2

24 1 0
                                    

Tarisha POV

Kami berkumpul di sebuah ruangan gelap yang di dalamnya terdapat meja meja yang sudah di susun menyerupai meja rapat.

Para panitia porseni sudah duduk manis di tempatnya masing-masing.

Entah kenapa rapat hari ini harus dengan keadaan ruangan gelap. 

Okta,- sebagai ketua pelaksana sekaligus ketua OSIS tidak menjelaskan apa-apa tentang alasan rapat dengan ruangan gelap.

Begitupun yang lainnya, tidak ada yang berani bertanya ke Ketua OSIS yang di kenal garang dan jutek itu. Ya, walaupun dia seorang cowok bertubuh tinggi, kurus, dan berkacamata yang identik dengan culun itu tidak akan mengubah imej nya sebagai ketua OSIS yang garang.

Disamping kanan-kirinya, sudah ada Aldo-si Waketos 1 dan Velicitia -si Waketos 2 sedang duduk manis dengan memasang wajah wajah serius.

Cih, membuatku muak saja

Aku duduk di antara Rafi dan Chandra. Kami, bukan anggota OSIS seperti Okta, Aldo, dan Velicitia. Tapi, kami hadir disini karena kami di ajukan sebagai panitia porseni dari siswa-siswi populer dan berprestasi SMA Violet.

Ruangan gelap ini membuatku sedikit sesak.

Ah, baiklah aku akan mengakuinya.

Aku sedikit takut dengan ruangan gelap. Tapi, bukan berarti aku punya phobia gelap.
Ketakutanku ini bermula saat aku masih SMP dan aku tidak akan menceritakannya disini, hehe.

"Anggota yang hadir hanya 16 orang dari 20 yang terpilih?" tanya Dinda si Sekretaris 1 OSIS yang anggun dan feminim itu.

Kami disini hanya saling lirik dan tidak menjawab pertanyaan Dinda.

Ah, bodoamat. Untuk apa dia bertanya lagi kalau dia sudah tau?

"Ah, yasudahlah. Mungkin ke empat orang itu tidak berniat dengan kepanitiaan ini" sahut seorang cowok bertubuh tinggi besar dengan matanya yang besar yang kurasa dia adalah seorang kapten basket yang populer itu - ah aku tidak mengenalnya sama sekali.

Aku masih tidak mengerti kenapa harus siswa populer dan berprestasi saja yang ikut kepanitiaan yang membosankan ini?

Mungkin saja, ke 4 orang siswa yang tidak hadir itu sedang ada bimbingan belajar di luar dan mungkin ada yang sedang latihan non-akademis.

Aku ingin menyanggah pendapat kapten basket bego itu! Tapi, ya sudahlah toh si ketua OSIS tidak komentar apa-apa.

"Hm, baiklah kita mulai saja rapatnya walaupun jumlah anggotanya hanya-" perkataan Okta itu terpotong oleh kedatangan seorang siswa yang tampaknya sangat brutal.

"Jangan lupain gue!" sergahnya dengan santai berjalan menuju tempatnya di depan ku.

"Oke, jumlah anggotanya 17 orang. Kita langsung mulai saja ya. Kalian pasti sudah tau kan kalau tanggal 11 sampai tanggal 15 nanti bakalan ada porseni?"

Kami semua mengangguk.

"Nah, selama 5 hari itu kita harus bisa menyiapkan beberapa kegiatan yang nantinya sangat berkesan. Seperti, mungkin dengan adanya kejadian-kejadian aneh. Gimana menurut kalian?"

Kami semua tampak berpikir. Begitupun cowok brutal yang duduk di depanku ini. Halah, sok berpikir kaya yang punya otak aja.
Hah, mungkin kali ini kata-kataku kasar.

kejadian kejadian aneh apa maksudnya?

"Maksud lo, kejadian kaya 3 tahun lalu tentang terbakarnya ruang kesenian?" sahut si cowok brutal itu tiba-tiba dengan tampang sok nya itu.

9 o'clockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang