Prolog

19 4 3
                                    

Dingin mengalir di sepanjang organ yang berdenyut, membuat sesak yang terdalam di sepanjang hati. Merubah senyuman menjadi tangisan.

Aromanya menusuk ke rongga-rongga tulang hingga beku. Bukan sepi, namun sendiri dan kesendirian yang memaksakan untuk bertahan.

Bertahan, hanya omong kosong dan keambiguan. Entah kapan akan berakhir.
Hanya waktu yang akan mengetahui semuanya.

Prisilla, gadis yang sedang duduk di atas jendela kamarnya. Ia hanya memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya, sambil menatap keheningan malam yang sunyi.

Sebenarnya, ia sudah letih dengan semua ini. Skenario apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagai teka-teki yang rumit.

Matanya yang indah sudah bengkak akibat tangisan yang lagi dan lagi ia keluarkan. Kalau saja matanya bisa protes, mungkin ia sudah terkena omelan.

Matanya sudah bosan memproses air mata.

Kenapa ini harus menimpanya? Ataukah ini teguran yang harus ia hadapi. Rasanya ia ingin menghilang dari muka bumi ini, namun tidak bisa.

Ia sudah menarik ulur napasnya, rasanya hanya sia-sia.

Prisilla kembali ke tempat tidurnya dan menutup sebagian tubuhnya menggunakan selimut tebal.

Lama kelamaan matanya tertutup dan ia sudah di alam bawah sadar.

eye's; ChanyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang