>tigaa<

90 14 4
                                    

cuma mau bilangin part ini bahasa nya baku bgt, karna mereka ngomong sama ortu jdi aku bedain gitu.




"Mah, mama yakin sama paman itu? Apa engga kecepatan kalo mama nikah bulan depan sama dia?"

Wanita setengah paruh baya itu tersenyum manis. Wajah nya masih sangat cantik seperti anak nya.

"Yein sayang, mama tau kamu sebenernya belum bisa terima kan paman itu jadi papa kamu? iya?"

Yein mengangguk samar. Membuat wanita yang dipanggil mama itu tersenyum kecil. "Gapapa kok sayang, lama lama kamu bakal terbiasa sama paman itu. Dia juga punya anak seumuran sama kamu. Jadi, kalo mama mulai kerja lagi, kamu bisa ada temen nya."

Yein hanya mengangguk pasrah. Sejak kepergian papa nya satu tahun yang lalu, Yein tidak pernah melihat senyuman yang tulus dari wajah mama nya. Dan apakah Yein tega jika ia menentang pernikahan mama nya dengan orang yang bisa membuat nya bahagia? tentu tidak. Kebahagiaan mama nya adalah segala nya. Mama nya bahagia, pasti Yein juga ikut bahagia.

"Yaudah, kamu siap siap ya? Sebentar lagi kita makan malam dengan mereka." ucap wanita setengah paruh baya itu lalu meninggalkan kamar Yein.

Yein lagi lagi menghela nafas. Ia harus bisa terima ini semua. Terlebih, ini untuk kebahagiaan mama nya.

Ia dengan perlahan memasuki toilet di dalam kamarnya dan mencuci wajah nya. Setelah itu, ia memilih dress selutut miliknya berwarna krem. Tak lupa, ia membawa tas selempang yang ia isi dengan hanpone dan dompet. Rambut nya ia biarkan tergerai.

"Aduh, anak mama cantik banget." celetuk mamanya saat Yein menuruni anak tangga kamarnya.

Yein tersenyum. "Kan cetakan nya mama, ya pasti cantik dong."

Wanita itu terkekeh lalu merangkul Yein untuk keluar dari rumah. Ia memencet kunci alarm pada mobil nya lalu memasuki mobil tersebut dengan Yein di bangku penumpang.

Sekitar lima belas menit dari rumahnya, mereka turun di salah satu hotel. Setelah memarkirkan mobil nya, Yein dan mama nya turun dari sana. Mereka berjalan kearah sebuah tempat makan yang ada di hotel itu.

"Annyeonghasaeyo. Maaf, kami terlambat." Ucap mama Yein saat sampai di salah satu meja. Seorang pria langsung tersenyum hangat ketika melihat mama Yein dan tentu saja Yein.

"Kalian sudah datang? Silahkan duduk." Ucap pria itu ramah. Disamping nya, ada seorang gadis yang sibuk dengan ponsel nya.

Setelah duduk, wanita yang disebut mama oleh Yein dengan pria ber jas hitam itu tampak mengobrol ringan. Melupakan Yein dan juga gadis di sebrang nya yang masih sibuk dengan ponsel nya.

"Ah! aku lupa! Perkenalkan, ini anak ku, Jung yein." Ucap nya sambil melirik kearah Yein. Yein seketika langsung bangkit dari duduknya dan memberi salam.

Pria itu tampak tersenyum. "Annyeong, Yein. Senang mengenal dirimu. Semoga, kau dan putri ku bisa akur."

Sontak gadis yang sedari tadi sedang sibuk dengan ponsel nya itu mengangkat kepala nya dan tatapan nya bertemu dengan mata hazel milik Yein. "Jadi? dia yang akan jadi saudara tiri ku?"

"Jaga ucapan mu, Lisa! Dia akan jadi adikmu."

Gadis itu tampak berdecih. "Aku tidak akan sudi memanggil nya dengan sebutan 'adik' dan terimakasih atas ketidaknyamanan yang kalian berikan padaku. Aku pergi."

Dan gadis itu langsung berdiri dari duduknya tanpa menyentuh sedikit pun makanan miliknya. Ia dengan cepat berjalan keluar dari ruang itu.

Pria itu tampak berdehem. "Maafkan putri ku yang tidak sopan dan kurang ajar seperti itu. Dia memang seperti itu pada orang yang tidak ia kenal. Sangat ketus."

Wanita dihadapan nya hanya tersenyum canggung memaklumi. Siapa pun tidak akan rela jika ibu nya digantikan oleh perempuan lain yang bahkan tidak ia kenal. Ia pasti tau bagaimana perasaan gadis itu.

"Yein?"

Yein menoleh. "Kenapa mah?"

Wanita itu mengelus surai Yein. "Bisakan kamu mengejar gadis tadi? Ajak dia berbicara dengan mu. Mama yakin, dia bisa mengerti. Kalian seumuran hanya berbeda beberapa tahun, jadi kalian pasti sangat mengerti."

Yein hanya mengangguk. Ia lalu bangkit dari duduknya dan memberi salam lalu keluar untuk mengejar lisa.

Ternyata Lisa ada di lobby hotel. Duduk di tangga pintu masuk. Disamping nya ada heels hitam miliknya yang tidak ia pakai lagi. Pandangan nya menatap lurus kedepan.

"Kak?"

Lisa yang merasa jika bahu nya di tepuk menoleh. Ia mendapati Yein dengan senyum nya yang tulus.

"Ngapain lo disini? Kurang puas bikin hidup gue berantakan?"

Yein menggeleng dengan cepat. Ia tau jika Lisa menolaknya mentah mentah. Namun ia harus bisa menelan semua kata kata menusuk yang di lontarkan Lisa pada dirinya.

"Aku cuma mau nemenin kakak, aku seneng deh! Setelah lama aku pengen punya kakak cewe akhirnya terwujud."

Lisa tampak mengeryitkan dahi tak suka. "Gue gapernah mau punya adek cewe kek lo."

Yein hanya menanggapi nya dengan senyum tipis. "Gapapa kok kak, aku tau kakak masih belum bisa nerima aku. Tapi sua--"

"GUE GAAKAN NERIMA LO SAMPAI KAPAN PUN! SEKARANG, MENDING LO PERGI DARI SINI?!"

Yein sedikit terkejut dengan teriakan Lisa disamping nya. Tapi ia berusaha untuk tetap tenang.

"Kak, jujur. Aku juga gamau punya papa baru. Tapi? aku runtuhin ego aku demi kebahagiaan mama aku. Apa kakak gamau liat papa kakak bahagia? Apa kakak mau kalo papa kakak gapernah tersenyum, tertawa, bahkan bahagia?"

Lisa berdecih. "Gausah sok ceramahin gue deh bocah!"

"Aku engga masalah kalo kakak benci sama aku, tapi please aku mohon sama kakak jangan pernah benci mama aku."

Lisa kali ini menatap Yein dengan jengkel. "Gimana gue engga benci? Semenjak papa gue kenal mama lo, Gapernah sekalipun dia perhatian sama gue. Ke makam nyokap gue aja engga. Lo kira sumber masalah nya tuh di siapa? Di nyokap lo."

"Lisa cukup!"




💫💫💫






"Bang! gue minta saran dong."

Jimin menoleh kearah Jungkook. Ia lalu berhenti dari aktivitas menulis lirik dihadapan nya. "Saran apaan, kook?"

"Kata bang Namjoon, gue disuruh seriusin satu cewe. Nah! gue bingung nih antara dia apa dia?" Ucap Jungkook sambil memperlihatkan kedua foto perempuan yang berbeda.

"Dua duanya lah kook. kapan lagi?"

Jungkook menjitak kepala Jimin. "Gue serius njing!"

"Yang ini aja nih, muka nya kalem terus cakep. Keliatan cantik nya natural." ucap nya sambil menunjuk salah satu foto yang ditunjukan Jungkook.

"Lo kira yang ini muka nya kaga kalem? kaga cakep?" Tunjuk Jungkook sambil menunjuk foto satu nya lagi.

Jimin mengangguk. "Cantik sih, tapi mukanya judes. Ga lyke."

Jungkook tampak menimang nimang usulan Jimin. Apa dia harus serius dengan perempuan yang jadi pilihan jimin? Gaada salah nya sih, Lagian pilihan Jimin ada benarnya. Dia beda dari yang lain nya.

"Yauda dah bang! Gue cabut ya!"

Jimin tampak mengacungkan jempolnya sebelum dirinya kembali menulis lirik.

































Hayoo! siapa kira kira yg dipilih jungkook? Yein? lisa? eunha? atau gue? ehehe kek nya jungkook milih opsi terakhir deh.

Let Me GoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang