〰 LIMA 〰

10 0 0
                                    

     Usai acara penutupan festival, Rain dan Finn memutuskan untuk mampir ke sebuah toko ice cream dekat rumah Finn. Bagi mereka itu adalah self reward setelah hari yang panjang dan melelahkan.

     "By the way, apa kemudian ayahmu akan kembali ke London?" Tanya Rain seraya mengaduk sup buahnya.
"Tentu saja tidak. Ia sudah mendapatkan apa yang dia inginkan di Seattle. Untuk apa ia kembali kesana?"
"Mungkin saja, kan? Menurutku ia sudah hancur di sini"
"Astaga, Rain. Kau tidak mengenal ayahku cukup baik. Baginya uang adalah kekasihnya. Dan pekerjaannya disini menghasilkan uang yang lebih daripada di London. Tentu saja ia enggan meninggalkan kota ini"
"Ah iya, kau benar. Aku tak ingin mengatakan ini, tapi jujur saja, aku membenci ayahmu"
"Rasa bencimu tak lebih besar dari aku, Rain" ujar Finn yang kemudian menyendok suapam terakhir dari 2 scoop es krim vanilla di cup-nya.

      Langit sore itu mendung lagi. Sepertinya dalam beberapa saat hujan akan mengguyur kota Seattle seperti biasanya. Bahkan saking mendungnya, hawa sekitar terasa seperti malam hari.
"Kau bawa jaket?" Tanya Finn pada Rain yang melamun ke arah etalase toko.
"Ya, ada di ranselku."
"Syukurlah, aku tak perlu meminjamkan punyaku"
"Hahaha, tenang saja. Dan, sepertinya waffle itu sangat menarik. Apa aku harus mencobanya?"
"Cukup, Rain. Semangkuk sup buah dan dua cone eskrim sudah berlebihan. Otakmu bisa beku karena overdosis makanan dingin. Sebentar lagi hujan dan hawanya akan sangat dingin. Mungkin lebih baik minuman hangat atau ginseng saja yang kau pesan"
"Hm, kau benar. Baiklah, tahan dulu untuk hari ini. Besok aku akan kembali menyapa waffle lezat itu"
"Terserah kau saja. Ah iya, bukannya tadi ada hal yang ingin kau ceritakan?" Tanya Finn.
"Kau benar. Kau tahu? Akhirnya dan untuk pertama kalinya, aku berada dalam satu frame yang sama dengannya" Rain dengan semangat merogoh dompetnya di tas kemudian mengeluarkan selembar foto yang menampakkan dirinya dengan Eden. Lalu menunjukkannya pada Finn seraya tersenyum lebar.
"umm, well. Selamat! Dan ada apa dengan ekspresimu?" Finn tertawa dengan nada ledekan.
"Yah, itu kecelakaan. Aku sama sekali tak menduga kalau ia akan menyentuhku. Dan tentu saja detak jantungku yang tiba-tiba lebih cepat membuat reaksi pada seluruh tubuhku sehingga wajahku menegang bahkan memerah seketika."
"Haha, yah setidaknya kau memiliki hal yang bisa kau peluk sebelum tidur selain boneka marsupilami buluk itu"
"Cih, mana bisa aku memeluk foto ini. Aku akan menggantungnya di sisi paling tinggi dinding harapan di kamarku."
"Heck, untuk apa?"
"Supaya tak ada yang bisa menurunkannya, haha"
"Dasar bodoh" Finn tertawa lepas karena tingkah temannya itu.

      Waktu sudah menunjukkan pukul 6, saatnya mereka untuk bergegas kembali ke rumah masing-masing. Namun ternyata hujan yang sangat lebat membuat Rain kesulitan untuk pulang sendirian. Ia terpaksa menelpon Ron untuk menjemputnya. Namun ternyata butuh waktu dua jam lagi untuknya keluar dari pengadilan karena sedang ada penanganan kasus disana. Akhirnya, Rain memutuskan untuk menunggu Ron di rumah Finn. Sesampainya disana, ia disambut dengan hangat oleh Mrs. Finnesotta dan adik perempuan Finn. Ia bahkan disuguhkan minuman cokelat hangat dan cookies mungil buatan ibu Finn. Mereka berbincang-bincang di ruang tengah sambil menonton saluran TV keluarga kesukaan adiknya.
"Mom, aku sudah lama tidak makan blueberries pie buatanmu. Jujur saja, aku bosan dengan cookies ini" keluh Finn pada Mrs. Finnesotta.
"Sungguh? Pantas saja belakangan stoknya hanya berkurang sedikit. Haha, baiklah. Mungkin lusa bisa ibu buatkan setelah kau berhasil mendapatkan buah beri yang segar"
"Ya, tentu saja. Lidahku sudah rindu asam-manisnya makanan itu. Apalagi buatan mom"
"Haha, okay.. okay.."
Sejauh amatan Rain, keluarga ini bisa baik-baik saja bahkan setelah sidang tadi pagi. Semuanya baik-baik saja, sebelum Mr. Finnesotta pulang dari kantor dan menghancurkan kehangatan itu. Ketika ayahnya pulang, maka satu-persatu keluarga itu mulai masuk ke kamarnya dan mengunci rapat pintu mereka. Kemudian ayahnya akan menyantap makan malamnya seorang diri dan masuk ke kamarnya tanpa mengatakan apapun. Tentu saja, sudah beberapa lama ini kedua orang tua Finn pisah kamar meskipun berada di bawah atap yang sama.

      Benar saja, setelah 2 jam kemudian, Ron menjemput Rain di rumah Finn. Setelah berpamitan dengan teman satu-satunya itu, ia pun bergegas menghampiri Ron yang mobilnya terparkir di seberang jalan.
"Bagaimana harimu?" Tanya Ron pada adiknya seraya mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Yah, melelahkan namun menarik"

     Dalam perjalanan pulang mereka diiringi musik jazz kesukaan Ron. Hujan yang masih lebat membuat Ron hanya bisa menjalankan mobilnya dengan kecepatan dibawah normal. Rain merenung dan memperhatikan setiap bayangan lampu yang tersorot dari mobil di arah berlawanan. Ia memikirkan banyak hal namun hanya mampu mengambil satu kesimpulan yang kemudian ia utarakan pada Ron.
"Ron ..." Suara Rain sedikit lirih diantara iringan musik.
"Ya?"
"Ternyata kehidupan memang mematikan. Dan kematian memang menghidupkan. Pada setiap porsi seseorang."

to be contiuned ...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CIRCUMSTANCES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang