Rumah Sakit

110 9 5
                                    

"Kita hidup dizaman yang telah modern. Barang lapuk mungkin tak lagi terpakai. Lalu, bagaimana dengan cintaku yang kini telah usang? Apakah akan kau buang juga?"

🐢🐢🐢

Kringggg...

Entah sudah berapa kali, alarm itu menggema diruangan lelaki yang kini merindukan gadisnya.

Bukannya tidur dengan selimut seperti orang pada umunya. Lelaki itu malah telah membuang selimutnya dan tidur dengan posisi tak karuan.

Setengah satu dini hari, lelaki itu baru saja sampai di Indonesia setelah beberapa tahun tinggal di Amerika.

Dan kini, ia bukan tinggal di apartement atau rumahnya sendiri. Melainkan dirumah gadis yang sangat ia sanyangi. Itu suatu kebahagiaan baginya.

"Hei, bangun", suara perempuan itu menggema ditelinganya. Suara yang sangat ia rindukan.

Dan entah kenapa, saat ia mengerjapkan matanya kepalanya terasa berat.

"Iya", ucap lelaki itu sedikit parau sambil berusaha duduk. Namun, usahanya gagal. Kepalanya begitu pening sekarang. Mungkin efek kelelahan tadi malam.

"Dav, lo ngga papa?" ucap gadis itu sambil memegang pundak lelaki yang masih ada dihatinya itu. 'Dav', yap dia adalah Davin. Davin Arya Megantara. Anak dari sahabat ayah Kai. Oleh karena itu, Davin kini tinggal dirumah gadis yang ia sayangi.

"Eng.. Ngga kok", ucap Davin sambil menutup kembali matanya. Dia ingin tidur lagi.

Dengan inisiatif, gadis itu memegang kening lekaki itu. Dan, benar. Lelaki itu demam.

"Bentar ya, Dav. Gue kedapur", ucap gadis itu. Sebelum benar-benar berdiri, tangannya telah dicengkeram oleh lelaki itu.

"Kenapa?" ucap Kai terdengar begitu lembut.

"Lo, disini aja", ucap Davin sambil menatap gadis yang dirindukannya itu.

"Gue kangen", ucapnya kemudian.

"Tap..." sebelum gadis itu melanjutkan omongannya. Gadis itu dikejutkan oleh cairan kental merah yang tiba-tiba menerobos keluar dari hidung mancung lelaki itu.

"Davin, are you okay?" ucap Kai sambil mengelap pelan darah itu.

"Gue ngga papa", ucap Davin lalu mengambil tisu itu dari tangan gadis yang disayanginya.

"Bentar ya, gue mau panggil Mang Ujang dulu", ucap Kai sambil beranjak meninggalkan kamar lelaki itu.

"Ngapain lagi tu bocah", gumam lelaki itu sambil terus mengelap darah yang mengalir dari hidungnya.

Setelah beberapa menit, gadis itu kembali ke kamar lelakinya. Ah, lelakinya dia bilang. Yah, mungkin sebentar lagi.

"Davin, belum berhenti juga", ucap gadis itu kemudian mengambil tisu lagi untuk mengelap darah lelaki itu. Tak ada suara yang keluar dari bibir manis lelaki itu, hanya gelengan yang Kai lihat semakin melemah.

"Kita ke rumah sakit ya. Gue udah bilang Mang Ujang buat nganter", ucap Kai sambil mengelus puncak kepala lelaki itu.

Tak ada respon lagi dari lelaki itu.

"Davin, bisa jalan?" ucap Kai pada Davin. Davin hanya mengangguk sambil mencoba berdiri.

"Ah, bentar. Gue panggil ayah aja", ucap Kai kemudian berlari menuju kamar sang ayah.

Sesampainya disana, tanpa mengetuk pintu kamar orang tuanya. Gadis itu langsung menerobos masuk.

"Ayah, Davin demam. Tadi mimisan juga, kita bawa ke rumah sakit, kan?" ucap Kai sambil menggoncang tubuh sang ayah.

"Hah? Demam? Kemarin baik-baik aja, kok", ucap ayahnya sambil beranjak dan berjalan menuju kamar lelaki itu.

Sesampainya disana, ayahnya langsung menghampiri Davin.

"Dav", panggil ayah Kai.

"Eh, iya om", jawab lelaki itu yang terdengar semakin lemah.

"Baru sampe kok sakit. Udah ngga cocok sama Indonesia?" ucap ayah Kai sambil beralih untuk menggendong Davin.

"Om, mau ngapain", ucap Davin yang kaget karena tubuhnya diangkat oleh ayah Kai.

"Kita kerumah sakit", ucap ayah Kai.

"Tapi, om", bantah Davin.

"Ngga ada tapi-tapian. Kamu ngga diem, saya lempar kamu", ucap ayah Kai yang berhasil membuat Davin merinding. Sedangkan disisi lain membuat Kai dan bundanya cekikikan.

Sesampainya dirumah sakit, lelaki itu buru-buru diperiksa. Sekitar tiga puluh menit, dokter telah keluar dari ruangan itu.

"Gimana, dok dengan anak saya?" ucap ayah Kai yang membuat Kai langsung menolehkan kepalanya.

"Anak anda terkena demam berdarah. Jadi, pasien harus dirawat kira-kira tiga hari. Dan sekarang, pasien telah kami pindahkan ke ruang rawat.

"Terimakasih dok, permisi", ucap ayah Kai lalu berjalan menuju kamar Davin. Sedangkan bunda Kai menuju bagian administrasi.

Sebelum memasuki ruangan Davin, ayah Kai teringat sesuatu.

"Ah, iya Kai. Ayah pulang dulu ya sama bunda. Kamu jaga Davin", ucap ayah Kai.

"Ayah mau ngapain?" tanya gadis itu.

"Ayah lupa bawa hp. Ayah mau ngabarin om Tara-nama ayah Davin-", ucap ayah Kai.
"Udah sana masuk, ayah pulang ya", ucap ayah Kai lalu berjalan untuk pulang.

Setelah memasuki ruang rawat Davin. Gadis itu dibuat tersenyum karena lelaki yang biasanya petakilan kini terbaring lemah.

Gadis itu berjalan mendekat dan menarik kursi untuk didudukinya.

Mendengar suara tarikan kursi, lelaki itu menoleh te tempat asal.

"Ngapain, Kai?" tanya Davin saat melihat Kai menarik tangannya.

"Gue pinjem, ya? Masih ngantuk", ucap Kai sambil menundukkan kepalanya.

"Bentar, deh. Gue boleh tanya sesuatu?" ucap Davin kepada Kai.

"Tanya apa?" jawab Kai.

Cerita Saat SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang