Setelah itu, cowo itu pergi. Bulan menatap nya bingung, ia ingin mengejarnya tapi cowo itu sudah menghilang lebih dahulu. Bulan mengenakan jaket itu untuk menghangatkan tubuhnya walau tak sepenuhnya, ia berfikir bagaimana caranya ia mengembalikan jaket itu sedangkan ia tidak mengenal orang yang memilikinya. Bulan kembali melamun, menatap hujan yang sudah hampir setengah jam itu tidak kunjung reda.
"terimakasih tuhan" ucap Bulan pelan, lagi lagi memikirkan suatu hal yang membuatnya refleks mengucapkan kalimat itu. Hujan sudah mulai mereda, Bulan bersiap-siap untuk kembali kerumahnya. Ketika ia baru saja berdiri, terdengar suara yang memanggil namanya
"Bulan..." seru suara itu dari kejauhan yang ada dibelakang Bulan, ia segera memalingkan wajahnya ke belakang dilihatnya seseorang yang tak asing wajahnya. Ia berjalan mendekati Bulan, Bulan hanya menatap bingung dengan menyatukan aslinya.
"haii..lu masih disini? ngapain?" tanya orang itu, Daffa. Yang kemarin meminta Bulan untuk menemaninya, tapi Bulan menolaknya. Dan mereka baru bertemu kembali sore hari ini, disaat hujan turun dengan deras.
"eh ka Daffa,,, iya kak dari tadi. Nunggu hujan reda ka, kaka sendiri ngapain?" Jawab Bulan dengan sikap ramahnya, sebenarnya ia malas bertemu dengan Daffa. Karena hanya membuang-buang waktu baginya, tapi karena ia menghormati jabatannya sebagai--junior jadi iya harus bersikap sopan dan ramah kepadanya. Kalau bukan karena itu pasti ia sudah meninggalkan Daffa sendirian disini.
"oh, nunggu hujan. Gua si tadi abis ada keperluan sama Bu Ros." jelas Daffa, Bulan hanya menganggukan kepalanya tanda ia mengerti. Sebenarnya ia juga tidak peduli Daffa habis ngapain masih disini.
"lu mau pulang kan? ayuk bareng gua aja!" lanjut Daffa dengan memberi ajakan kepada wanita yang mempunyai tubuh mungil itu.
"gausah kak, gua sendiri aja hehe. duluan ya kak!" Jawab Bulan, ia segera berpamitan untuk pulang lebih dahulu. karena ia sudah malas disitu tapi ketika baru saja melangkahkan kakinya, Daffa mencegah Bulan dengan memegang tangan kanan Bulan. Bulan tersentak kaget dan sedikit risih dengan perbuatan kakak kelasnya itu. Ia segera memutar tubuhnya ke arah Daffa, dan melepaskan tangan Daffa dari tangannya.
"eh, sorry sorry.. gua refleks," Ungkap Daffa yang mengakui dirinya bahwa yang ia lakukan tadi refleks.
"Iya, ka.. selow hehe, btw gua duluan ya. bareng sama lu nya lain waktu aja. bye ka!" Bulan merespon Daffa dengan senyum kecil malasnya itu dan berlalu pergi meninggalkan Daffa disana sendirian. Daffa menatap punggung Bulan menjauh dari hadapannya dan lama kelamaan menghilang, huhhh.... ia membuang nafasnya sedikit. Usahanya sekarang gagal untuk kedua kalinya. Lalu ia segera pergi dari situ untuk kembali kerumah.
ceklek.. Bulan membuka pintu rumahnya, sepi. ia berjalan ke dapur tak ada siapa-siapa disana, ia kira akan ada ayahnya yang sedang memasak makanan untuk nanti makan malam. Beginilah nasibnya hanya tinggal berdua dengan seorang ayah yang sudah berumur kepala tiga. Bulan segera berlalu untuk pergi ke kamarnya, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur empuknya. Ia melihat bingkai yang terpajang diatas meja belajarnya, tak terasa tiba tiba setetes air mata menetes dimata cantiknya itu, Bulan segera mengelapnya dan bangun untuk membersihkan tubuhnya. Selesai ia membersihkann tubuhnya ia pergi ke dapur untuk memasak makanan untuk makan malam.
"kalau bukan aku yang menyiapkan, siapa lagi. Kasian ayah nanti pulang pulang capek gak ada makanan." itu yang terlintas dipikiran Bulan setiap dirumahnya tidak ada makanan. Untungnya ia bisa memasak walau masih proses belajar, ia segera memasak makanan kesukaan ayahnya.
"makanan siap. huhhh...." seru Bulan dengan membuang nafas sedikit, ia segera menata hasil masakannya diatas meja makan dengan rapih. menunggu ayahnya datang, mata Bulan sudah 5watt. Jarum jam menunjukan jam 10 malam, besok ia harus bangun pagi padahal besok libur. Kalau tidak ada janji dengan Tami dan Tama ia malas untuk bangun pagi di hari libur, sebelumya ia memang memiliki janji dengan mereka untuk ke salah satu museum menyelesaikan tugas sejarahnya. Bulan kembali ke kamar mengambil selembar sticknote berwarna biru mudah dan menuliskan sesuatu lalu ia taruh diatas meja makan. Dan ia segera berlalu untuk tidur.
![](https://img.wattpad.com/cover/68873059-288-k32342.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My Way
Teen FictionKehidupan tak selalu manis. Seperti coklat, ada manis ada paitnya pula. Semua tergantung bagaimana kita menjalaninya. -Bintang- Kehidupan memang selalu pahit buatku. Selalu terasa pahit jika aku sedang mencoba hidup yang manis. Aku tahu, ini merupak...