3

305 15 2
                                    

Bunda

"Tak ada seorang pun yang mampu menyayangimu melebihi Kasih sayang seorang ibu kepada anaknya"

◆◇◆◇

Bel berbunyi tanda kegiatan belajar mengajar telah usai. Waktu yang selalu dinanti para siswa di setiap harinya. Siswa-siswi SMA Mahardika mulai berhamburan keluar kelas.

Cello berlari menorobos paksa teman-temannya yang sedang berusaha keluar kelas.

Brukk

"Aww" rintih seseorang yang tanpa sengaja tertubruk tubuh Cello.

Cello pun berhenti berniat membantu siswi tersebut namun diurungkannya.

"Heh jalan tuh pake mata, punya mata gak sih lo?! "Ucapnya dengan sarkastik.

Ia mencoba berdiri dibantu oleh seorang temannya.

Frisella Nadira, siswi kelas XI IPA 1 yamg terkenal sebagai musuh bebuyutan Marcello Wira Pradana, si buaya mahardika.

"Wait.. Wait.. Wait.. Jalan? Pake mata? Otak lo dimana? Jalan tuh pake kaki"

Cello mengucapnya dengan santai. Sedangkan tangan siswi tersebut sudah mengepal di sisi kiri dan kanan tubuhnya.

"Kenapa? Gak bisa jawabkan lo? Pantesan jomblo, oon sih lo.jalan aja pake mata, mana ada yang mau sama cewe macam lo" ucap Cello dengan senyum sinis membingkai wajahnya.

"Mirror please!" siswi itu membalas ucapan Cello dengan tak kalah sinisnya.

"Lo lupa predikat gue di sekolah ini apa? "

"Buaya kok bangga"

Teman dari siswi tersebut sudah beberapa kali mencoba menarik paksa temannya agar berhenti. Namun tetap saja, sulit memisahkan dua kutub magnet yang bersebrangan namun saling tarik menarik.

"Friss, udah yuk. Malu diliatin orang banyak" bisiknya dengan tangan mencoba menarik paksa temannya.

Akhirnya siswi itu berlalu bersama temannya meninggalkan Cello yang masih berdiri dengan senyum kemenangannya.

Cello dan Sella adalah pasangan anti mainstream yang Mahardika punya. Tak ada satu haripun yang mereka lewatkan untuk tidak berdebat. Sekecil apapun masalahnya, pasti dipermasalahkan oleh mereka.

Sekuat apapun Sella melawan, selalu saja berakhir dengan senyum kemenangan yang membingkai wajah Cello.

Siswa-siswi yang melewati keduanya hanya bisa menggelengkan kepala, melihat dua insan manusia yang memiliki hobi di luar nalar manusia.

Bryan yang berdiri di dekat pintu kelas terkekeh melihat tingkah sahabatnya.

"Kasar banget lo sama itu cewe, awas jatuh cinta"

Cello hanya terkekeh mendengar ucapan Bryan.

Bryan dan Cello berjalan beriringan dengan posisi tangan Cello merangkul tubuh Bryan.

"Do. Lo masih marah sama si es"

"Engga"

"Terus kenapa lo diem-dieman mulu sama dia? Kek anak cewe tau nggak"

Selamat TinggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang