Your Mean Girl 2

496 57 1
                                    

Ini akan menjadi mimpi buruk di siang bolong.

Aku menatap tas dengan setengah putus asa. Diktat sialan itu jelas-jelas tidak ada di dalamnya. Mampus. Aku pasti diusir dari kelas kalau ketahuan tidak membawa diktat. Bukannya peduli, tapi aku sudah pernah gagal di kelas ini. Kegagalan kedua hanya akan

menambah penderitaanku di masa depan. Aku tidak ingin bertemu dosen ini lagi semester depan.

Gregorius Rudy... Itu nama dosen yang paling kubenci di kampus. Namanya cukup keren dibandingkan dosen seumurannya, tapi kedisiplinan dan kesinisannya sama sekali tidak keren. Semester lalu, dia tanpa segan tidak meluluskanku hanya karena aku ketahuan titip absen empat kali. Padahal aku masih bisa lulus mata kuliah lain, yang lebih rendah nilainya dan lebih jarang kumasuki. Menyebalkan.

Yang paling kubenci sikap Pak Greg padaku. Saat aku tidak bisa menjawab pertanyaannya, dia akan menyindirku habis-habisan. Sindirannya pun tidak jauh-jauh dari namaku.

Sekalipun tak peduli pendapat dosen itu tentang namaku, aku tetap peduli pada reputasiku. Saat Pak Greg menyindirku, otomatis reputasiku tercoreng di hadapan puluhan mahasiswa lain yang tertawa geli. Makanya aku bertekad semester ini saja berada di kelasnya. Aku tidak mau menjadi bulan-bulanannya lagi. Aku harus lulus semester ini. Harga mati.

Dari sudut mata, aku melihat sosok Pak Greg memasuki kelas. Aku menoleh ke kanan dan kiri dengan cepat. Hampir semua anak mengeluarkan diktat mereka dan menaruhnya rapi di meja. Pak Greg akan berkeliling dan mengusir mahasiswa yang tidak membawa diktat. Tak punya waktu lagi, aku menatap cowok yang duduk di sampingku.

"Gue pinjem diktat lo dong." Aku berkata sambil memamerkan senyum terbaik.

Cowok itu bergeming, tak menoleh sama sekali. Aku berdeham cukup keras untuk menarik perhatiannya. Cowok itu menoleh dengan tatapan terganggu.

"Gue pinjem diktat lo dong," ulangku manis.

Tanpa berkata apa pun, cowok itu kembali menunduk dan menekuni aktivitasnya. Mulai tak sabar, aku kembali memanggilnya. Untuk kedua kalinya, cowok itu menatapku kesal.

"Pleaseee..." sambungku setengah merayu dan memohon.

Cowok itu malah membuang muka dan tidak mengacuhkan diriku. Dasar cowok sialan. Tapi aku tidak punya waktu untuk mengurus cowok itu sekarang. Dengan cepat aku memandang sekeliling. Kupilih anak yang kelihatannya paling mudah diintimidasi. Mataku mencari-cari... Dapat!

Cewek itu duduk dua bangku setelah bangkuku. Di sampingnya kosong---bagus! Berarti ia tidak punya teman yang akan membelanya. Dengan perlahan dan mencoba tidak menarik perhatian siapapun, aku beringsut duduk tepat di sebelah cewek tadi.

"Gue mau pinjem diktat lo sekarang," kataku tegas setelah duduk di sebelah si cewek.

Aku melirik Pak Greg yang mulai mendekat. Ah, sial, aku nyaris kehabisan waktu. Tanpa banyak bicara, aku menyambar diktat cewek cupu itu dan buru-buru membukanya di mejaku. Cewek cupu itu mengerang pelan sambil mencoba protes. Aku meliriknya dengan tatapan tersadis yang kupunya. Entah karena tatapanku memang begitu menakutkan, atau mungkin reputasiku yang terkenal, cewek cupu itu menunduk pasrah.

Sadar tak ada perlawanan dari cewek cupu, aku tersenyum menang. Dengan santai, aku menunggu Pak Greg yang sudah sampai di barisanku.

"Mana diktatmu?" tanya dosen galak itu pada cewek cupu.

Cewek cupu itu hanya menunduk ketakutan tanpa berani mengatakan apa pun.

"Kalau nggak niat kuliah, nggak usah di sini. Keluar!"

Cewek cupu itu bangkit perlahan. Namun belum sempat beranjak dari sana, terdengar suara yang menyita perhatian seisi kelas.

"Diktatnya ada di cewek sebelahnya, Pak. Tadi saya lihat sendiri dia merampas diktat yang bukan miliknya."

Aku ternganga sebelum menoleh geram pada si cowok pengadu. Aku pasti masih memperhatikannya geram kalau tak ingat dosen sadis itu sedang berdiri di dekatku. Dengan senyum terbaikku, aku menatap Pak Greg. Namun senyum itu tak bertahan lama saat aku melihat wajah Pak Greg yang jelas-jelas tak suka.

"Ah, Matahari yang tingkahnya tidak seperti matahari. Mau mengulang mata kuliah saya tahun depan?" tanya Pak Greg dingin.

Ah, sial...

Aku hanya bisa menggeleng sambil menunduk. Aku ingin membela diri, tapi tahu Pak Greg bakal makin murka dan bisa-bisa langsung tidak meluluskanku.Terpaksa aku diam dan menerima cekikik maupun tawa terang-terangan dari semua penjuru kelas.

"Keluar kamu dari kelas saya!"

Aku terpaksa bangkit berdiri. Sebelum melangkah keluar ruangan, aku memberikan tatapan sengit pada cowok bermulut ember itu. Wajahnya akan kuingat jelas dan perbuatannya akan kubalas secepat mungkin. Lihat saja.

***

Aku sengaja menunggu di luar kelas untuk menemui cowok pengadu itu. Saat melihat ia keluar di antara mahasiswa, aku langsung menariknya menjauhi kerumunan.

"Apa-apaan sih?" Cowok itu membentak sambil menepis kasar tanganku.

Aku melotot kesal. Beraninya dia membentakku? "Harusnya gue yang tanya ke lo, mau lo apa sih? Ngapain lo nyampurin urusan gue?"

"Gue nggak merasa punya urusan sama lo."

"Lo nggak usah belagu deh. Gara-gara lo, gue disuruh keluar, tahu!"

"Lo diusir karena diri lo sendiri. Jangan coba nyalahin orang lain."

"Kalau lo nggak aduin gue..."

' "Harusnya lo malu pada diri lo sendiri. Kalau memang lo nggak niat kuliah dan mau jadi mahasiswi abadi, jangan nyeret orang lain."

Aku menyipit. Benar-benar kurang ajar. Aku baru akan mengeluarkan makian saat cowok itu memunggungiku lalu melangkah tanpa kata. "Lo mau ke mana? Urusan kita belum selesai!" Aku berseru geram sambil setengah mengejarnya.

Cowok itu hanya diam seakan menganggap diriku tak kasatmata. Sadar tindakanku mengejarnya hanya akan sia-sia, aku berhenti dan berkata lantang,"Jangan pikir lo bisa kabur dari gue. Gue akan nyari lo, bahkan ke ujung dunia sekalipun!"

Tanpa diduga, cowok itu berhenti dan menatapku sinis. "Nggak perlu repot-repot ke ujung dunia. Kalau nggak lagi kuliah, gue hampir selalu ada di ruang senat universitas. Lo tinggal bilang mau ketemu Samuel Dirgantara dan pasti langsung dianter ke gue."

Sebelum aku sempat membalas, cowok itu berbalik dan berjalan cepat menjauh. Aku menggeram kesal. Aku pasti akan membalas tindakan kurang ajarnya.

YOUR MEAN GIRL - Erlin CahyadiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang