmu lagi, aku akan mengatakan hal tadi padamu," kata Justin.
Alice terdiam begitu lama di tengah kedinginan, tak lama kemudian dia angkat bicara, "aku...mungkin tidak pantas untuk ini namun...tidak ada yang lebih baik." Dia tersenyum pada Justin. "Aku pikir ini bukan sebuah kebetulan...aku akan anggap segalanya yang telah terjadi adalah sebuah takdir. Waktu berlalu begitu cepat, aku tak menyangka kita bertemu saat Desember akan tiba," ungkap batin Justin. Batin Alice terdengar berbicara juga, "aku tak pernah menyangka saat Desember itu datang, aku bertemu orang baru dalam hidupku."
Satu hal yang Justin rasakan, saat pertama ia bertemu Alice hingga detik ini adalah "kemanapun aku bersamanya aku merasa seperti Paris saat hujan."
***
Pertemuan singkat Alice dan Justin di museum Louvre membuat keadaan mereka berubah. Seperti yang Justin katakan, hari-hari Alice di Paris bersama keluarganya terasa seperti Paris dikala hujan. Alex mendapat kejutan kecil yang begitu mengesankan, dia tak menyangka Alice menyiapkan segalanya sendiri untuk Alex. Saat ulang tahun Alex, dia menyadari bahwa saat ucapan terima kasih Alice di Luna Park waktu itu benar-benar tulus.
"Aku terharu melihatmu seperti," ungkap Alex.
"Apa kini kamu percaya?" tanya Alice. Ia pun memeluk Alex yang sudah menitihkan air matanya lebih dulu.
"Aku sangat beruntung memiliki adik seperti mu," sahut Alex dalam pelukan Alice.
"Aku jauh lebih beruntung punya kakak sepertimu, Alex."
Usai kejutan itu, Alice dan Alex terlihat bicara empat mata di tengah malam. Dia menceritakan segala kejadian yang baru-baru ini ia alami. Dia juga menyinggung tentang Justin pada Alex untuk pertama kalinya. Alex sempat tak percaya, "kalian bertemu akhir bulan November...dan sekarang?" sahutnya. Sejujurnya Alice juga tidak percaya apa yang telah terjadi pada dirinya, "lihat saja kedepan. Aku pikir ada banyak cerita setelah ini," kata Alice.
Alicedan keluarganya akan kembali ke NYC lima hari usai tahun baru. Dia akanmenghabiskan sisa liburannya di NYC hingga akhir Januari. Sementara Justin, diamenghabiskan tahun baru bersama kedua orang tuanya dan menikmati waktu liburnyadi rumah orang tuanya. Dia akan memulai kesibukannya seminggu usai tahun baruuntuk sebuah acara yang sudah timnya rencanakan.
YOU ARE READING
December is Coming #1
FanfictionThe FIRST series!!! Bagaimana suatu kebetulan dan takdir bertemu? Saat itu terjadi segalanya akan menjadi membingungkan. Hal itu terjadi pada seorang penyanyi terkenal yang kini banyak digemari oleh kalangan remaja pada hampir seluruh dunia, Justin...