〰 TIGA 〰

34 2 0
                                    

   Sebelum Rain benar-benar bangun, ia menyadari seseorang membuka jendela besar di kamarnya. Dengan matanya yang masih tertutup, ia menarik selimut dan semakin menenggelamkan badannya.
"Pukul berapa ini, Ron?" Tanyanya dengan sedikit auman desahan.
"Tujuh" ujarnya seraya merapikan beberapa barang yang berantakan di atas meja belajar Rain.
"WHAT!?" Rain berdiri dengan satu hentakan nafas kemudian berlari ke kamar mandi. Ia tak lupa untuk meraih handuknya. "What the heck?! Aku tidur dengan gaun ini?"
"Ya, begitulah"
"Mengapa kau tak membangunkanku?"
"Aku sudah berusaha, lagipula kau demam semalam"
"Setidaknya jangan biarkan aku begini"
"Lalu bagaimana?"
"Kau bisa menggantinya untukku"
"What? Kau ingin memamerkan tubuh indahmu padaku?"
"Shut up, Ron"
Ron hanya tertawa melihat tingkah adiknya.
Rain kembali berlari ke kamar mandi setelah mengambil pakaian dari dalam lemarinya.
"Acara festival masih dua jam lagi, bukan? Kenapa tergesa-gesa?"
"Aku harus berangkat sekarang. Finn memintaku membantu persiapannya." Teriaknya dari dalam kamar mandi.
"Aku akan mengantarmu"

   Setelah menyantap croissant isi cokelat yang tadi pagi dibeli kakaknya, Rain bergegas menuju garasi seraya membenarkan posisi jaketnya. "Tunggu!"
"Apa?" Rain menoleh sambil menyelesaikan resleting teratas.
"Aku akan mengantarmu" ujar Ron setelah meletakkan piring bekas makan keluarganya di wastafel.
"Kenapa?"
"Sejak hari ini, hujan tak akan bisa diprediksi datangnya"
"Oh, baiklah" ujarnya pasrah

***

   Benar kata Ron, pagi yang cerah seketika mendung dan gerimis. Sedikit ada sambaran petir kecil beberapa kali. Beruntung tadi pagi ia sempat ikut menyaksikan ramalan cuaca dari televisi kamar ayahnya.
    Rain sibuk mengotak-atik ponselya. Seperti sesuatu yang buruk telah terjadi, alisnya mengkerut dan wajahnya terlipat sembilan. Ron menyadari sesuatu memang terjadi ketika mendengar bisikan adiknya yang mengumpat.
"Apa yang terjadi?"
"Finn menghilang. Ia memberiku tugas untuk mempersiapkan stand, dan semua teman-temannya sudah dilokasi. Tetapi Finn tak ada dimanapun. Ia juga tak bisa dihubungi"
"Kau tahu dimana rumahnya?"
"Ya, tak jauh dari Moon Harvest. Sekitar 100 meter setelahnya."
"Baiklah, kita kesana"
"Okay"

***

    Setelah 15 menit perjalanan, mereka sampai di rumah yang diperkirakan Rain adalah rumah sahabatnya.
"Kau yakin ini rumahnya?"
"Ya, tak ada penduduk yang mau memelihara kijang hidup di pekarangan rumahnya ketika tinggal di perumahan kecuali keluarga mereka."
"Ya, aku tahu. Tapi aku yakin, tak ada seorangpun disana"
"Omong kosong" Rain melangkahkan kakinya memasuki pagar hitam yang tak terkunci. Setelah melewati kandang raksasa yang berisi 3 ekor kijang lengkap beserta hutan buatannya, Rain sampai di sebuah pintu putih besar dengan bel elektronik di sisi kirinya. Ia telah mencoba memanggil dan menekan bel berkali-kali. Tak ada satupun respon dan tanda-tanda kehidupan didalam rumah raksasa tersebut. Ia menyerah kemudian. Ia kembali dengan wajah yang semakin cemas.
"Apa yang terjadi sebenarnya?" Tanya Ron.
"Finn adalah kapten kelompok hari ini. Booth harus dihias dan dibuat semenarik mungkin. Ini adalah festival terakhir, dan mereka sudah mempersiapkan semuanya semalam. Namun, tetap saja mereka tak bisa melakukan apapun tanpa kapten. Dan Finn sama sekali tak bisa dihubungi. Menyebalkan." Jelas Rain.
"Pemilik rumah ini Mr. Alvin Finnesotta."
"Ya, itu ayah Finn— um, wait.. bagaimana kau bisa mengetahui nama ayahnya? Kau mengenal Finn?"
"Awalnya aku bingung mengapa kau memangilnya Finn. Harold Finnesotta?"
"Ya, kau mengenalnya dia darimana?"
"Aku tak mengenalnya. Aku hanya mengetahuinya. Ayahnya sedang di kantor pengadilan hari ini."
"Whatt?! Apa yang terjadi?"
"Perceraian"

***

    Sekitar pukul 9 tepat mereka sampai di sebuah gedung pemerintahan dengan tempat parkir yang luas. Tanpa basa-basi, Rain berlari kedalam gedung dan berusaha menemukan Finn. Sosok yang ia cari ada diujung lorong bersama dengan beberapa orang lainnya. Rain berlari kecil, sambil terengah-engah. "Finn!" Serunya.
"Oh, God. Rain?"
Rain memeluk Finn dan begitu pula sebaliknya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Finn.
"Aku mencarimu kemanapun. Ron bilang ayahmu disini."
"Ah? Ya. Ronnie adalah jaksa penuntut untuk sidang kali ini"
"Apa? Ini bukan perceraian?"
"Awalnya. Namun, ibuku mengganti gugatannya dengan kekerasan"
"Oh, hell. Pada akhirnya ia akan menggugat ayahmu"
"Ya begitulah. Aku baru mengetahuinya tadi malam setelah pulang dari club"
"Apa kau baik-baik saja?"
"I am. Ini takkan mengubah apapun. Toh, mereka tetap akan tinggal dirumah yang sama. Tak ada satupun yang yang rela meninggalkan rumah tersebut. Apalagi, hak asuhku dan adikku"
"Syukurlah kalau kau baik-baik saja"
"Umm, by the way, apa kau sendirian?"
"Ah? Nope. Ron mengantarku."
"Oh ya? Mana Ronnie? Sidang masih empat jam lagi. Namun ayahku mendesak untuk melakukannya sekarang, karena ia harus keluar kota"
"Itulah sebabnya kau disini?"
"Ya, kurang lebih"
"Tunggu sebentar-" Rain kemudian bergegas menemui Ron.

***

   "They really need Finn. Kumohon lakukan persidangan sekarang." Ujarnya pada Ron.
"Semua ruangan sidang sedang digunakan, Rain. Semua sudah terjadwal. Kita tak bisa memaksakannya, bukan?"
"Sial. Lalu bagaimana?"
"Entahlah? Finn adalah saksi penting disini. Ia tak bisa pergi sebelum sidang selesai"
"Ron! Please?"
"Astaga, Rain! Aku harus bagaimana?"
"Lakukan persidangannya sekarang!"

***

   Sekitar dua puluh menit berlalu, persidangan orang tua Finn dimulai karena adanya sebuah penundaan sidang lanjutan di salah satu ruangan akibat kericuhan korban.
Rain turut menyaksikan jalannya persidangan seraya menunggu Finn dan Ron. Karena itulah, ia mengetahui apa saja yang terjadi pada keluarga Ron. Siapa yang tau? Ternyata beberapa orang juga mengalami hal yang sama dengan Rain. Seperti Mrs. Finnesotta, yang tak dicintai bahkan oleh pria yang telah menjadi suaminya sendiri.

***

to be continued ...

CIRCUMSTANCES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang