Chapter 2

155 6 0
                                    

Rintik hujan masih menemani Vanya dalam kesunyian. Tidak ada orang, sangat sepi. Vanya ingin segera pulang, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya ia pulang.

Tiba-tiba seorang pria dengan motor ninja nya datang menghampiri Vanya. Wajah pria itu tertutup oleh helm yang dipakainya. Vanya tidak tahu siapa pria itu, yang jelas dia pasti bukan ayahnya. Karena biasanya ayahnya menjemput dengan mobil. Vanya takut kalau pria itu adalah orang jahat.

Lalu pria itu membuka helmnya dan mengibas-ngibaskan rambutnya. Terlihat wajah yang tampan dengan rambut yang agak berantakan.

Kak Nico?  Vanya kaget setelah melihat ternyata pria itu adalah Kak Nico. Ingin apa ia kesini?

"Belum dijemput? Mau pulang bareng?"

"Belum kak, gak usah, sebentar lagi ayahku sampai kok"

"Tapi ini udah mau magrib loh? Yakin gak mau?"

"Emm.. Tapi kan hujan kak"

"Gapapa, paling basah sedikit. Yang penting kamu bisa pulang"

"Yaudah deh" Vanya menaiki motor itu dan duduk dibelakang Nico.

"Pegangan ya.." ucap Nico sambil memakai helm nya kembali dan menyalakan motornya.

"I-Iya" Vanya merasa gugup. Dia merasa jantungnya berdetak kencang.

Tak berapa lama, tak ada percakapan. Vanya tidak tahu harus berkata apa? Kak Nico juga tampaknya sedang fokus menyetir.

"Rumahmu dimana?"

"Lurus saja kak, nanti ada perempatan belok kiri"

Dalam rintik hujan, ditambah motor yang melaju dengan kencang membuat udara  semakin dingin. Vanya hanya bisa memeluk tubuhnya, dia tidak memakai sweater atau jaket.

Untung saja ada Kak Nico. Jadi aku bisa pulang, ya walaupun basah sih. Tapi aku gak enak sama Kak Nico. Gimana ini? Gumam Vanya dalam hati

"Berhenti kak, rumahku disini" Vanya pun turun dari jok motor Kak Nico.

"Makasih kak, maaf merepotkan"

"Sama-sama. Ah sama sekali gak kok"

Vanya pun berjalan menuju pintu rumahnya. Namun langkahnya terhenti saat Kak Nico memanggilnya "Hey tunggu, ongkosnya mana nih?"

"Hah..??" Jantung Vanya kembali berdegup kencang. Dia kebingungan sambil membalikkan badannya ke arah pria itu.

"Haha, bercanda kok. Udah masuk sana, udah magrib lho" Nico tertawa kecil melihat reaksi Vanya yang kebingungan.

"Iya. Hati-hati pulangnya kak"

Motor itu pun melaju dengan cepat berbalik arah dari rumah Vanya.

"Assalamu'alaikum" Vanya membuka pintu rumahnya.

"Waalaikum salam. Akhirnya kamu pulang juga nak. Mama khawatir lho" jawab bundanya yang sedang duduk di sofa sambil menonton tv.

"Iya ma. Ayah kemana? Kok gak jemput aku?" Vanya meletakkan tasnya di atas sofa dan duduk disebelah mamanya.

"Lho tadi pagi kan ayah sudah bilang mau lembur jadi gak bisa jemput kamu. Kamunya sih asyik main hp aja jadi gak denger kan ayah ngomong apa" omel mamanya. Vanya hanya diam mematung

Haaah? Jadi aku nunggu itu untuk apa? Tadi mending naik angkot aja.  batin Vanya kesal pada dirinya sendiri.

"Yaudah sekarang cepat mandi sana, bajumu basah karna hujan kan? Habis itu sholat trus makan, kamu

Pejuang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang