Chapter 3 : The Party

20 3 2
                                    

Kereta kuda yang membawa Lizzy, Edward, Aria, Elias, dan Paula akhirnya tiba di manor Phantomhive. Sebastian lalu membukakan pintu keretanya dan membantu penumpangnya untuk turun.

"Selamat datang di kediaman Phantomhive." Sapa Ciel.

"Kyaaa Ciel sangat imut sekalii~" Lizzy langsung berlari dan menubruk Ciel.

"Lizzy..." Ciel hanya bisa pasrah.

"Paman dan bibi tidak datang?" tanya Ciel kemudian.

"Ayah dan Ibu sedang dalam perjalan ke Jerman. Mereka bilang ada yang harus dikerjakan atau semacamnya." Jawab Edward.

"Jerman?"

"Maafkan ayah dan Ibu ku, Ciel." Gumam Lizzy.

"Hmm? Tidak masalah. Lagipula ini pesta perayaan, kau datang kemari saja aku sudah senang." Jawab Ciel menyunggingkan senyumannya.

"Ciel~" Lizzy begitu terharu dengan ucapan Ciel barusan, dia kembali memeluk Ciel.

"Ngomong-ngomong ... kau terlihat cocok memakai itu, Aria." Pandangan Ciel beralih kearah Aria yang daritadi bersembunyi di balik Edward.

Dengan terpaksa Aria lalu menunjukkan dirinya. Memang benar ucapan Ciel, dress yang dipakai Aria begitu cocok membalut tubuhnya. Dress hitam selutut dengan lengan yang pendek dan banyak hiasan di sampingnya dan juga rambut panjangnya yang di kepang dua membuat Aria tampak seperti anak-anak.

"Hahah, tertawa saja jika kau mau tertawa." Sinis Aria.

"Tertawa? Mana mungkin aku menertawai seorang Lady yang begitu cantik?" balas Ciel.

"Oy, apa-apaan barusan itu." Sahut Edward dengan sinis.

"Apa kau marah?" tanya Ciel tersenyum miring.

"Kau-" geram Edward kesal.

'Hatching!' tiba-tiba saja Aria bersin.

"Disini terlalu dingin..." keluhnya memeluk dirinya sendiri.

"Hahh, aku sudah bilang padamu untuk menggunakan dress lain kan." Gerutu Edwrad lalu melepas jasnya dan memakaikannya ke Aria.

"Uhh, tapi kalau aku tidak memakainya besok aku pasti dihukum." Keluh Aria.

"Huh? Siapa juga yang mau menghukummu?" tanya Edward bingung.

"Tuan putri dan Tuan Muda sekalian, pestanya sudah mau dimulai." Interupsi Sebastian.

"Ah, benar. Ayo kita masuk~!" ajak Lizzy menarik Ciel untuk masuk diikuti Paula

"Ayo, kita masuk juga." Edward mengulurkan tangannya.

"Mmm.." angguk Aria menerima tangan Edward.

Mereka lalu berjalan masuk diikuti Elias dan Sebastian

----

"Wuahhh pestanya sangat ramai~" seru Lizzy senang.

"Tentu saja, pesta perayaan pembukaan cabang Funtom Company memang harus sebesar ini bukan?" sahut Lau yang sedang memegang gelas ditemani Ran Mao.

"Lau-san, kau juga datang?" sapa Aria mendekati Lau.

"Tentu saja, aku kan juga salah satu kolega Earl Phantomhive." Jawab Lau tersenyum.

'tring, tring' Suara dari sebuah gelas yang dipukul dengan garpu itu menyapu seluruh perhatian tamu undangan yang hadir di ruangan itu.

"Perhatian, semuanya." Ucap Sebastian, dia yang membunyikan gelas itu.

"Selamat datang di kediaman Phantomhive untuk merayakan pembukaan cabang perusahaanku. Aku ucapkan banyak terima kasih pada kalian semua yang telah datang pada hari ini, dan juga selamat menikmati pestanya." Ucap Ciel diakhiri dengan membungkukkan badannya sekilas di hadapan para tamu.

Lantas saja semua yang ada bertepuk tangan dan menikmati makanan di meja yang sudah di sediakan. Ciel sendiri lalu berjalan mendekati rombongan Aria dan yang lain.

"Nikmatilah pesta ini sesuka kalian, kuharap kalian bersenang-senang." Ucap Ciel.

"Tentu saja~" jawab Lizzy dia lalu menyeret Paula untuk mencari makanan.

"Tunggu, Lizzy jangan berlarian!" seru Edward lalu menyusul Lizzy.

"Anak-anak itu selalu bersemangat, bukan?" ucap Elias melirik Aria, dia berbicara menggunakan bahasa Jepang.

"Apa yang kau ucapkan? Tentu saja mereka bersemangat. Mereka sangat menyukai pesta." Jawab Aria.

"Nona sendiri, tidak ingin menikmati pestanya?"

"Kau benar-benar meledekku ya." Aria menatap Elias dengan tatapan tidak suka.

"Terserahlah, aku mau ke kamar mandi." Seru Aria kesal lalu segera beranjak.

"Apakah saya perlu menemani, Nona?"

"Jangan menggangguku!" bentak Aria lalu benar-benar pergi.

"Dia itu kenapa?" tanya Ciel bingung.

"Yahh mungkin saya sudah keterlaluan daritadi menggoda Nona Aria." Elias tersenyum kecil.

"Kau ini..."

---

"Elias sialan, sebenarnya apa maunya sih?!" gerutu Aria lalu keluar dari kamar mandi.

"Senang sekali mengejekku ini itu. Awas saja dia nanti, aku akan benar-benar membuatnya menderita." Lanjutnya berjalan penuh amarah.

"Lagipula apa bagusnya dia, dia hanya seorang pelayan. Kenapa aku harus-?!" belum sempat berhenti mengoceh, mulut Aria dibekap sesuatu.

"Mpphhh!" sekuat tenaga gadis itu meronta tapi percuma, dia kalah. Perlahan kesadarannya menghilang, sepertinya kain yang digunakan untuk membekapnya diberi racun.

Tubuh Aria kemudian ambruk tapi dengan sigap si pelaku menopang tubuhnya, dia lalu menggendong tubuh Aria dan membawanya berlawanan arah dari tempat yang dituju Aria tadi.

⚡⚡⚡⚡

.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 18, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The EarlWhere stories live. Discover now