Hari mulai petang, senja kemerah-merahan menyeruak di langit yang mulai diselimuti kegelapan. Bintang di langit yang menggelap mulai terlihat berkedip di angkasa. Bulan sabit muncul ke permukaan langit, diiringi laju matahari yang mulai surut diufuk barat.
Desiran angin menerobos masuk dengan bebas, tampak seorang gadis yang sesekali mendekap tubuhnya yang kedinginan.
"Duh, lama banget sih, Jihan"
Gadis itu terus mendesis, sesekali mendengus kesal ditengah duduknya disalah satu bangku taman. Suasana taman yang ramai semakin membuat gadis itu merasa tak nyaman. Disaat orang-orang disikitarnya sibuk bercanda ria, sementara dia harus duduk menyendiri disana.
"Lucy!"
Teriakan seseorang yang sudah lama di tunggu-tunggunya kian memekik diudara,membuat gadis itu menoleh kearah sumber suara, memutar bola matanya jengah.
"I can still wait any longer" Sindir Lucy kepada gadis yang baru saja meneriaki namanya sembari melipat kedua tangan nya didada.
Jihan yang melihat raut wajah kesal sahabatnya itu, hanya bisa tersenyum dan cengengesan menunjukkan tampang tanpa dosanya. Ia pun segera berlari dan menghempaskan bokongnya di bangku taman, disamping sahabatnya itu duduk.
"Pria memang selalu seperti itu." Sinis Lucy tajam.
Jihan tertawa hambar, sahabatnya itu memang selalu bersikap sensitif kalau itu menyangkut kaum adam. Mungkin, kejadian pada masa lalunya itu, yang membuatnya bersikap demikian.
"Baiklah, ayo kita jalan-jalan" Sahut Jihan bersemangat, menarik lengan sahabatnya yang masih diam ditempat dengan wajah cemberut nya.
Lucy mendengus, lalu berdiri. Membiarkan lengannya terus ditarik sahabatnya itu. Sahabat yang sudah ia kenal semenjak SMA. Yang selalu menemani nya melalui masa-masa yang menyedihkan baginya dimasa lalu.
Mereka kini berjalan beriringan, menjelajahi bermacam-macam tempat ditengah suasana malam kota Paris yang sangat indah. Sesekali tertawa, bercanda ria, menikmati suasana bahagia itu.
Termasuk museum Louvre, Paris
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🍁🍂🍂🍁 🍂🍁
Lucy dan Jihan berjalan keluar dari sebuah cafe, lalu saling berpamitan untuk pulang.
Ketika ia melihat jam tangannya, saat itu juga Jihan sudah berpamitan pulang karena sudah dijemput oleh pacarnya-Leon.
23:30
Lucy mendesis melihat angka yang tertera pada jam tangan digitalnya, karena ternyata sekarang sudah benar-benar larut malam.
'Ck..Ini sudah sangat larut' Gerutunya.
Lucy sangat menyesal, karena kini jalanan sudah mulai sepi. Ia mengedarkan pandang, merasa ada sesuatu yang aneh. Seperti ada seseorang yang memperhatikan nya.
Tanpa berpikir panjang, ia segera menghilangkan pikiran buruknya itu. Beranjak pergi dengan langkah-langkah lebarnya, sembari mengedarkan pandang ke sekeliling. Lampu jalan yang redup, tak ada orang yang berlalu lalang, semakin membuat perasaannya tak karuan.
Perasaannya semakin dipermainkan, ketika ia mendengar suara derap kaki seseorang yang seperti mengikuti disetiap langkah panjangnya.
Dengan jantung yang terus berdegup semakin kencang, ia memberanikan diri menengok kebelakang.
Dan...tak ada siapapun disana. Ini apa ia yang terlalu was-was, atau firasat nya saja yang sangat buruk. Sampai-sampai terlintas pikiran buruk yang terus menggelayuti kepalanya.
Ia pun segera meluruskan kembali pandangan nya kedepan. Melanjutkan lagi langkah panjangnya yang sempat terhenti.
Ketika itu, ia mulai memasuki jalan sempit dengan penerangan yang semakin redup. Ia mendengar lagi suara derap kaki itu. Kini perasaannya semakin kacau, ia sangat yakin, pasti ada seseorang yang sedang mengikutinya sekarang.
Dengan penuh keberanian, ia menengokkan lagi kepalanya kebelakang.
Dan benar saja, ada seseorang yang berdiri di ujung jalan sempit itu. Pria itu menyeringai, membuat bulu kuduknya seketika meremang. Membuat air mata dipelupuk matanya seketika jatuh, dan terus menetes.
Ketakutan, keputusasaan, dan masa lalu seketika terngiang di benaknya bagai lintasan kilas balik. Dengan ketakutan yang mengahantui, ia pun segera berlari menuju sebuah jalan sempit. Nafasnya menderu, telinganya berdengung, jantungnya berdegup kencang, semakin kencang disetiap langkahnya yang terasa berat.
Ia berlari, terus berlari menelusuri jalan sempit yang berkelok-kelok itu. Matanya kini melihat cahaya di ujung jalan. Dengan langkah yang semakin lemah, sebisa mungkin ia memacu tenaganya yang mulai terkuras habis. Berlari ke ujung jalan itu.
"Aaaargh...."
Teriakan sontak muncul dari bibirnya yang kelu nan pucat. Ia pun kini tersungkur lemas di jalan sempit itu.
Pria itu, berdiri disana. Didepannya. Senyum seringai menakutkan terlihat jelas di wajah pria itu.
Langkah demi langkah, pria itu mendekatinya. Ketakutan, membuatnya semakin hilang kesadaran. Kini pria itu memegang dagunya. Mengangkat nya. Membuatnya langsung melihat tatapan tajam pria yang terasa menakutkan itu.
'Oh, Tuhan. Kumohon, selamatkan aku. Seseorang, tolong lah aku..kumohon...kumohon' Teriak batinnya. Membuatnya air di pelupuk matanya mengalir deras.
"Jangan takut, sayang. Aku tak akan mencelakaimu. Aku hanya ingin bersenang-senang sedikit denganmu, manis" Ucap pria itu sinis.
"TIDAKKK!!"
Seketika ia menutup matanya. Putus asa, ketakutan, ketidakberdayaan, itulah yang ada dalam dirinya saat ini. Sekecil apapun harapan, saat ini ia masih berusaha untuk mempercayai harapan itu.
Brukk..
Seketika, tak ada lagi sentuhan maupun sebuah tangan kekar yang menyentuh wajahnya. Dengan secercah keberanian, ia membuka matanya.
Matanya membelalak, melihat Pria brengsek itu kini tersungkur, tepat dihadapannya. Sementara didekat pria itu, ada seorang pria berhoodie yang sedang menggeram marah, tangannya terkepal begitu kuat, tatapan nya nyalang. Seakan belum puas, pria berhoodie itu menarik kerah baju pria brengsek itu, kembali mendaratkan kepalan tangannya di wajah pria itu bertubi-tubi, sehingga terdengar suara pekikan yang nyaring. Pria brengsek yang sudah babak belur itu kini terjatuh lagi, dan seketika kehilangan kesadarannya.
Tidak tahan melihat kengerian yang sedang terjadi dihadapannya, ia tak kuasa menahan air matanya untuk mengalir begitu deras. Dengan secercah tenaganya yang masih tersisa, dan tanpa sadar ia berlari memeluk pria berhoodie itu.
Tangisan nya, semakin memecah membelah keheningan malam. Air mata terus menerus mengalir di wajahnya yang ia benamkan di dada bidang pria yang menolongnya itu.
Tanpa ia sadari, pria itu membalas pelukannya. Mengeratkan pelukannya. Menyalurkan ketenangan pada gadis itu.
"Jangan menangis, kau aman..." Ucap pria itu lirih, seakan merasakan apa yang gadis itu rasakan.
"I'm afraid..." Ucap nya lirih.
"I'm here, don't be affraid. Please..." Pinta pria berhoodie itu sembari mengelus rambut gadis itu dengan lembut.
🍂🍁🍂🍁 🍁🍂
Cuap cuap... Semoga seneng sama ceritanya.. Jangan lupa vote nya..