Chapter 3

814 116 23
                                    

Badai salju semalam membuat jalanan diselimuti oleh salju yang tebal. Selagi kami menunggu petugas pembersih salju mengerjakan tugasnya, Zayn membuatkanku coklat panas di dapur sementara aku bersandar di balkon memperhatikan dua anak lelaki yang sedang membuat boneka salju. Aku tak ingat kapan terakhir kali aku bermain-main dengan salju. Ayahku melarangku keluar rumah ketika salju turun. Mungkin itu karena ia masih terpukul dengan kematian ibuku ketika malam natal. Sejak itulah kami tak pernah merayakan natal bersama lagi.

"Menikmati pagi indahmu?" 

Aku menoleh mendapati Zayn berjalan ke arahku dengan dua gelas coklat panas di tangannya. Ia memberikanku satu gelasnya padaku dan aku menerimanya. Tak sengaja jari kami bersentuhan tapi ia segera menarik tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celananya.

"Kau lihat dua anak lelaki yang sedang membuat manusia salju itu?" tanyaku menunjuk pada anak lelaki yang kumaksud, berusaha mengabaikan sedikit rasa sakit hatiku akibat tingkahnya barusan.

Zayn mengangguk, "Ya, Sam dan Michael. Mereka tinggal satu atap denganku."

"Apa kita bisa bergabung dengan mereka selagi menunggu jalanan selesai dibersihkan?" tanyaku sedikit memelas, menatap matanya dengan dalam meski ia tak memperhatikan. Entah mengapa menatapnya telah menjadi hobi baruku saat ini.

Zayn nampak menimang-nimang keputusannya. Ia menyeruput coklat panasnya lalu menangguk. "Ya, mengapa tidak."

Kami pun turun dan aku berjalan dengan sedikit melompat-lompat menuju Sam dan Michael. Rasa bahagiaku bukan kepalang ketika akhirnya aku dapat mencium aroma musim dingin di pagi ini.

Kedua anak lelaki itu menoleh ketika melihat kami. "Hey, Zayn." sapa anak berbaju merah sembari melambaikan tangannya.

"Hey, Michael. Boleh kami bergabung?" tanya Zayn di belakangku.

"Tentu. Sam baru saja selesai membuat manusia salju dan akan membuat yang baru," balas Michael menunjuk pada Sam, lelaki berbaju biru yang sepertinya kembarannya karena wajah mereka begitu mirip.

Zayn dan Michael setuju untuk membuat bagian badan manusia salju sementara aku dan Sam membuat bagian kepalanya. Aku sangat payah sekali membuat manusia salju, terutama membuat bulatan kecil bola salju yang seharusnya begitu mudah dilakukan.

Terpikirkan olehku untuk bermain-main sedikit. Aku melemparkan bola salju ke arah Zayn dan mengenai tepat di wajahnya. Aku dan Sam lantas tertawa bersama melihat ekspresi Zayn yang begitu lucu, bahkan Michael pun tak bisa menahan tawanya. Tapi kemudian tawa kami terhenti ketika melihat rahang Zayn mengeras dan ia terlihat begitu kesal.

"Oh tidak. Kita dalam masalah," ucap Sam terlihat begitu ketakutan.

"Zayn, maafkan aku. Aku tidak bermaksud―" Perkataanku terputus ketika bola salju besar menghantam wajahku dan aku terjungkal jatuh ke belakang.

Zayn tertawa lepas lalu berlari ke arahku. Ia mengulurkan tangannya padaku dan membantuku berdiri. Aku sempat terkejut melihat perubahan sikapnya tadi. Entah bagian mana yang harus aku percaya mengenai dirinya yang begitu misterius.

"Kau pikir aku tak tahu caranya bersenang-senang?" tanyanya, menepuk pundakku.

Aku tersenyum miring padanya sambil menepuk-nepuk pakaianku untuk membersihkan saljunya.

"Siapa yang mau perang bola salju?" teriak Zayn pada Sam dan Michael dengan mengapalkan tangannya ke udara. Sepertinya mereka sudah lupa dengan manusia salju yang belum selesai dibangun.

Tak sanggup untuk menyaksikan mereka bermain-main, aku pun ikut bergabung dalam permainan kecil mereka. Aku dapat melihat tawa Zayn yang begitu lepas. Seolah ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya, sama sepertiku.

Alive // z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang