Chapter 2 : The Store

84 10 9
                                    

    [London, 1888]

"Apa yang akan kita cari disini?" tanya Aria pada Edward. Lizzy sudah berjalan duluan dengan Paula melihat-lihat toko yang berderet di sepanjang pinggiran jalan.

Saat ini Aria, Elias, Edward, Lizzy, dan Paula tengah berada di pusat kota, tepatnya di tempat yang banyak berdiri berbagai toko.

"Apapun yang kau sukai." Jawab Edward tersenyum.

"Kemarilah." Edward lalu menarik Aria masuk kedalam toko yang dimasuki Lizzy.

Itu sebuah toko pernak-pernik.

"Kakak, lihat ini. Ini imut kan?" tanya Lizzy menunjukkan sebuah liontin kristal.

"Ya, itu cocok untukmu." Jawab Edward.

"Kau ingin sesuatu?" tanya Edward kemudian.

"Mmm ... Entahlah." jawab Aria ragu.

"Kalau begitu aku akan mencarikan sesuatu untukmu!" dengan senang Edward lalu berjalan menuju etalase lain

Sementara Aria sendiri berjalan lebih dalam ke dekat rak-rak yang berisi berbagai macam cincin.

"Kau ingin membeli cincin, Nona?" tanya Elias yang sedari tadi diam memperhatikan pergerakan Nona kecilnya

"Hmm? Tentu saja tidak. Aku sudah punya milikku sendiri." Jawab Aria mengusap ibu jarinya yang tidak terdapat apapun.

"Tentu saja." balas Elias tersenyum.

"Kau meledekku ya?" dengus Aria melirik Elias.

"Eh? tentu saja tidak." jawab Elias lagi-lagi tersenyum.

"Awas saja kau."

Aria lalu berbalik, berjalan ke arah lain melihat-lihat barang di etalase sementara Elias hanya mengikutinya dengan senyumannya.

"Hmm ..." pandangan Aria tertuju pada sebuah gelang dengan mata batu yang berwarna merah. Dia lalu mendekati etalase tempat gelang itu dan menatapnya dekat,

"Ada apa, Nona?" tanya Elias bingung.

"Gelang itu ... aku pernah melihatnya di suatu tempat." Jawab Aria.

"Ah! Jeli sekali mata Anda, Nona." Tiba-tiba seorang laki-laki dengan topi mendekati Aria dan Elias. Rambutnya yang berwarna biru kehijauan tidak dapat bersembunyi di balik topinya, warna rambutnya yang unik membuat Aria tertarik menatapnya.

"Gelang ini gelang yang dipakai Jessica Victoria, leluhur keluarga Victoria. Ini merupakan gelang terkutuk yang akan membuat pemiliknya menderita hingga akhirnya bunuh diri." Jelas laki-laki itu menyipitkan mata emasnya dengan wajah dibuat-buat seakan horor.

"Tapi, dalam cerita lain gelang ini merupakan gelang yang dapat memanggil Iblis." Lanjutnya tersenyum.

"Iblis?" Aria mengerutkan keningnya,

"Cerita yang lucu sekali, Tuan." Aria terkekeh pelan.

"Ini bukan cerita belaka, Nona. Anda sebaiknya hati-hati." Ucap laki-laki itu tiba-tiba menjadi serius.

"Hm?"

"Anda lihat mata permatanya? Konon itu akan berubah menjadi merah jika ada Iblis di dekatnya." Laki-laki itu menunjuk mata kecil yang ada di gelang itu.

"Tapi daritadi warnanya merah." Sergah Aria.

"Itu artinya ada Iblis di dalam sini sekarang." Jawab laki-laki itu tersenyum.

Tentu saja Aria dan Elias saling berpandangan heran

"Kau pasti bercanda." ucap Aria tertawa kecil.

The EarlWhere stories live. Discover now