〰 DUA 〰

82 4 1
                                    

   Raina Marshall, anak bungsu dari pasangan Evaline Andreas dan Ethan Marshall. Adik bagi Ronnie Marshall dan Renata Marshall. Bagi ayah dan kakak keduanya, ia adalah sebuah cahaya kegelapan yang merenggut nyawa Evaline. Gadis itu hadir di dunia dan pada saat yang sama, ibunya pun luput dari dunia. Gadis malang yang kisah pilunya bahkan dimulai sebelum ia mengenal bahasa ibu. Rain dianggap sebagai anak yang tak diharapkan keberadaannya bagi ayahnya dan Renata. Ceritanya singkat, ayahnya hanya sedang khilaf dan ternyata Evaline hamil dirinya. Keadaan semakin memburuk ketika Evalin meninggal saat melahirkannya.

Satu-satunya orang yang peduli padanya adalah Ronnie. Kakak pertama sekaligus pengambil alih peran orang tua bagi Rain. Tak jarang Ron melindungi Rain dari amukan fisik ayahnya ketika ayahnya sedang mabuk berat dan menangisi istrinya. Rain kecil tak bisa menghindari kekerasan fisik kala itu. Mr. Marshall sebenarnya orang yang sangat baik. Akan tetapi semuanya berubah ketika ia berhadapan dengan Rain. Raut wajahnya akan mengusam dan aura hitam seakan muncul dari belakangnya. Setiap kata dan kalimat serta apapun yang Rain ketahui, ia pelajari dari sosok Ron. Kakaknya lah yang memperkenalkan dirinya pada dunia.

Rain tumbuh dan dewasa menjadi anak perempuan yang hiperactive. Ia selalu ceria dan terlihat terang. Menjadi dirinya sendiri adalah ciri khas utamanya. Ia juga gadis yang cerdas dan bertalenta. Ia mampu melakukan banyak hal, dan berkat ibunya, ia memiliki paras yang bisa dikatakan menarik. Nyaris sempurna, gadis ini pun memiliki pribadi yang baik dan unik. Dengan segala kelebihannya, ia tetap tak dicintai.

***

Setelah memastikan sosok dalam foto yang dimaksudkan, Ron menoleh kebelakan dan mendapati orang yang sama sedang berdiri dengan beberapa orang dari keluarga Stanislave sambil tertawa lepas dan menunjukkan lesung pipi dalam di kedua sisi wajahnya. Dengan satu hentakan, Ron kembali menatap Rain yang tak memalingkan wajahnya dari pria bertuksedo putih tersebut. Tatapannya nanar dan mulutnya sedikit menganga. Ron kemudian berinisiatif menarik tangan Rain keluar dari area acara. Ada danau kecil di seberang tempat parkir mobil. Ron kemudian merangkul adiknya ke sisi danau. Sesampainya di sisi dermaga, Ron menatap Rain dan memeluknya erat.

***

Eden Stanislave, 'objek' Rain sejak tahun pertamanya di sekolah dasar. Anak sebaya yang cukup supel dan menarik bagi mata yang memandangnya. Dalam hitungan Rain, ini adalah tahun ke 12 baginya mengagumi sosok matahari bagi siapapun. Cukup lama bukan? Dinding kamar Rain bahkan penuh dengan lembaran fotonya sejak kecil hingga sekarang, tahun ketiga bagi mereka di sekolah tingkat akhir. Eden bisa dikatakan cukup populer di berbagai kalangan di Sharoline Central High School . Rain seperti saksi utama bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam hidup Eden. Berawal dari ketidaksengajaan Rain memotret secara acak ketika sedang jam istirahat, ia mulai jatuh cinta pada objek dalam fotonya yang saat itu bermain bola dan tertawa sambil berlari.

Selama kurang lebih 12 tahun sudah Rain mengikuti Eden di sekolah yang sama. Menariknya, mereka sama sekali tak pernah saling kenal. Rain seakan menjadi pengagum bisu. Syukur baginya, mereka tak pernah berada di kelas yang sama. Ini adalah perjalanan 12 tahun yang harus hancur karena sebuah pernikahan adik ayahnya?

***

Ron mengelus lembut rambut Rain dalam pelukannya. Ia tak merasakan apapun disana, namun ia dapat memastikan adiknya sedang terisak dan tubuhnya lemas. Punggung Rain bergetar dan ia tak bergerak sama sekali. Ron tak bisa melakukan apapun selain memeluknya seperti ini. "Mengangislah... Ini kali pertama aku mengijinkanmu menangis karena pria" ujar Ron.
"Apa yang akan terjadi kemudian?"
"Semuanya akan baik-baik saja, Rain"
"Jangan bohong padaku, Ron. Aku benar-benar tak tahu bagaimana dan apa yang akan terjadi pada keluarga ini. Aku hanya tak pernah membayangkan bahwa pria yang selama ini kucintai menjadi sepupu tiriku."
"Aku pun tak pernah merasakan apa yang kau rasakan sekarang, yang pasti ini sangat menyakitkan bagimu. Bagaimanapun, kenyataannya demikian, Rain. Aku tak mungkin menghancurkan pernikahan Madam, bukan?"
Mendengar kalimat tersebut, sakit di dadanha semakin menjadi dan ia semakin menenggelamkan kepalanya pada pelukan Ron.

Acara telah selesai dan para tamu undangan mulai meninggalkan lokasi satu-persatu. Ronnie dan Rain masih berada disisi dermaga. Ron duduk dan menopangkan kakinya di sebuah perahu kano kecil di sisi bawah dermaga. Rain yang tertidur di pangkuan Ron terlihat sangat berantakan setelah menangis. Ketika menyadari bahwa mobil di parkiran mulai berkurang, Ron sama sekali tak berniat membangunkan adiknya yang terlelap karena lelah. Ia kemudian meraih sepasang sepatu milik Rain di belakangnya kemudian menggendong Rain didepannya. Ia kemudian menuju mobil ayahnya dan menyadari bahwa Mr. Marshall dan Renata memang sudah menunggu disana. "Apa yang terjadi?" Tanya ayahnya pada Ron.
"Bukan sesuatu yang penting untuk ayah. Rena, bukakan pintu depan" ujar Ron. Setelah memasukkan Rain ke dalam mobil, ayahnya kemudian turut masuk di kursi kemudi seraya bergumam, "baiklah, lagian aku tak begitu peduli"

Perjalanan menuju rumah tak menunjukkan hal spesial ketika Rain tak mengoceh. Dalam keheningan, Ron menatap jendela dan memikirkan nasib buruk yang selalu menimpa adiknya. Tak ada satupun orang yang Rain cintai yang turut mencintainya selain dirinya. Ron bahkan tak begitu yakit apakah ibunya di alam baka juga mencintai seorang Rain. Tiba-tiba Rain mengerang dalam tidurnya, "mom" ia bahkan menangis dalam tidur pulasnya. Air matanya mengalir dari matanya yang tertutup, dan mengerutkan alisnya. Seketika suasana dalam perjalanan tersebut semakin canggung bagi semua penumpang didalam mobil. Ron turut menangis dalam diam bersama Rain yang sedang tidur.

***

Sesampainya di garasi, Ron langsung menggendong Rain dan memawanya masuk hingga kekamarnya. Ia meletakkan Rain yang masih pulas di atas tempat tidurnya. Ron melepaskan aksesoris rambut dan menguraikan rambut adiknya, tak lupa ia memakaikan selimut mengingat Rain yang habis kehujanan. Sama seperti sebelumnya, Rain meracau tak jelas dalam tidur, "mom" dan seperti berkali-kali. Ron menggenggam tangan Rain kemudian. "I'm here, Rain. Mom is here" ujarnya sambil menatap Rain nanar.

To be continue...

CIRCUMSTANCES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang