6

20 1 1
                                    

"Dasar cowok sialan." Itu adalah kata-kata yang baru saja Fanda tulis di secarik kertas.

Hanya karena kalimat yang diucapkan Gerry kemarin, berhasil mebuat sesuatu yang bundar dan hitam mengelilingi matanya indahnya.

"Dasar manusia. Cowok sialan." Kesalnya.

Ia pun beranjak dari tempatnya dan pergi menuju dapur. Ia melihat mamahnya sedang memanggang roti untuk sarapan.

"Pagi mah." Ucapnya.

"Pagi sayang. Gimana sekolah kamu?" Tanya Sarah.

"Ya gitu, deh mah. Biasa aja." Balas Fanda sembari mengoleskan mentega pada roti.

"Gimana sama Gerry?"

Hanya satu pertanyaan tapi berhasil membuat Fanda heran dan juga terkejut.

"Kenapa mamah tiba-tiba nanyain Gerry? Aneh, deh."

"Kamu ini ditanya malah balik nanya. Udah lupain aja, sekarang kamu mandi sana. Jangan bikin orang nunggu. Gak sopan." Ucap Sarah.

"Maksud mamah? Ada yang nunggu aku? Siapa?" Tanya Fanda heran.

"Lihat aja sendiri di ruang tamu. Katanya dia mau minta tolong buat cari buku." Jawab Sarah.

"Siapa, sih mah? Kalau Laila, sih gamungkin. Boro-boro buat beli buku, baca buku aja kagak pernah dia." Ucap Fanda yang masih penasaran.

"Lah emang siapa yang bilang kalau itu Laila? Udah sekarang kamu ke ruang tamu aja sana. Nanti juga kamu tahu sendiri"

'Tumben banget ada yang cari gue pagi-pagi gini. Siapa, sih?' Batin Fanda.

Sesampainya di ruang tamu ia melihat punggung seorang laki-laki dengan mengenakan jaket berwarna abu.

Perasaannya tiba-tiba menegang juga bercampur aduk.

"Lo cari gue?" Ucap Fanda memberanikan diri.

Orang itu pun membalikan badannya. Setelah melihat siapa orang itu, Fanda bukannya merasa kaget tapi mood nya secara reflek berubah menjadi kesal dan juga malas.

Karena kejadian kemarin saat pupang sekolah membuatnya kesal kepada Gerry. Dan karena itu juga membuatnya malas untuk melihat wajahnya lagi.

"Bisa gak, sih kalau lo gak ganggu kehidupan gue. Cukup gue ketemu lo di sekolah, gue gak mau lihat muka lo di rumah." Ucap Fanda to the point.

"Yaelah gue cuma mau minta tolong doang." Balas Gerry.

"Cari buku? Lo bisa kan ajak temen lo atau siapa, kek? Dan kenapa lo minta tolong ke gue?" Kesalnya.

"Kata anak-anak di sekolah sih bilang kalau lo itu pinter, tapi, yaa gue belum percaya dan gak ada pilihan lain. Jadi, yaa gue ajak lo aja" jawab Gerry polos.

"Ga!"

Gerry hanya tersenyum dan menaikan satu alisnya.

"Fanda, kalau ada yang minta tolong itu harusnya kamu tolongin, ko malah kamu tolak" Ucap Sarah.

Tentu saja Fanda terkejut karena mamahnya tiba-tiba menghampiri mereka.

"Eh mamaah.. hehe. Iya Fanda bantuin Gerry ko. Tadi Fanda cuma bercanda doang sama Gerry hehe. Iyaa kan, Ger??" Sembari menatap Gerry dengan harapan membantunya.

"Iya tante Fanda mau bantuin Gerry, lagian tadi Fanda lagi bercanda aja" jawabnya sambil melihat ke arah Fanda.

"Tuh kan mah, tadi Fanda cuma bercanda. Fanda mandi dulu, ya mah. Ger tunggu, ya" ucapnya sambil memperlihatkan senyum fake nya terhadap Gerry dan Gerry hanya tersenyum melihat tingkah Fanda.

Entah alasan apa yang membuatnya bisa tersenyum setelah melihat kelakuan Fanda. Apakah ia memiliki sebuah perasaan baru untuk Fanda? Walaupun ia tidak pernah berpikir sejauh itu.

20 menit kemudian Fanda turun menggunakan sweeter yang ukurannya lebih besar dan celana jeans yang ukurannya pas dengan kakinya, juga rambut yang digerai memperlihatkan rambut ikalnya.

Gerry serasa terpaku walau Fanda hanya memakai baju yang sederhana seperti itu. Ia melihat Fanda mengambil tas gandongnya yang biasa ia pakai jika pergi lalu memakai sneakers yang warnanya sangat cocok dengan sweeternya.

"Ayo buruan." Ucap Fanda malas.

Gerry masih belum mengedipkan matanya walau Fanda sudah berada didepan matanya. Fanda hanya memutar bola matanya lalu berjalan dan menabrakan bahunya ke bahu Gerry dan membuat Gerry tersadar.

"Jadi pergi gak, nih?" Ucap Fanda lagi dan kembali melangkahkan kakinya.

"Lo mau nganter gue beli buku atau apa sih, Fan? Pake bawa ransel segala kaya dora aja lo. Emang lo pikir kita mau kemana? Mau kemah? Atau berpetualang?" Tanya Gerry.

"Masih untung lo gue anterin. Kalau enggak yaudah lo pergi sendiri aja sana." Ucap Fanda. "Isshh..".

Gerry menaiki motornya lalu menyalakan motornya.

"Buruan." Ucap Gerry. "Iya iya".

Mereka pun pergi menuju sebuah toko buku yang cukup ramai didatangi banyak orang. Sepanjang perjalanan, Fanda hanya memegang perutnya yang kelaparan karena ia memang belum memakan apapun dari pagi.

Gerry yang menyadari kondisi Fanda, ia pun langsung membelokan motornya dan memarkirkannya di tempat parkir yang telah disediakan.

"Ngapain kita kesini? Bukannya kita mau ke toko buku?" Tanya Fanda aneh. "Gue tau lo belum makan apa apa dari pagi dan gue tau kalau lo itu lagi laper. Jadi gue berhenti biar lo bisa sarapan dulu."

Deg... jantung Fanda tiba-tiba berdegup lebih cepat dan perutnya serasa geli menggelitik. Entah apa yang sedang ia rasakan saat itu. Ia hanya terdiam aneh karena ucapan seorang Gerry.

"Oh iya, kalau kita beli di pinggir jalan gini lo gak masalah kan, Fan?" Tanya Gerry dan Fanda hanya mengangguk sambil menatap orang yang ada dihapannya itu.

Mereka pun mendatangi seorang pedagang bubur kacang.

"Mang bubur kacangnya 2 porsi, ya" ucap Gerry. Fanda pun duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Pake ketan mas?" Tanya pedagang itu.

"Lo mau pake ketan item, Fan?" Tanya Gerry. "Hah?" Fanda hanya ternganga. "Mau ditambah ketan item atau enggak?" Tanyanya lagi. "Oh iya, boleh boleh mang." Jawab Fanda.

"Siap siap." Ucap pedang itu lagi. Gerry pun ikut duduk bersama Fanda.

"Serius lo gak masalah makan di pinggir jalan kaya gini?" Tanya Gerry. "Ya enggaklah. Malah gue lebih suka kaya gini." Jawab Fanda.

"Maksud lo gimana?"

"Yaa gue lebih suka makan di tempat kaya gini, selain murah makanannya juga lebih enak dibanding makanan kafe atau restoran." Jawab Fanda.

"Oh" balas Gerry.

"Lo nanya ke gue dan lo cuma jawab oh? Mending lo gausa nanya deh, Ger. Percuma juga gue jawab." Ucap Fanda.

Tak lama pesanan mereka pun datang.

"Silahkan dinikmati, ya mba mas makanannya"

"Makasih pak" ucap Fanda.

Sebenarnya, Gerry juga memang belum memakan apapun dari rumahnya. Jadi, yaa pantas saja jika bubur kacangnya sudah habis sedangkan Fanda baru memakan setengahnya.

"Mang 1 porsi lagi, ya." Ucap Gerry.

"Lo gak kenyang, Ger?" Tanya Fanda. "Wajar dong kalau gue minta tambah. Lagian gue cowok. Tapi, kalau lo minta tambah juga wajar, karena bdan lo yang gendut kaya gini mana cukup satu mangkok." Ucap Gerry.

"Rese lo." Balas Fanda sambil memutarkan bola matanya kesal dan kembali melahap makanannya.

Gerry kembali memperhatikan tingkah Fanda. Entah hal apa yang membuatnya selalu memperhatikan sosok gadis yang ada di depannya.

'Gue kira lo adalah cewek yang manja. Tapi ternyata enggak. Dan ternyata gue salah sangka.' Batin Gerry.

Please enjoying the story:)

Lost but LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang