Bab 2.1

15.2K 1.3K 67
                                    

Terima kasih sudah mau membaca #sepertibekaspaku. Jangan lupa vote, comment, share. Mohon kritik dan sarannya juga.

Instagram: @alsaeida08

CTEK!

Ruang beraksen gelap yang memberikan kesan maskulin itu seketika terang-benderang. Seorang laki-laki yang memiliki ciri khas dengan mata yang menjorok ke dalam seperti elang dan berambut angular fringe melangkah masuk, mendekat ke arah ranjang dan menghempas tubuhnya di sana hingga bunyi berderit. Jemari tangannya mulai memijit-mijit pangkal hidung. Lalu tubuhnya tiba-tiba bangkit kala kedua maniknya menangkap sesuatu di pojok ruangan.

Rion-nama panggilannya-berjalan menuju ke sudut kiri ruangan. Bila diperhatikan dengan saksama, ada sebuah pintu yang terhalang sebuah rak buku setinggi badan dengan roda di bawahnya.

Rion mendekat ke arah benda kubus itu, mendorong sedikit ke sebelah kanan hingga sebuah pintu kayu bisa terlihat jelas. Diputar knop pintu hingga tampaklah sebuah ruangan 2 m x 2 m dengan beberapa lukisan di dinding, maneken lengkap dengan rambut palsu, dan sebuah lemari pakaian yang terbuat dari kaca.

Kaki Rion mendekat ke sebuah maneken full body. Tubuh boneka tersebut berbalut baju terusan khusus ibu hamil yang semakin memperlihatkan perut buncit sang boneka.

Awalnya maneken itu seperti boneka seluruh tubuh lainnya dengan tubuh berlekuk bak gitar spanyol. Namun sejak gangguan kepribadian yang disebut dengan OCD [1] muncul, Rion mengubah tubuh maneken-maneken tersebut menjadi berperut buncit dengan bantuan bola pantai yang sedikit kempes dan dilakban di sekitar perut, hingga boneka-boneka itu tampak seperti wanita-wanita dengan usia kehamilan empat bulanan.

"Sehat-sehat di dalam perutmu Bundamu, nak," lirih Rion sembari mengusap-ngusap perut sang maneken.

Beberapa minggu sejak menginjak kaki di negara dengan julukan Negeri Singa lima tahun silam, ucapan dan tingkah laku seperti itu mendadak timbul.

Mungkin orang yang melihatnya pasti menganggap gila. Tapi bagi Rion, semua tindakannya merupakan bentuk pelampiasan atas kebungkaman di hari itu, hari saat dia hanya bisa menundukkan kepala dan membiarkan kedua orang tuanya mengambil keputusan. Bahkan saat itu, tidak ada satu kata pun terucap dari mulutnya, apalagi sekedar untuk memandang ke arah gadis yang duduk di kursi santai dekat kolam renang.

Usia menuju enam belas tahun adalah masa-masa emas untuk mengembangkan bakat dan minat, tapi di usia tersebut Rion justru melakukan kesalahan besar. Brengseknya, dia tidak bisa berbuat apa-apa, selain menuruti semua keinginan kedua orang tuanya dengan segala kebungkaman.

Ada rasa takut yang begitu menggerogoti, membuat dirinya enggan untuk menyerukan pendapat yang bisa mengancam kemewahan dan kesenangan yang didapat selama ini. Tidak peduli apakah sosok itu merasa terluka dan teraniaya. Hingga kemudian, dari tiga minggu saat berada di Singapura hingga sekarang, tanda-tanda penyesalan mulai menyerangnya, menyebabkan gangguan pikiran itu mendadak menyeruak ke dalam otaknya.

Rion menjadi terobsesi dengan barang-barang yang berbau kehamilan. Tidak ada yang mengetahui tentang hal itu, kecuali Riyan-kakak laki-lakinya-dan Bik Sumi yang sering membersihkan ruang tersebut.

Di dalam kamar itu, ada lima buah maneken dengan berbagai model baju hamil dan perut buncit yang disusun sejajar di tengah-tengah ruangan. Di pojok kanan terdapat sebuah lemari kaca dengan gantungan pakaian-pakaian hamil berbagai model di dalamnya, dari celana berbahan katun karet hingga terusan berbagai warna. Di setiap sisi dinding, terdapat lukisan-lukisan wanita hamil yang sengaja dipesan kepada pelukis terkenal asal Singapura dan Indonesia.

Rion menghentikan kegiatan mengelus-ngelus perut sang maneken, kemudian menggerakkan kakinya ke pojok kanan ruangan. Berdiri di depan lemari, mengamati sejenak sebelum membukanya.

Seperti Bekas PakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang