Bau alcohol jelas menyeruak diruangan itu, nuansa putih tenang dengan kicauan burung pagi. Pohon pohon Nampak tersapu angin yang mengayunkan ranting lambat. Terpaan cahaya matahari seaikaan menyapa sang empu. Suasana yang indah sayangnya aroma obat tercium disetiap sudut ruangan ini.
Woojin mencoba bangkit dari kasur empuk nan nyaman itu. Mencoba mencerna apa yang terjadi barusan. Ia mulai teringat saat dimana Daniel menyeret-nya paksa ke rumah ini. Woojin jadi ingat ini adalah rumah orang yang berbahaya. Ia bergegas mengenakan sepatu yang terletak di bawah kasur king size itu. Langkah cepat yang ia ambil ternyata hanya percuma. Kamar itu dikunci oleeh sang pemilik rumah, hanya sebuah note yang tertempel disana.
'my snaggletooth, aku berangkat kerja kerumah sakit dulu, kuharap kau jangan mencoba kabur. sandi kamar ini hanya ulang tahun mu saja. makanan ada di pantry, bagaimana kalau nanti malam kita merayakan ulang tahun Daniel. heum." woojin tersenyum simpul.
'bodoh " inner woojin. woojin pun menekan angka angka kelahiranya, dan benar saja tak lama pintu itu terbuka. rasa penasaran woojin akan rumah ini lebih besar dibanding keinginanya mengisi perut. mengelilingi rumah besar milik guanlin membuat cacing cacing perut woojin demo. dan akhirnya ia memustuskan menyudahi acara jalan jalan-nya itu.
namun saat ia akan kembali ke pantry, ia mendengar suara gaduh dari bawah. karena penasaran woojin sangat besar, ia memutuskan untuk turun ke-basement. ruangan sangat gelap dan pengap.
Insting woojin sudah merasakan panas tubuh manusia selain miliknya, benarkah guanlin menyandra orang lain selain dirinya?. Tapi mengapa ia disandara disini bukan dikamar guanlin seperti dirinya.
Akhirnya woojin membuka paksa pintu besi kusam nan karat itu. Ternyata tampilan luar belum tentu mencerminkan dalam.
Sedangkan disudut ruangan sana ada seorang pria berpipi gembul tersenyum manis kearah woojin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Woojin mendekat ke pria itu. Netra woojin bertubrukan dengan mata bulat pria itu.
"Hei, apa yang kau lakukan disini? " tangan woojin terulur menyapu rambut lembut milik pria itu. Yang diusapun hanya memejamkan matanya menikmati lembutnya usapan woojin. Woojin tersenyum melihat ekspresi jihoon.
"Annyeong, naneun Park Jihoon Imnida " jihoon tersenyum manis lagi. Membuat woojin gemas.
"Lalu apa yang kau lakukan dibasement pengap ini? " woojin duduk di ranjang samping jihoon.
"Aku seorang tahanan, lebih tepatnya sandera nya Guanlin"
Woojin mengangguk tanda paham, aneh tapi kenapa dia seceria ini jika ia seorang Sandra. Woojin menepis pikiranya, mungkin ia anak yang polos pikir woojin.
"Kau Sudah makan ?" jihoon menggelengkan kepala. Woojin pun menarik jihoon dari sel itu. Wajah berseri seri keluar dari wajah jihoon.
"gomawo woojin-ah" woojin tersenyum menampilkan gingsulnya. Namun saat akan menaiki tangga jihoon menghentikan langkahnya. Ia mendengar bahwa pintu rumah ini terbuka menandakan ada seseorang yang masuk.
Ada dua kemungkinan untuk Jihoon. Lari atau kembali diam menderung dalam sel. Namun jika ia lari maka Plan-nya akan gagal.
"euhm... Woojin-ah. Sebaiknya aku kembali kesana. Karena kurasa dia pulang. Dan jangan bilang kau bertemu denganku heum" woojin hanya cengo. Seakan akan kata kata jihon adalah permintaan yang meuntut harus dikabulkan. Woojin pun hanya mengangguk lalu kembali keatas.
Perkataan jihoon benar, Guanlin pulang. Indra Jihoon benar benar kuat. Bahkan notabe harlequin yang dulu woojin dapatkan dikalahkan dengan inner jihoon. Woojin ingin ketawa mwngingat dulu ia dipanggil Harlequin karena ia pasti membawa Target nya entah itu hidup atau Mati.
"Woojin, kau belum makan ?" Guanlin menemukan makanan tadi pagi masih utuh tak tersentuh. Woojin hanya mengangguk. Woojin tersenyum, kau adalah mangsaku yang paling tenang woojin. Guanlin hendak menggengam tanagn woojin di meja. Namun woojin dengan cepat menghindar.
"Aku tenang, Lebih berbahaya dibandingkan aku yang Aktif. Camkan itu Joker" guanlin sedikit terhenyak mendengar Joker.
"Kau memanggilku joker, ada 2 kemungkinan. Kita akan saling membunuh dan kemungkinan kkedua Kau ingin menjadi pasanganku" Woojin mwndengus. Tiba tiba ia menghadapkan garpu tepat dileher guanlin, tanpa guanlin sadari.
"diam atau tenggorokanmu sobek" Guanlin menyeringai.
"sebelum kau merobek, kau sudah terkapar karena anastesi" Woojin lengah, guanlin sangat lincah guanlin sudah menempelkan jarum suntik di tengkuk woojin.
*fyi jadi ini posisi mengancamnya kaya rangkulan gitu.
Keduanya Tertawa, Skak mat yang mereka berdua dapat.
"Aku lapar" Woojin yang mengalah duluan dia duduk kembali dan menususkan garpu yang akan ia gunakan untuk membunuh guanlin tadi ke brownis yang ada didepanya. Namun tangan guanlin menghambat aktifitasnya.
"Jangan, garpu itu kotor. Makanan ini juga sudah dingin. Aku akan memasak lagi. Taruh itu" Woojin mendengus kesal. Namun ia hanya tersenyum mengangguk lalu membawa mundur semua makanan itu. Dan mengikuti Guanlin kedapur.
Guanlin sadar bahwa ia sedang ditatap woojin dari belakang. Namun ia biarkan dan acuhkan saja. Namun tiba tiba ada tangan melingkar di perutnya.
"Kau selalu memanggilku Snagletooth bukan, Ku-anggap memang kau jatuh dalam pesonaku, dan dengan mendekatimu ku lebih mudah membunuhmu Guan" Woojin menelusupkan wajahnya pada punggung guanlin.
Guanlin membalik tubuhnya, dan dengan cepat mendudukan guanlin di meja pantry. Woojin menaruh. "Berarti kau siap untuk ini"
Guanlin Meraup bibir woojin, menggigit bibir bawah woojin pelan. Memberikan aksesnya untuk bertemu dengan gingsul woojin. Tangan woojin meremas rambut basah guanlin, menahan agar desahan nya tak keluar. Tangan yang satunya sudah menempelkan Revelover kekepala Guanlin. Guanlin menarik tengkuk woojin, memperdalam ciuman mereka. Tanagn guanlin tak hanya memgang tengkuk, tangan yang satu ia gunakan untuk mengancam woojin dengan menepelkan pisau tajam di tengkuk woojin sekaligus.