Perkenalan yang berkesan

516 11 2
                                    

"Ha-halo, namaku Zhavanya Lavina Olivia. Kalian bisa memanggilku Vanya. Aku murid pindahan dari Semarang. Mohon bantuannya teman-teman." Kucuran keringat Vanya satu per satu menetes.

"Baiklah Vanya, silahkan duduk di bangku yang kosong." Ucap Bu Linda, guru fisika yang kala itu sedang mengajar. "Baik bu" Vanya pun segera duduk di samping seorang perempuan yang manis.

"Hai, Namaku Kayra. Kamu Vanya kan? Salam kenal ya." Perempuan itu  mengulurkan tangannya sambil tersenyum manis. "Ah iya, Aku Vanya. Salam kenal." Vanya membalas senyuman manis perempuan itu.

Bel istirahat pun berbunyi. Semua murid pergi ke kantin untuk membeli makanan. Ada juga yang berada di kelas sambil berbincang dan bermain hp.

Vanya merasakan usus perutnya mulai berteriak. Kruyuuukk...  "Kamu lapar yah? Ayo ke kantin bersama" ajak Kayra. "Hehehe iya nih, ayo.."
Vanya pun berjalan menuju kantin bersama dua perempuan yang ia tidak tahu siapa namanya.

Sesampainya di kantin

"Ah iya kita belum berkenalan. Namaku Hana dan ini Elvira" ucap perempuan berambut coklat pendek. "Hai, aku Elvira panggil saja Vira" disertai perempuan berambut hitam pendek dengan matanya yang indah.

"Kalian mau makan apa? Biar aku yang pesankan" tawar Kayra.
"Aku bakso dan es teh aja deh" jawab Vira. "Aku samain aja" ucap Hana.

"Kalau kamu mau pesan apa Van?" tanya Kayra pada Vanya "Kalau begitu aku juga sama" jawabnya.

"Okay.."

Akhirnya makanan pun sudah sampai. Karena lapar, langsung saja Vanya menghabisi makanan yang ada di depannya. Sementara itu teman temannya terlihat sedang sibuk memakan makanannya. Beruntung mereka tidak melihat kearah Vanya. Kalau mereka lihat bisa bisa Vanya jadi malu dan salah tingkah.

Setelah selesai makan mereka berbincang bincang sambil bercanda gurau. Vanya terlihat senang sekali karena di hari pertamanya sekolah, ia sudah mendapat teman baru yang asyik. Mereka menerima Vanya apa adanya.

Kriinggg..

Tak terasa bel masuk sudah berbunyi. Semua murid langsung menuju ke kelasnya masing-masing. Vanya dan temannya pun bergegas ke kelas karena setelah ini adalah pelajaran matematika yang kata Kayra gurunya begitu kejam.

"Kay, aku kebelet nih, anterin ke toilet dong" tiba tiba Vanya merasa tidak tahan lagi ingin ke toilet. Tapi dia tidak tahu letaknya dimana jadi dia meminta Kayra untuk menemaninya.

"Yaudah,ayo..." ucap Kayra yang nampak kasihan melihat Vanya. "Tapi cepat ya van. Sebentar lagi Bu Mega pasti akan masuk kelas"

Lalu Vanya segera lari ke toilet diantar oleh Kayra. "Tunggu bentar ya kay, aku engga akan lama kok"

Beberapa menit kemudian
Ah, akhirnya lega juga. Ucap Kayra dalam hati. Tapi sungguh terkejutnya Vanya melihat Kayra sudah tidak ada saat dia keluar dari toilet.

Vanya panik dan langsung lari menuju kelasnya, tapi dia tidak tahu kemana arahnya. Vanya kebingungan celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri. Tanpa disadari dia telah menabrak seseorang.

Pria dengan postur tinggi berkulit sawo matang itu berdiri di depannya. Tampak jelas badge name yang bertuliskan Nico Pratama Ramadhan, dan dilihatnya lagi badge class yang ada di lengan baju kanannya, XII . ternyata dia adalah kakak kelas.

"Ma-maaf kak.." Vanya gemetar ketakutan karena yang ia tabrak adalah seniornya. Dia takut kalau senior itu marah karena ia telah menabraknya.

"Iya gak papa kok. Kamu murid baru ya?" ucap senior itu disertai senyuman. Sepertinya dia tida sejahat yang Vanya pikirkan. "I-iya kak. Aku habis dari toilet dan sekarang sedang mencari kelasku. Apa kakak tahu kelas XI Mipa 2 dimana?"

"Oh, tinggal lurus saja nanti belok kanan. Disana nanti ada lab komputer, nah disebelahnya itu kelasmu." jelas senior itu sambil menunjukkan arah.

"Makasih kak. Kalau begitu aku pergi dulu" ucap Vanya sambil menundukkan kepala. "Iya, lain kali hati hati ya"

Vanya langsung meninggalkan senior itu dan berlari menuju kelasnya.

Kayra kemana sih tiba-tiba ngilang gitu aja. Teganya dia meninggalkan aku sendirian. Untung saja senior tadi baik. Vanya membatin.

Akhirnya ketemu juga.

Terlihat seorang guru perempuan berwajah kejam sedang berdiri di depan kelas. Vanya gemetar ketakutan. Tapi mau bagaimana lagi, ia harus masuk kelas. Akhirnya Vanya memaksakan kakinya untuk melangkah masuk ke kelas.

"Assalamualaikum" langkahnya terhenti di depan pintu. "Darimana saja kamu? Kelihatannya kamu murid baru ya?" cetus bu Mega sambil menyilangkan tangan diperutnya dengan  tatapan yang tajam.

Ternyata benar yang Kayra bilang, Bu Mega sangatlah kejam. "Sa-saya dari toilet bu, saya tidak tahu arah ke kelas, jadi waktu saya terbuang mencari kelas saya. Maafkan saya bu" hanya itu yang bisa Vanya jawab. Dia takut kalau bu Mega akan memberinya hukuman.

"Ya sudah, berhubung kamu murid baru, saya maafkan. Lain kali jangan diulangi. Sekarang silahkan duduk!" cetus bu Mega masih dengan tatapan yang tajam.
Lalu Vanya langsung menuju tempat duduknya. Dia masih kesal dengan Kayra yang meninggalkannya sendirian di toilet.
"Kay, kenapa gak bilang dulu sih kalau mau duluan. Aku nyari-nyari kamu tau sampai aku nabrak kakak kelas." gerutu Vanya kesal.
"Hehe, maaf Van. Tadi aku dipanggil Bu Mega suruh bawain buku ke kelas. Ya, biar aku juga sekalian ke kelas. Aku kira kamu bisa sampai duluan dariku. Tapi ternyata kamu malah telat ya." Kayra merasa bersalah pada Vanya karena telah meninggalkannya sendiri di toilet. "Jangan marah dong, Van. Aku minta maaf deh. Oh iya, katanya kamu nabrak kakak kelas, siapa van?"
"Iya kay. Aku lihat badge name nya itu  Nico  Pratama RamadhanTapi dia baik kok, dia tunjukin aku arah kelas ini"

"Haahh? Kak Nico? Yang bener van? Lo nabrak dia? Dia itu cowok terkeren se-SMA kita tau. Idaman semua cewek. Aahh pengen deh jadi lo." Kayra kaget seolah tidak percaya mendengar cerita Vanya.
"Menurutku B aja sih kay, apanya yang keren sih?" menurut vanya tidak ada yang spesial dari senior itu.
"Lo gak tau aja sih van. Kalo dia udah main basket unchh so cool bangett." Vanya merasa geli melihat temannya yang terlihat begitu tergila gila pada seorang yang bernama Nico itu.

Pejuang RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang