"Lo mau cari buku apa?"
"Gue gak tau"
Sudah tidak aneh bagianya jika orang yang ia ajak bicara itu melontarkan kalimat yang selalu tidak ingin dia dengar.
"Lo gangomong?"
"Ngomong apaan?"
"Biasanya kan lo tukang ngomel? Atau karna tadi kita udah sarapan jadi lo gabanyak omong kaya gini?"
"Rese lo"
Fanda melangkah memasuki lorong rak yang berisikan novel. Ia melihat sebuah novel dan mengambilnya, 'Sekarang Seperti Ini, Entah Kalau Nanti'.
"Lo mau beli buku juga?"
Badannya tersentak kaget. Dengan reflek dia tidak sengaja menjatuhkan novelnya.
Gerry membungkukkan badannya lalu mengambil novelnya.
"Sekarang seperti ini, entah atau nanti" ucap Gerry.
"Lo mau beli ini?" Lanjutnya sambil melihatkan novel yang dipegangnya.
"Engga ko, gue cuma liat doang tadi. Gue tunggu didepan." Ucap Fanda lalu pergi meninggalkan Gerry.
Gerry hanya terdiam diri dan menatap buku itu. Entah mengapa hatinya merasa tersindir lalu mengambil satu buah buku lagi dengan judul yang sama.
"Udah?" Tanya Fanda.
"Hm." Jawabnya singkat.
"Temenin gue bayar." Lanjutnya.
"Yaelah kaya cewe aja lo" ucap Fanda.
Gerry membayar semua yang ia beli di kasir termasuk buku-buku yang ia beli. Ada rasa heran dalam diri Fanda melihat yang di beli Gerry.
"Kenapa lo beli novel itu? Dan lo juga beli dua, mau lo makan?" Tanya Fanda.
Gerry hanya diam. Ia tidak menjawab peetanyaan dari Fanda. Fanda yang sadar akan hal itu pun tidak menghiraukannya.
"Mas kasian tuh pacarnya nanya ko ga dijawab" ucap kasir itu sambil memberikan kantong yang berisi buku-buku.
"Aku bukan pacarnya ko mba" ucap Fanda mengelak.
"Iya mba, tadi saya cuma kesel aja ko sama pacar saya ini. Terima kasih, ya mba." Ucap Gerry pergi meninggalkan kasir sembari merangkul Fanda keluar dari toko buku.
Dua buah mata yang tajam mengarah pada Gerry. Entah apa yang dipikirkan anak laki-laki ini. Fanda tidak pernah mengerti.
"Maksud lo apa sih, Ger?" Tanya Fanda sambil melepaskan rangkulan Gerry.
"Lo gila, ya? Gue bukan pacar lo. Ngapain lo ngaku-ngaku pacar gue? Dasar cowo aneh." Ucap Fanda.
Fanda hanya berkomat-kamit sendiri. Ia hanya merasa kesal sekaligus menyesal karena telah mengantar Gerry.
"Gue mau ngemil. Tiba-tiba gue laper lagi. Gue kesel sama lo. Gue nyesel udah mau nganter lo, Ger. Gue ngerasa kalau gue tuh hantu. Hantu kan tembus pandang jadi percuma gue ngomong panjang lebar kaya gini lo juga gakan ngomong apa-apa. Lah, terus kenapa gue malah ngomong panjang kaya gini kalau gue udah tau?" Ucapnya sedikit bingung dan menggaruk tengkuknya.
"Yaudah intinya lo mau cari cemilan dimana?" Tanya Gerry.
"Mini market"
"Ternyata bener, lo bakal ngomong banyak kalau lo laper."
Tak menghiraukan Gerry, Fanda melangkah menuju mini market yang jaraknya tidak jauh dari situ.
'Gue gak ngerti, gue gak ngerti kenapa cewe ini bisa bikin gue penasaran dengan hal yang dia lakuin. Dan yang lebih gue gak ngerti lagi, kenapa harus Fanda?' Batin Gerry.
Gerry mengikuti Fanda masuk kedalam mini market itu. Dia melihat Fanda mengambil roti dengan ragu. Fanda mengambil rotinya namun ia menyimpannya lagi lali mengambil biskuit gandum dan sekotak susu.
"Udah?" Tanya Gerry.
"Lo ngomong sama gue?" Tanya Fanda.
"Yaelah lo gue tanya malah balik nanya. Gak nyambung pula." Jawab Gerry.
"Lo gak beli apa-apa?" Tanya Fanda.
"Baru juga gue masuk, santai aja kali" ucap Gerry.
"Rese lo" ucap Fanda.
Fanda dan Gerry pun akhirnya mencari tempat untuk bisa duduk.
"Disini aja, Ger" ucap Fanda.
"Kenapa lo gamilih didalem?" Tanya Gerry heran.
"Masih pagi kali, Ger, jadi udaranya masih enak."
Mereka pun duduk dengan posisi berhadapan. Tanpa basa basi Fanda pun langsung membuka biskuit yang ia beli dan langsung memakannya. Gerry hanya memperhatikan Fanda dan meminum kopi kaleng yang juga ia beli.
"Keliatannya lo anak sehat banget, ya?" Tanya Gerry.
Fanda hanya membalas dengan tawa.
"Apaan sih lo, Ger? Gue beli ini tuh karna gue emang suka banget biskuit gandum. Iya sih awalnya aneh kenapa gue tiba-tiba suka kue gandum, but not bad. Lumayan enak." Jawab Fanda.
"Fan? Gue liat tadi lo ngambil roti, terus kenapa lo simpen lagi? Kadaluwarsa?" Tanya Gerry lagi.
"Ko lo merhatiin gue banget? Atau jangan-jangan, lo suka sama gue, ya?" Tanya Fanda.
"Gila lo." Jawab Gerry.
"HAHAHA" tawa Fanda.
"Becanda doang kali, Ger! Ya lo pikir aja mana ada mini market jual roti yang udah kadaluwarsa." Jawab Fanda dan masih dilanjut dengan tawa.
"Terus?"
"Gue lupa, Ger. Gue dulu suka banget sama roti but gue punya masalah sama lambung gue. Dan dokter bilang gue harus bisa ganti roti itu sama biskuit. Yaa kaya biskuit gandum ini." Jelas Fanda.
"Maksud lo, lo punya sejenis maag?"
"Sebenernya lebih parah dari itu. Dan gue juga jarang banget makan, kadang makan bikin gue mual"
"Lo jarang makan? Tapi kenapa badan lo masih aja gendut?" Gurau Gerry lalu tertawa.
"Rese lo" balas Fanda.
Gerry mengambil buku dari dalam kantong tadi dan memberikannya pada Fanda.
"Nih buat lo."
"Kenapa buat gue?" Tanya Fanda aneh.
"Yaa anggep aja itu tanda terima kasih gue karna lo udah nganter gue hari ini" jawab Gerry.
"Dan buku yang satu lagi?"
"Kenapa lo kepo?" Tanya Gerry.
Fanda hanya memutar bola matanya malas dan memakan lagi biskuitnya. Lalu ia melirik kearah buku di atas meja yang ada di hadapannya.
'Sekarang seperti ini, entah kalau nanti. Ko gue ngerasa ada yang ganjel sama judulnya.' Batin Fanda.
"Ger, gue mau nanya boleh ga?" Tanya Fanda.
"Tergantung pertanyaan" jawab Gerry.
"Jual mahal banget lo."
"Nanya apa?"
"Kenapa lo pindah?
"Karna bokap gue ditugasin disini"
"Bokap lo bisa disini, tapi kenapa lo juga ikut?"
Gerry tiba-tiba diam.
"emm, gapapa"
"Cemen lo, dasar anak mamih"
"Lo gak perlu tau alesannya." Jawab Gerry.
"Hm"
Gerry mengambil buku dari kantongnya lagi dengan judul yang sama. Ia memandang bukunya lalu menatap Fanda.
'Ini gak mungkin.' Batin Gerry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost but Loved
Teen Fiction" Cukup lo bikin gue sakit hati, Ger. Gue gak mau jatuh lagi " ucap Fanda. Gerry dan Fanda. Dua orang memiliki perasaan yang sama. Tapi hubungan pertemanan mereka tidak seperti teman sewajarnya melainkan seperti lebih dari seorang teman. Hubungan y...