Dear Autumn | part 2 : Your Name

14 5 2
                                    

Autumn 2018

Suasana pagi musim gugur yang cerah, guguran daun yang menguning, suara rentetan derap kaki mahasiswa yang hilir mudik dengan kesibukannya masing-masing, meramaikan suasana pagi itu.

Berbalut blus mocca, rok pendek berwarna senada, rambut hitam sepunggung yang digeraikan, Lucy berjalan santai disekitar taman kampusnya.

Sembari menunggu jadwal kelasnya tiba, ia memilih duduk disalah satu bangku taman dekat gedung jurusan Fashion Designer, yang merupakan tempatnya menimba ilmu.

"Coffee"

Seorang pria tiba-tiba menyodorkan secangkir kopi Starbucks kepada gadis itu, menghentikan kesibukannya yang tengah menggambar sebuah desain gaun.

Seorang pria tiba-tiba menyodorkan secangkir kopi Starbucks kepada gadis itu, menghentikan kesibukannya yang tengah menggambar sebuah desain gaun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucy mendongakan kepalanya, melihat siapa empunya tangan yang menawarkannya secangkir kopi di pagi hari ini. Dan ia sudah hapal betul siapa orangnya.

Dia adalah Grey, salah seorang teman Lucy yang merupakan keturunan Indo-Prancis. Lucy sudah mengganggap Grey seperti saudaranya sendiri. Kedekatannya dengan keluarga Grey lah, yang membuat perasaan itu muncul. Karena saat ia masih di Indonesia, keluarganya dan keluarga Grey memang sudah berteman baik. Ia bahkan sudah menganggap ibu dan ayah pria itu, seperti ibu dan ayahnya sendiri.

Dan sudah menjadi kebiasaan pria itu, selalu menawarkan kopi di pagi hari untuknya sebelum ia memulai kelas pagi.

"Merci"

Grey hanya mengangguk kecil sebagai balasan ungkapan terimakasih Lucy.

Ia memandang pria itu sejenak, hembusan nafas kecil keluar dari bibirnya "Sebenarnya kamu tidak perlu repot-repot seperti ini, Grey..,"

Grey mengangkat bahu "No problem, girl"

Lucy mengangguk pasrah, ia mengulurkan tangan kanannya lalu menerima secangkir kopi dalam kemasan gelas plastik itu dengan sepenuh hati.

Tanpa ragu, ia membuka tutup nya, lalu menghirup aroma coklat yang menguar bersama kepulan asap...

'Hazelnut Signature Chocolate'

Ia sangat menyukai aroma dan rasa minuman favorit nya itu. Membuatnya ingin berlama-lama menghirup aroma coklat manis yang keluar dari minuman hangat itu.

Tanpa Lucy sadari, Grey memandangi gadis itu, menyimpulkan senyum tipis di sudut bibirnya. Entah kenapa, setiap perilaku Lucy yang terkadang unik dan sesederhana itu, selalu mampu membuat nya tersenyum. Dan ikut merasakan kebahagiaan yang seperti gadis itu rasakan.

Grey melangkahkan kakinya mendekati tempat duduk Lucy, lalu membalikkan tubuhnya seraya duduk disamping gadis itu.

Lucy yang melihatnya, mengangkat sebelah alisnya. Menolehkan wajahnya, melihat Grey yang sedang tersenyum tipis.

"Kenapa kau ikut duduk disini, Grey? Bukankah lima belas menit lagi kelasmu di mulai?"

Grey hanya mengangkat bahunya untuk membalas pertanyaan Lucy. Membuat gadis itu, mengernyitkan keningnya.

"Apa tidak boleh? Aku hanya ingin duduk sebentar disini" Grey menjeda "denganmu,"

Akhirnya pria itu membuka suara, namun reaksi dan jawaban Grey malah membuat gadis itu semakin mengerutkan keningnya. Grey kembali tersenyum, melihat raut wajah Lucy yang menurutnya sangat menggemaskan.

Grey mengacak-acak puncak kepala gadis itu, sebelum akhirnya beranjak pergi. Seutas senyum pria itu masih terukir, saat berjalan pergi meninggalkan Lucy di taman.

Lucy merapikan kembali rambutnya yang sempat diacak-acak Grey dengan memberengut, menghembuskan nafas dari bibirnya, menghempaskan rambut poni yang menghalangi pandangannya.

Lucy melirik jam tangan berwarna silver ditangan kirinya. Gadis itu menajamkan matanya.

Matanya spontan terbelalak melebar kala melihat waktu yang menunjukkan kalau sebentar lagi kelasnya dimulai. Buru-buru ia memasukkan semua barang-barang nya. Lalu melesat pergi ke kelas nya di gedung fashion designer yang sebentar lagi akan dimulai.

🍁🍂🍁🍂

🐤🐤

Lucy berjalan dengan sedikit terburu-buru, langkahnya ia percepat. Mengabaikan nafasanya yang menderu karena terengah-engah.

Sesekali tali tas yang ia sampirkan dibahunya bergoyang-goyang, membuat nya kesulitan.

Lucy sibuk menyampirkan tali tasnya, tanpa melihat kedepan. Membuatnya tanpa sengaja menabrak seseorang.

Brukk

"Aduh..,"

Lucy mengerang, tubuhnya dengan mudahnya tergeletak di jalanan kampus.

'Aduh, lagi buru-buru malah nabrak orang' Gerutu Lucy dalam hati.

Lucy mendongakkan kepalanya ketika sebuah tangan terulur padanya. Sepertinya itu tangan pria yang tadi ditabrak nya tanpa sengaja.

Lucy pun menggenggamnya. Pria itu menariknya dengan kuat, yang membuatnya dapat berdiri dengan cepat.

"Maaf"

Ucap Lucy spontan. Ia melihat sekilas pria yang menolongnya, menundukkan sedikit kepalanya, lalu berpamitan dan melenggang pergi setelah mengucap terimakasih sambil berlari-lari kecil seperti terburu-buru.

Senyum tipis yang sangat kontras terukir di wajah pria itu. Alisnya terangkat, membuat keningnya berkerut saat melihat kepergian yang menyisakan punggung gadis itu semakin menjauh.

Ternyata gadis itu adalah gadis yang ia lihat di taman waktu itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata gadis itu adalah gadis yang ia lihat di taman waktu itu. Gadis yang mampu mencuri perhatiannya, saat pertama kali melihatnya.

Adrien menundukkan kepalanya, melihat secarik kertas dengan gambar sebuah desain gaun  yang tak sengaja ia injak. Ia membungkukkan tubuhnya, mengambil secarik kertas itu.

Lucy Anastasia Effendi

Sebuah nama tertulis diujung kertas itu.

Membuat Adrien merespon dengan mengangkat sebelah alisnya, senyum kontras kembali terukir di wajah menawannya. Membuat ketampanannya semakin terpancar.

Di sekitarnya, kini banyak pasang mata yang terus memandangi dengan pandangan mumuja, Adrien yang sudah biasa dengan pemandangan itu, mengangkat kedua bahunnya. Lalu berjalan santai menuju gedung yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

🍂🍁🍂🍁
🍁🍂

Semoga seneng sama ceritanya...
Sorry kalo typo..
Jgn lupa vote nya..

Dear AutumnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang