Soal Dia..

12 1 0
                                    

Sesampainya dirumah, waktu tak terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa sudah hampir senja. Aku lupa untuk menyalakan lampu depan rumah.

"Mampir dulu Dan. Mumpung aku mau nanya sesuatu sama kamu."
"Nanya apaan nih?"
"Sudahlah. Masuk dulu."

Aku pun mengundangnya masuk. Karena kecerobohanku, aku lupa untuk membereskan rumah sebelum pergi.

Dani menggantungkan jas hujan di atas motor. Sementara itu aku membuat teh panas. Karena Dani tidak suka gula, dan aku juga kehabisan, maka terpaksa kami berdua menikmati teh yang pahit. Suara hujan dari balik jendela itu menemani.

"Dan, menurutmu bagaimana?"
"Bagaimana apa?"
"Soal wanita itu, kau ingin melanjutkannya?"
"Entahlah. Sudah beberapa tahun ini aku mengejar dia, tapi memang tidak semudah keliatannya. Walaupun aku mendapatkannya, tapi aku tidak yakin, kalau dia dapat menggantikan dia."
"Sudah berapa tahun ya? 4 tahun yang lalu kan?"
"Ya. Kamu juga ingat, kan?"
"Iya.. Sudahlah, dia sudah tenang, di suatu tempat."

Dia adalah temanku. Namanya Rena. Orangnya baik, dan dapat diandalkan. Mungkin terlalu mengandalkan diri sendiri, sampai para lelaki yang pernah "berpacaran" dengannya, merasa bahwa dia ini sombong, karena tidak mau mengandalkan mereka. Tetapi memang begitulah dia ini.

Dia ini walaupun sangat independen, punya satu kelemahan. Mudah stres. Kalau sudah stres, jangan pernah sekali-kali diganggu. Nanti dapat hadiah cap tangan.

Sampai waktu itu, dia menemukan orang seperti Dani. Orang yang dapat menghandle dan paham tentang sifat dirinya. Mereka terlihat bahagia, walaupun sesekali mereka berselisih.

Aku ingat Dani pernah bilang, "Menyayangi itu mencintai apa adanya."

Berhari-hari, berbulan-bulan dan bertahun-tahun, persahabatan kami di warnai oleh kisah dua orang ini. Sampai ketika malam itu tiba..

Penantian SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang