~Sebuah rasa yang sulit ku
mengerti~Pagi ini Alleta berangkat ke sekolah sendiri, karena Calvino sedang menyiapkan semua kebutuhan nya untuk tiga hari kedepan. Sudah setengah jam dia menunggu angkutan umum, namun tidak ada yang lewat di depan komplek nya. Alleta pun mengambil benda pipih di dalam tas berwarna navy itu, dan dia pun segera menekan nomer Faiza untuk meminta agar di jemput di depan komplek. Ternyata nasib tak berpihak padanya pasalnya pagi ini nomer Faiza tidak aktif, jika dia ingin menghubungi Shafana tidak mungkin juga karena sudah pasti Shafana sudah berada di sekolah. Akhirnya Alleta memutuskan berjalan kaki, tiba-tiba ada mobil yang berhenti di samping cewek tersebut.
"Al? Sendiri an aja sih, Kakak lo mana?" ucap Fabian
"Eh lo kak, hari ini kak Calvino nggak masuk,dia harus siapin kebutuhannya buat tiga hari kedepan"
"Oh gitu, udah jam segini bareng gue aja ya?" ucap Fabian sambil membuka kan pintu untuk Alleta
"Beneran kak, gak ngerepotin nih? " balas Alleta sedikit ragu
"Udah naik aja, lagian kita satu tujuan juga kan"
Alleta pun masuk kedalam mobil milik Fabian.
"Kak"
"Hmm"
"Emang lo nanti nggak ikut acara study tour itu?"
"Iya ikut lah, kan gue ketua Osis masak, Nggak ikut?" balasnya sambil mengangkat satu alisnya
"Tapi kok lo kayak gak ada beban gitu, emang semua kebutuhan udah disiapin?"
"Udah sih"
Tak terasa mereka pun telah sampai di depan gerbang SMA Garuda, Alleta pun segera turun dan mengucapkan terimakasih kepada Fabian yang dibalas senyuman oleh Fabian.
Alleta pun berjalan melewati koridor sekolah dengan tergesa-gesa sampai
Brukk.
Tak sengaja Alleta menabrak lengan seseorang hingga dia tersingkir ke lantai. Alleta pun mendongakkan kepala melihat siapa yang telah dia tabrak
"Emm ma .. Ma.. Maaf" ucap Alleta dengan rasa gugup
"Lo nggak papa kan? " balas Alanzo sambil mengulurkan tangannya kepada Alleta
"Gue nggak papa kok, maafin gue lagi buru-buru"
Alleta pun pergi meninggalkan Alanzo namun tangan Alleta di tarik hingga membuat mereka berdua terjatuh, wajah mereka yang hanya berjarak berapa centi membuat jantung Alleta berdegup lebih kencang dari biasanya. Alanzo yang tersadar terhadap posisi mereka berdua mendorong Alleta hingga menjauh dari tubuh nya. Alleta pun bangkit dan merapikan seragam nya, dan pergi meninggalkan Alanzo tanpa mengucapkan apapun.
Pagi ini kelas terasa sangat menyenangkan dan waktu pun berjalan dengan cepat, Bel istirahat pun berbunyi Alleta keluar bersama Shafana melewati koridor utama sekolah menuju kantin. Terlihat Calvino bersama teman-teman nya sedang berada di lapangan sekolah Alleta berjalan dan melihat sekitar lapangan lagi-lagi senyuman mengembang dibibir gadis berambut pirang tersebut. " Kak Alan... kak Alan " teriak dua orang cewek disebelah telinga Alleta. Seketika Alleta pun tersadar dari lamunannya dan menoleh melihat siapa yang memanggil nama orang yang sedang dia pikir kan,
Yang diteriak i hanya tersenyum tipis dan melanjutkan memainkan bola tersebut. Alleta pun berjalan menuju kantin tanpa menghiraukan dua cewek tersebut. Setiba nya di kantin dia bertemu dengan seorang kakak kelas dia juga salah satu anggota osis sama seperti dengan Calvino bahkan mereka bersahabat cewek tersebut menghampiri Alleta dengan senyum yang nampak terlihat di wajah gadis berambut coklat itu dia Elvina Nadira yang sering akrab dipanggil Nadira dia satu kelas dengan Alanzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alleta
Teen FictionSeorang cewek putih, tinggi dan berambut pirang yang gagal dalam menjalin percintaan dan masih terperangkap dalam kisah masa lalunya dia Anastasya Alleta Putri. Hidupnya berubah ketika bertemu dengan Alanzo Pradika Bertrand.