"Hyoae-ya.. Andai saja waktu bisa diulang kembali. Aku tidak akan membiarkanmu pergi."
Aneh sekali.. Kenapa seakan akan yang dia katakan itu aku ini sudah mengenalnya lama? Tapi aku tidak ingat apapun mengenai dia. Aku ini merupakan orang yang cenderung tidak banyak bergaul dengan orang lain.
"Kau.. Apa maksudnya? "
"Kau tidak ingat ya? Tidak apa-apa.. Kau akan mengingatnya perlahan-lahan. Pasti. Karena kau hanya untukku Hyoae-ya. "
Apa sih...
Dia kenapa sih?
Meskipun perkataannya mulai mengusikku aku tetap berusaha biasa saja.. Aku tidak ingin terpengaruh tipuan orang tampan begitu.
Memangnya dia pikir aku ini murahan apa?
Aku kemudian mendorongya. Membuat tubuh tingginya terhempas dan nyaris menabrak lemari pakaianku.
"lepaskan. Jangan sentuh aku seperti itu. Kau pikir dengan perkataanmu seperti itu aku akan hanyut dalam delusi seolah-olah kau ada di dunia ini hanya untukku dan aku untukmu. Aku tidak murahan, Kim Mingyu-ssi. Sekarang cepat pergi dari rumahku."
Aku ingin menghentikan semua ini. Rasanya tidak akan berhasil. Semua aspek tidak akan berjalan lancar. Pertama, apa yang bisa dilakukan dengan menggabungkan dance dan modelling? Kedua, kenapa aku harus mendapatkannya sebagai partnerku? Bukankah sudah kukatakan aku benci orang tampan?
"Hyoae-ya.. Lalu penampilan kita bagaimana? Kita tidak akan latihan? " tanyanya lagi.
"lupakanlah.. Aku akan mengundurkan diri. Dan sebaiknya kita tidak perlu bertemu lagi. Keluarlah selagi aku masih bicara baik-baik. " ucapku dingin.
Aku tidak tahu. Aku hanya ingin mengatakannya. Mungkin ini akan jauh lebih baik jika aku tidak bertemu dengannya. Seorang namja dengan visual luar biasa. Kim Mingyu.
Kulihat Mingyu berjalan meninggalkan kamarku, menuju pintu dan keluar dari rumahku. Sampai itu terjadi dia sama sekali tidak menjawab perkataanku. Dia hanya terdiam.
Ah..
Untuk apa aku merasa menyesal begitu melihat raut wajahnya yang seperti sedih itu..
Aku harus mengembalikan moodku. Mungkin bertemu sahabat-sahabatku akan membuatku lebih baik.
---
"Hyoae-yaaa!! Ada apaaa hm? Tumben sekali ingin bertemu di luar. Apa ada masalah? Kau bisa cerita padaku. " ucap Soonhee segera setelah ia duduk di hadapanku.
Ha.. Sepertinya situasi ini pernah ku alami.. Dimana ya?
"hoi! Jawab aku!"
Cih.. Tidak sabaran sekali sih..
"yah.. Um.. Tidak ada apa-apa sih.. Hanya saja ada sedikit hal yang mengusik pikiranku. "
"katakan padaku. Se.ka.rang!"
"wohh tidak sabaran sekali. Aku ingin tahu sesuatu.. "
"yaa.. "
"bagaimana... "
"yaaa..."
"bagaimana jika.. "
"yaaaa... "
"aku mengundurkan diri dari promosi sekolah? "
"BODOH! "
"ya? "
"kau bodoh jika melakukan itu Hyoae-ya.. Setiap orang berlomba untuk bisa lulus seleksi agar bisa ikut dalam promosi sekolah dan kau... Kau malah ingin berhenti? Ada apa sebenarnya? "
Tak kusangka ternyata Soonhee bisa menyadari hal lain. Dia peka sekali..
"baiklah.. Aku akan ceritakan. Jadi intinya, aku menyerah bekerjasama dengan Kim Min Gyu itu. Aku tidak akan berlatih mulai dari sekarang. "
"ceritakan detailnya.."
Wajah Soonhee berubah menjadi super serius sekarang. Aku merinding melihatnya..
"baiklahh nona Kwon.. Jadi, ada yang aneh dengan namja itu.. Ada 2 kali kejadian aneh pula yang aku tak bisa ceritakan karena ini memuakkan oke.. Dan pada kejadian itu juga dia mengatakan kalau aku ini miliknya dan aku ini hanya untuknya.. Juga dia memintaku mengingat mengenai dia. Aneh kan? " jelasku panjang lebar.
"aneh.. Sangat. Tapi apa sebaiknya kau coba mengingat lagi? Mungkin kau pernah mengenalnya di suatu tempat? Atau tidak sengaja bertemu? "
Aku menggelengkan kepala begitu mendengar tanggapan Soonhee mengenai ceritaku.
Heol. Dari mana aku mengenal orang semacam Mingyu? Tidak mungkin aku bermain bersama orang tampan. Kalian tahu itu kan? Aku... Alergi dengan orang tampan sejak dulu, semua itu karena...
*flashback on*
Hari itu hujan lebat turun di kota kelahiranku, Bandung. Ya, orang tuaku mempunyai pekerjaan di Indonesia khususnya Bandung. Saat menempati sebuah rumah sederhana di sebuah komplek di Bandung tidak lama setelahnya akupun lahir. Bandung mempunyai berbagai kenangan untukku dikarenakan aku tumbuh besar disana.
Hujan lebat yang memicu munculnya petir besar berhasil membuatku yang saat itu berusia 7 tahun menangis sendirian dirumah.
Aku meringkuk di dekat lemari kamar eomma dan appaku sambil menutup kedua telingaku dibalik selimut kedua orangtuaku itu.
Ya, eomma dan appaku tidak ada di rumah saat itu. Mereka sedang pergi keluar kota untuk tugas kantornya. Hebat kan? Usia 7 tahun aku sudah berani di tinggal sendiri.
Sebenarnya tidak sepenuhnya sendiri. Aku dititipkan pada tetangga sebelah. Mereka juga orang Korea hanya saja mereka lebih dulu tinggal disini ketimbang keluarga kami.
"hiks.. Hiks.. Eommaa.. Appaa.. Hiks.. Takut.. Hyoae takut.. Eomma.. " isakku.
Kilat dan petir yang muncul terus menerus memaksa kerongkongan kecilku untuk terus berteriak ketakutan. Sudah serak rasanya, tapi tidak ada satupun yang bisa menenangkanku dalam keadaan seperti ini.
Biasanya ketika petir berbunyi, eomma atau appa akan datang memelukku dan berkata,
"gwaenchanha Hyoae-ya.. Aku disini. "
Eoh? Suaranya benar-benar terdengar di telingaku. Dan pelukan ini terasa nyata bagiku.
Dan saat aku membuka mataku, ternyata yang kudapati adalah seseorang yang tengah memelukku hangat.
"oppa... "
*TBC*
HAIII
Gimana lanjutannya?Vomentnya jangan lupa yaah..
Makasii..Annyeong~
KAMU SEDANG MEMBACA
POSSESSIVE BOY(friend)
FanfictionSebagian orang pasti berpikir kalau orang yang berwajah rupawan pasti tidak mungkin se-setia orang-orang biasa, termasuk aku. Benar, kan? Mereka bebas melakukan apa yang mereka mau, namanya juga orang ganteng pasti bebas. Pakai jas hujan ke bandara...