DUA

510 192 181
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tapi Alya masih belum tidur. Bosan, sejak tadi dia hanya membuka game di ponselnya lalu menutupnya kembali.

Ceklek...

Pintu kamar Alya terbuka pelan. Dito berdecak karena ternyata Alya belum tidur, "Kebiasaan kalo mau tidur lampunya gak dimatiin."

Saat Dito akan mematikan saklar lampu, Alya perotes, "Dito! Jangan dimatiin!"

"Iya enggak," Dito tahu Alya takut gelap, makanya kalau tidur lampu kamarnya selalu menyala seperti pasar malam, terang.

Melihat Alya bermain ponsel, Dito mengambilnya lalu menaruhnya di atas nakas. Alya kesal, tapi dia tidak bisa protes. "Kenapa belum tidur?"

"Masih belum ngantuk."

"Bohong, kantung mata lo aja udah tebel mau ngalahin panda."

"Biarin, biar lucu," jawab Alya tak peduli. Bukan Alya namanya kalau tidak punya kantung mata yang tebal.

Dito terkekeh, dia sama sekali tidak terganggu dengan nada ketus Alya karena dia tahu Alya memang seperti itu orangnya.

"Pasti takut mimpi buruk?" Tebakan yang tepat, Alya memang takut mimpi buruknya mendatanginya saat tidur, "Gue kan udah kasih lo dream--"

"Gue. Gak. Percaya. Lo ngerti gak sih? Itu cuma benda buatan manusia. Gak mungkin bisa ngusir mimpi buruk!" Potong Alya kesal.

Kenapa Dito yang pintar tersebut malah mempercayai mitos pada benda bernama dream catcher?

Dito membuka laci nakas lalu menemukan dream catcher berwarna putih. Tanpa izin kepada pemilik kamar, Dito mengantung benda putih tersebut di jendela kamar Alya.

Alya tidak suka dan hendak meraih dream catcher tersebut tapi Dito menahan dahinya terlebih dulu, "Ini anak ... Udah ayo tidur biar gue temenin."

"Dito apaan sih! Itu lepas dulu gue gak suka!"

"Udah lah biarin aja, ribet amat. Lagian cuma ngantung di situ doang gak bakalan ganggu."

Alya menyipitkan matanya menyorot dream catcher putih yang mengantung di jendela kamarnya.

Sebenarnya bagus, jendelanya jadi tidak membosankan jika dipandang, tapi Alya tidak suka dengan hal-hal yang berbau mitos.

Lalu detik berikutnya Dito membaringkan dirinya di atas kasur Alya, "Eh-eh! Lo mau ngapain?" Tanya Alya.

"Tidur lah."

"Iya tapi ini kamar gue! Pergi sana tidur di kamar lo sendiri!" Usir Alya menarik gulingnya yang didekap Dito.

"Gak keburu, udah ngantuk banget."

"Dito!"

"Cuma tidur doang gak bakalan aneh-aneh."

Alya memutar bola matanya. Memang mereka sudah berteman sejak lama, sejak kecil. Tapi rasanya aneh kalau sekarang mereka tidur bersama.

Dito mengeser bantalnya ke tepi kasur. Dia lalu menepuk-nepuk kepala Alya yang memasang wajah masamnya, "Good night, nice dream, Alya."

Tbc

***

Hai! Makasih banget buat yang udah baca dan voment. Kalo ada penulisan yang salah kasih tahu ya biar aku perbaiki.

Jangan lupa voment yay!

See you^

Dream Catcher?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang