3

12 0 0
                                    

Leo POV

Sesaat sampainya aku didepan gerbang rumah, aku melihat seorang cowok bertubuh tinggi, ya cukup atletis, mata yang agak besar dengan balutan pakaian serba hitam menghampiriku dengan senyum liciknya.

Kenapa malam ini aku harus berurusan dengannya?

Dasar cowok tidak tau diri.

Dia pantas jadi di bedakan oleh orang tua kami.

Dia bukan cowok baik baik.

Dia hanya seorang perusuh yang mencoreng nama keluarga.

Kulihat seringai licik nya yang terlihat menjijikkan.

Aku hanya menatapnya tajam
"Ada apa?" tanyaku dingin

Dia menyunggingkan senyum kecutnya, "Gue mau pulang. Boleh?"

"Bukan urusan gue." jawabku langsung pergi menghindarinya namun tubuh kekarnya mampu mencekal tanganku.

Hey, jangan salah tubuhku juga atletis, hanya saja aku kurang tinggi dan sedikit kurus.

"Ayolah, mumpung lo masih gue anggap saudara." ucapnya.

Keterlaluan! Memang siapa yang menganggap kami saudaraan? Nenek buyut nobita?

"Hah?! Lo bukan saudara gue juga, gue udah bersyukur!" ucapku dengan nada nyolot

"Wesh, biasa aja dong adek manis. Abang mu ini kan cuma mau pulang. Masa ga boleh sih?"

Abang, abang, kamu bukan abang ku! Kalau abang tukang becak sih iya, mirip hampir 11-12!

Ok, dia emang lahir duluan daripada aku. Kita cuma beda selisih 2 menit 58 detik. Cuma, secara pemikiran, aku lebih dewasa di banding dia.
Aku lebih- ya setidaknya masih punya otak daripada dia.

"Memang ada yang ngelarang lo pulang hah? Kalau mau masuk ya terserah lo aja, bukan urusan gue. Asal kalau lo dimarahin mamah atau papah, gue ga ikutan. Dan inget itu semua bukan urusan gue! dan gue bukan adek manis lo lagi! " sahutku geram melihat tampang kecut nya lalu melepas cengkalannya dan pergi masuk rumah.

Kukira selama dia kabur, dia bakalan berubah-ya setidaknya jadi sedikit lebih berbeda daripada sebelumnya.

Aku melempar tasku dan menghempaskan tubuhku ke atas kasur.

Mengingat hari ini saja sudah membuatku muak apalagi ditambah kedatangan si anak cunguk itu

Argh, sudahlah saatnya aku tidur.

------

Aku berjalan malas menuju kelas. Entah kenapa sejak kejadian tadi malam, mood ku berubah total.

Pasalnya, orang yang tidak ingin kutemui muncul dan terus menghantui pikiranku. Damn it.

Apalagi sekarang, orang orang disekitarku memandangku risih. Apa aku terlihat aneh?

"Itu Leo kan? dia kenapa? lagi marah?"

"biasa aja kali matanya, gausah nyolot"

"abis berantem nih kayanya Leo"

Oh, pantas. Mereka melihatku begitu, karena mataku yang besar ini. Kadang disaat aku terlihat biasa saja, mereka malah mengira aku sedang marah.

Tapi, sekarang aku tidak sedang marah. Malah sekarang mood ku sedang berantakan.

Saat aku melihat bangku itu, aku kira dia bakal jadi moodboster ku. Nyatanya, dia saat ini juga sedang murung. Buktinya, kantung matanya yang hitam dan matanya yang sembab.
Oh, dia habis menangis. Kenapa?

9 o'clockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang