EMPAT

370 131 97
                                    

Bel istirahat baru saja berbunyi. Dito segera menyelesaikan ulangannya lalu mengumpulkannya ke depan. Farah pun demikian.

Keduanya menyelesaikan ulangan terlebih dahulu dari pada yang lainnya. Wajar saja, mereka sama-sama juara kelas. Dito peringkat pertama, dan Farah peringkat kedua.

"Alya kemana ya?" tanya bu Anita, guru matematika yang cantik tapi kiler. Yang terkadang juga membuat anak-anak yang biasanya bolos pelajaran bimbang mau mengikuti pelajaran atau tidak.

"Ada di UKS, katanya perutnya sakit."

Dito lebih dulu menjawab pertanyaan bu Anita mendahului Farah. Gadis tersebut mengerutkan dahinya bingung,'Emang Alya sakit perut?' begitulah kiranya pertanyaan Farah melalui tatapan matanya.

"Oh begitu. Kalau sudah tidak sakit beritahu Alya untuk menemui saya," jawab bu Anita. Dia percaya kalau seorang Dito tidak mungkin berbohong padanya.

Dito mengangguk. Setelah mengucapkan terimakasih, dia segera mencari Alya yang sudah tidak ada di kelas sebelum pelajaran matematika.

"Emang bener ya Alya sakit perut? Kok dia gak bilang ke gue? Gue kira dia bo--"

"Kalo gue bilang Alya bolos, udah pasti dia bakal kena marah sama bu Anita. Gue gak mau dia kena marah mulu," potong Dito.

Farah mengangguk lalu bergumam pelan yang mungkin tidak didengar Dito, "Lo perhatian banget ya."

Keduanya berjalan menyusuri koridor. Farah tahu kalau Dito adalah cowok baik-baik. Dito berbohong barusan juga demi kebaikan.

Dan Alya beruntung mempunyai sahabat seperti Dito. Pintar, tampan dan perhatian. Siapa yang akan menolaknya?

Dito berhenti diikuti Farah di sampingnya. Bukan karena apa tapi dia dihadang seorang di depannya.

Rafka, seorang anak basket yang tahun lalu menjadi ketua basket sebelum dia mengantikan posisinya.

"Hai, Dit," sapa Rafka ramah.

Namun Dito tahu, dibalik ramahnya Rafka pasti ada sesuatu. Oleh karena itu dia menyuruh Farah mencari Alya sendiri.

***

Rooftop mungkin tempat yang nyaman bagi Alya selain perpustakaan. Kalau saja perpustakaan tidak ada penjaganya, mungkin dia lebih memilih berada di ruangan ber-ac tersebut.

Tapi rooftop juga tidak kalah nyaman. Selain tempatnya sepi, udaranya yang membuatnya mengantuk, disini dia juga tidak akan kepergok bolos oleh siapapun.

Namun suara familiar yang memanggilnya membuatnya menarik anggapannya yang terakhir.

Farah mengelengkan kepalanya melihat Alya yang ternyata bolos di rooftop, "Untung Dito bilangin gue kalo lo ada disini. Coba kalo enggak, bisa keliling sekolah gue nyariin lo."

Alya memutar bola matanya. Dia lupa kalau teman kecilnya bernama Dito selalu tahu dimana keberadaannya.

"Jadi disini ya lo kalo bolos. Pantes aja betah, udaranya enak banget disini," kata Farah merentangkan tangannya.

"Norak," cibir Alya.

Farah mengerucutkan mulutnya lalu menepuk dahinya ketika teringat sesuatu, "Gue lupa! Tadi Dito ketemu sama Rafka waktu mau nyariin lo kesini!"

"Apa urusannya sama gue?" tanya Alya tak acuh.

"Ish ... Lo lupa kalo Rafka masih gak terima kalo posisi dia sebagai ketua basket digantiin sama Dito?"

***

Rafka dan Dito saling melempar tatapan permusuhan yang sampai dirasakan anak-anak disekitar mereka.

"Mau lo apa?" Tanya Dito tanpa basa-basi.

"Ternyata lo cukup peka buat tahu maksud gue," ada jeda sejenak sebelum Rafka melanjutkan ucapannya, "Gue mau nantang lo basket sama gue."

"Gue gak ada waktu buat ngeladenin orang kayak lo."

Rafka sudah tahu kalau Dito pasti akan menolak ajakannya, "Taruhannya Alya."

Ucapan Rafka barusan membuat Dito mengurungkan niatnya untuk pergi, "Maksud lo?"

Rafka tertawa renyah, "Maksud gue, kalo lo menang, gue bakal relain posisi gue yang lo rebut. Tapi kalo lo kalah, Alya punya gue."

Tbc

***

Maaf ya gaje banget dan bikin pusing alurnya. Dan makasih buat voment dan kritik sarannya.

Jangan lupa voment yay! Terserah komen apa aja bakal aku terima kok.

Dream Catcher?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang