"Arrggghh!!! " teriak ketiga gadis saat terjatuh bebas dari atas langit. "Aku tak mau mati cepat! " racau gadis bersurai cokelat. Matanya terpejam erat, sementara kedua gadis tak jauh dari gadis coklat itu masih lumayan pucat, walaupun tak seheboh gadis tadi.
"Ini akhir, sepertinya memang kita akan mati" ucap gadis ombre biru menatap takut ke arah darat yang terasa begitu jauh.
"Kepalaku mulai pusing... " timpal gadis pirang lemas.
"Kita berdoa, semoga seseorang menolong kita saat tubuh ini menghantam tanah. " pasrah gadis coklat dengan lemah.
Perlahan-lahan kesadaran ketiganya mulai berkurang, hingga saat tubuh mereka hendak menghantam tanah. Sesuatu cahaya terang menyinari ketiga gadis itu.
Dan sekarang, mereka menghilang. Kecuali barang-barang yang sekarang berserakan ditanah.
Tidak ada yang tahu kemana tiga gadis ini pergi. Seperti ditelan bumi. Semuanya lenyap tanpa jejak.
Tak jauh dari lokasi ketiga gadis itu hilang, seorang pria tua tersenyum penuh arti saat langit berubah menjadi jingga. Pria itu berbalik meninggalkan barang-barang itu di sana, sambil berbisik pria tua itu berjalan.
"Doa kalian sudah aku kabulkan. "
Setelah itu pria tua itu juga menghilang, bersama-sama dengan hembusan angin yang sekarang berubah menjadi gubuk tua.
****
Hai, aku tahu ini ngga sesuai dan terkesan agak lama karena aku menunggu tahun baru#kenagampar#
Tapi selamat membaca para twinkle 💋
Semoga terhibur dengan prolog yang sama sekali absurd ini.Jangan lupa juga vote ya
Dah~~~
❤❤❤💋💋😚😚😃
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic World (1) : Adventure In Saving The World's
Fantasy{Fantasy & Magical} Apa jadinya jika ditengah pertunjukan, dan kalian akan tampil beberapa menit lagi. Tapi saat giliran kalian akan tampil, tiba-tiba kalian sudah berada di tempat asing. Itulah yang di alami Alena, Regina, Aurina. Dari sini lah...