5

12 1 0
                                    

Rafi POV

Pemandangan membosankan ketika aku melewati koridor sekolah menuju lokerku.

Bagaimana tidak? tiap mata memandangi ku. Ya aku tau aku memang ganteng. Tapi, tetap saja itu membuatku risih.

Akhir akhir ini aku sangat dekat dengan seorang murid baru dikelasku. Namanya Leo.

Dia orangnya baik dan ramah. Namun, aku merasakan ada perasaan aneh kalau didekatnya. Apalagi, perasaan itu semakin kucurigai setiap dia berbicara dengan Tarisha.

Ya, Tarisha. Sahabatku sejak SMP. Sampai detik ini aku berusaha untuk berjanji pada diriku untuk menjaganya, walaupun aku tidak memiliki perasaan lebih kepadanya.

Setiap orang disini mengira kami berpacaran. Huh, sampai dibilang best couple

Sambil bersenandung kecil, aku membuka lokerku dan berniat untuk mengambil handuk kecil dan beberapa kertas musik.

Ah, ada amplop.

Pasti surat dari para fans.

Tapi-

Kenapa amplopnya warna item? Biasanya juga kan warna pink.

Wah, perasaan ku ga enak.

Demi keamanan, aku mengambil amplop itu dan menyimpan nya disaku celanaku.

Aku berjalan ke arah ruang panitia dan OSIS untuk menanyakan amplop ini.

"Kalian, mau nanya,"

"Hm tiba-tiba datang. Kayanya pertanyaan penting. Apaan?" Okta menyaut dengan nada angkuh.

"Gini, barusan gue dapet amplop warna hitam. Pengirimnya anonim. Kalian juga dapet?"

Mereka saling pandang dan heran.

"Nggak tuh, emang isinya apaan?" jawab Velicitia mewakili yang lain

"Ga tau juga sih belum diliat"

"Ah, palingan penggemar lo kali" celetuk Doni. Yang lain membenarkan.

"Gitu ya? yaudah deh makasih, gue mau latihan dulu"
----
Author POV

"Yo, Rafi!" sapa Aldo sembari berhigh five dengan Rafi.

"Tumben telat dateng," kata Daffa yang sedang sibuk memainkan ponselnya.

"Hhm, tadi ada halangan sedikit. Udah hadir semua?" jawab Rafi dengan mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan.

"Tinggal si item nih belum dateng," jawab Seta yang sedang membaca komik.

Rafi hanya mengangguk lalu duduk di kursi sebelah Seta yang kosong.

Pikirannya terganggu oleh amplop berwarna hitam itu.

apa mereka juga dapat? tapi kan mereka bukan panitia.

"Aish," Rafi mengacak ngacak rambutnya frustasi.

"Kenapa lo?" tanya Fachrul yang sedari tadi hanya diam

"Ah tidak, tadi ada kutu loncat di rambutku," jawab Rafi dengan melirik ke arah Fachrul yang memandang dengan tatapan aneh. Rafi yang menyadari itu dengan sigap menurunkan tangan dan merapikan kembali rambutnya.

Fachrul menyadari ada yang aneh dengan sikap Rafi tadi. Karena seorang Rafi ga biasanya bersikap diam begini. Biasanya dia yang selalu mengeluarkan lelucon konyol dengan Daffa. Tapi, hari ini Rafi hanya diam dalam pikirannya.

semoga tidak terjadi apa-apa, pikirnya

"Anjir, si item lama banget! Bisa lumutan dah kita disini. Do, do telpon si item gih," seru Radi yang memiliki suara cetar. Sepertinya Radi udah stres duluan dengan menunggu kehadiran Desta.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

9 o'clockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang