CAMELLIA BAB 2

6 2 0
                                    

Biasakan vote dulu sebelum membaca & comment setelah membaca.

Selamat membaca ...

---------------------------------------------------

Lia baru keluar dari kelas mengajarnya saat jam istirahat dan kembali ke kantor. Sebelum pergi untuk makan siang Lia merapikan meja karjanya. Karena dia tipe orang yang tidak suka tempat berantakan.

Sesampainya di atap gedung kantor tempat favoritnya untuk istirahat, Lia membuka bekal makan siang yang sudah dia siapkan. Karena Sudah menjadi kebiasaannya sejak kuliah. Dia membuat bekal makan untuk menjaga kesehatan sekaligus irit pengeluaran. Dia bukan pelit tapi mencoba membatasi diri dari hal yang perlu atau tidak perlu. Itulah seorang Lia.

Saat dia sedang menikmati makan siang. Sebuah suara mengejutkannya.
"Permisi, apa saya boleh duduk di sini?" Suara itu mengejutkan Lia hingga membuatnya tersedak.

"Maaf jika membuatmu terkejut" laki-laki itu langsung membantu Lia membuka tutup botol minum karena dilihat Lia susah untuk membukanya. Setelah tebuka dia memberikannya botol minum itu pada Lia.

Setelah Lia merasa baik. Dia menatap laki-laki yang berani mengganggu acara makan siangnya. Namun tatapannya tertahan.
Sosok Pria Asia bertubuh tinggi, putih dan memiliki iris mata coklat sedang membalas tatapannya.

Sempurna..

itu yang keluar dari hatinya Lia.
"Kayaknya gak asing. Tapi siapa?" Batin Lia. Dia mencoba mengingat tanpa mengalihkan tatapannya dari laki-laki yang sudah membuatnya kagum itu.

Laki-laki itu yang merasa aneh di tatap Lia seperti itu dan menjadi bingung.
"Kau sudah tidak apa-apa ?" Ucap laki-laki itu Tapi yang ditanya masih terdiam. "Hei nona, kau baik baik saja ?" Tanyanya lagi dengan menyentuh pindak Lia.

"Ah. Iya saya baik-baik saja" jawab lia tersadar dari lamunan kekagumanannya.

"Maaf mengganggu makan siangnya. Saya tadinya hanya ingin melihat-lihat. Tapi saya justru menemukan seseorang disini. Aneh.." ucap laki laki itu dengan seulas senyum.

"Tidak apa apa. Tapi bagiku tidak aneh".

"Ow ya kenalkan. Saya Gio" sambil mengulurkan tangan.
"Lia, Camellia" balasku dan menerima uluran tangan perkenalan.

"Nama yang bagus" ucap Gio dengan seulas senyum lagi dan mengalihkan tatapannya pada pemandangan kota disiang hari dari atap gedung.

"Tanks. Tapi apa yang kau lakukan disini, sepertinya kau bukan karyawan kantor ini. Karena saya belum pernah melihat kau disini ?" Tanya Lia.
"Saya Ada keperluan disini. Dan kau ?"

"Saya bekerja disini?"
"Benarkah. Kalau begitu apa kau tau siapa karyawan disini yang memiliki skill lebih bagus ?"

"Hmmm. Entahlah. Saya tidak bisa memberi pendapat karena saya juga karyawan. Tapi mas bisa bertanya pada atasan disini"

Gio yang mendengar panggilan Lia pada Gio "mas" langsung ketawa.

"Kenapa ketawa mas ?" Tanya Lia. Karena merasa aneh melihat Gio ketawa padahal tak ada yang lucu pada ucapannya.

"Kau panggil aku apa tadi ?" Tanya Gio dengan masih menahan tawa.
"Mas ?. Ada yang salah ya sama panggilan itu ?" .
"Aku baru dengar saja. Dan aneh aku di panggil dengan 'mas' "Gio tertawa lagi.

"Maaf kalau kau tak suka. Saya hanya bersikap sopan. Karena sepertinya saya lebih muda darimu" jelas Lia sambil menahan malu. Belum pernah ada yang membuatnya malu seperti ini hanya karena kata panggilan sederhana.

Selama ini belum pernah ada yang di panggilnya mas kecuali saudara laki-lakinya. Tapi entah mengapa dia bisa mengucapkan panggilan itu pada laki-laki yang baru ia temui bahkan belum ia kenal.

"Maaf. Maaf. Aku bukan tidak suka. Tapi aku baru tinggal disini jadi belum terbiasa, kau bisa panggil aku mas. Tapi bisa kau jelaskan mas itu artinya apa ?"

"Untuk orang jawa panggilan Mas. Seperti panggilan kakak untuk laki-laki. Biasa suami istripun menggunakan panggilan itu"
"Ah. Pantas. Aku pernah mendengar itu dari karyawanku. Bisakah kita menggunakan aku kamu. Dari tadi kau masih saya saya"

Lia hanya mengangguk sambil membereskan bekas bekalnya tadi. Lia pun jadi teringat seseorang.

"Apa mas pernah memberi tumpangan payung pada perempuan ?"

Gio mencoba mengingat.
"Kurasa pernah. Seminggu yang lalu. Kenapa ?"

"Makasih mas. Aku belum sempat mengucapkannya saat itu"

"Maksunya... perempuan itu kamu ?" Gio langsung menatap Lia yang sedang duduk di sebelahnya. Mencoba meyakinkan pertanyaannya.

"Ia mas. Itu aku. Maaf ya waktu itu ngerepotin".

"Wah. Aku gak nyangka bisa ketemu kamu disini"

"Kenapa mas?"
"Sepertinya jam istirahat sudah habis. Kau tidak masuk ?"

Lia melirik jam tangannya dan ternyata benar.
"Ow benar. Aku masuk duluan ya mas. Mas gak ikut masuk ?"

"Kau duluan saja. Sebentar lagi aku masuk"

"Ok. Makasih ya mas udah nemenin ngobrol disini. Biasa aku sendirian. Aku masuk. Senang mengenal mas Gio. Aku permisi "
Pamit Lia langsung melenggang pergi meninggalkan Gio.

Setelah kepergian Lia Gio masih duduk di tempatnya sambil memegang dadanya.
"Apa yang terjadi padaku. Jantungku berdetak sangat cepat. Apa aku akan sakit jantung ?" Gio masi mengusap-usap dadanya mencoba menetralkan detak jantungnya.
"Tapi sepertinya aku pernah merasakan hal ini" gumam Gio lagi.
"Ah. Masa bodok. Mending sekarang aku turun. Mereka mungkin sudah menungguku" Gio langsung berjalan meninggalkan atap.

Tbc

Next Camellia BAB 3

Jangan lupa sedikit coretannya

Tank You

777

CamelliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang