Seseorang di suatu tempat...
Gadis itu berdiri tegak di bawah terik matahari. Melipat tangan, ia tersenyum sinis mengamati juniornya yang ketakutan memunguti barang-barang yang berserakan di hadapannya.
"Hermes lo jelas palsu. Tapi tetep gue nggak suka ada yang nyamain tas gue. Sekali lagi lo pakai, gue jamin bukan cuma isi tas lo yang gue berantakin, tapi juga masa-masa kuliah lo. Ngerti?" tanya gadis itu penuh senyum, namun matanya penuh ancaman.
Si junior mengangguk ketakutan sambil mendekap erat tasnya. Gadis galak itu memberi isyarat agar si junior menjauh. Hanya sekedipan mata, junior itu buru-buru menjauh tanpa ragu.
Nama gadis itu Matahari Putri Angkasa. Sama seperti matahari, ia memang tidak mungkin tidak terlihat. Auranya dirasakan jelas oleh orang-orang di sekitarnya. Sama halnya dengan matahari, siapapun yang menantang Ata---panggilan akrabnya---akan terbakar tanpa ampun. Bukan secara fisik tentunya, tapi berefek sama buruknya.
Kalau secara fisik sih, Ata megah seperti matahari. Wajah cantik yang disempurnakan kulit putih tanpa noda, rambut panjang ikal yang terawat, serta tubuh tinggi langsing bak peragawati profesional. Senyum tak berdosa gadis itu, menambah nilai fisik Ata. Pria maupun wanita, dipastikan akan menoleh minimal dua kali saat Ata berada di dekatnya. Tapi percayalah, penampilan fisik bisa sangat menipu.
Berbeda dengan penampilan Ata yang seperti malaikat, sifatnya lebih menyerupai iblis. Lahir sebagai anak tunggal salah satu dari sepuluh orang terkaya di Indonesia sepertinya mempunyai andil besar dalam membentuk sifat jahatnya. Selain pongah, Ata punya kebiasaan menindas. Siapapun---junior, senior, pria, atau wanita---berpotensi menjadi korbannya. Seperti yang terjadi siang tadi.
Junior malang itu hanya mengenakan tas yang kebetulan mempunyai warna, bentuk, dan merk yang sama dengan Ata. Dia menggunakan uangnya sendiri untuk membeli tas itu, tapi dipermalukan seperti itu di hadapan puluhan mahasiswa. Dan yang lebih mengherankan, bisa-bisanya gadis tolol itu sama sekali tak melawan. Dia justru ketakutan dan menurut pada Ata. Sama seperti rata-rata korban Ata lainnya. Entah kenapa.
Tentu roda kehidupan masih selalu berputar. Kadang kita berada di atas, kadang menempati posisi di bawah. Mmm... sepertinya Ata belum pernah merasakan betapa tidak enaknya saat roda kehidupannya berada di bawah. Dengan bantuanku, Ata bakal merasakannya. Dan saat itu terjadi, kupastikan Ata menderita luar biasa. Minimal seperti saat dia menyiksa aku dan orang lain yang tak terhitung jumlahnya. Atau, bisa juga penderitaannya akan jauh lebih parah.
Itu janjiku.
Dan sebelum mati, aku akan merealisasikan janjiku...
***
SHIT...
Aku menatap kuku telunjuk kananku dengan gusar. Kuteks nude pink yang baru kuoles sempurna kemarin malam, tampak tergores di satu sisi. Damn...
"Dasar cewek kurang ajar. Kalau ketemu dia lagi, gue bakal kasih pelajaran," omelku kesal sambil berusaha tidak melihat kuku itu lagi.
Yup. Berusaha tidak memikirkan kuku, aku beralih menatap cermin. Tanpa melihat, kurogoh tas dan dengan cepat meraih bedak baby yang menjadi andalanku saat riasan wajahku mulai tidak sempurna.
"Siapa maksud lo?" Diandra, yang berdiri sambil mencuci tangan di wastafel samping kananku, bertanya.
Aku melirik Diandra sekilas sebelum kembali menaburkan bubuk-bubuk putih di wajahku. "Siapa lagi? Cewek sialan tadilah. Gara-gara dia, kuteks gue cacat."
KAMU SEDANG MEMBACA
YOUR MEAN GIRL - Erlin Cahyadi
Ficção AdolescenteNukilan novel terbaru Erlin Cahyadi dari #BadGirlSeries. Terbit Januari 2018. *** Matahari Putri Angkasa tak habis pikir, kenapa sejak awal Samuel selalu saja memancing emosinya. Bahkan hanya dalam hitungan jam setelah pertemuan pertama, Samuel resm...