Jieqiong terbangun dari tidurnya di suatu masa.
Matanya mengerjap-ngerjap selama beberapa kali, berusaha menyesuaikan penglihatannya dalam ruangan yang minim akan cahaya. Usaha yang nyaris nihil, kamar tidur mereka minim akan temaram sinar. Jieqiong yang masih mengumpulkan kepingan kesadarannya mengira-ngira bahwa sekarang masih belum pagi-dini hari tepatnya, mungkin sekitar pukul tiga atau empat dini hari. Masih terlalu awal untuk memulai hari, apalagi pada akhir minggu seperti sabtu atau minggu; kegiatan yang tidak mendesak bisa menunggu hingga nanti.
Jieqiong mendesah pelan sembari memutar badan sedikit, pandangannya jatuh pada langit-langit ruangan; gelap, tidak ada cahaya yang menerangi sama sekali. Apalagi suhu ruangan yang dingin akibat pendingin ruangan serta temperatur hari yang rendah akibat embun pagi berselimut kabut tipis di luar sana.
Ia pun lalu membayangkan debu bintang yang meliuk dan berputar ataupun konstelasi-konstelasi yang berpeta menghiasi sepetak bidang datar berukuran sedang itu, berkhayal bahwa benda selestial itu bisa ia raup dalam genggamannya dalam sekali tangkap-sehingga Jieqiong tidak perlu repot-repot lagi menyeret Mingyu ke bukit pada malam hari untuk menyaksikan hujan meteor ataupun sekedar melihat bintang-bintang yang bertaburan di langit malam.
Namun, tidak sesederhana itu. Jika Jieqiong dapat dengan mudahnya mencuri bintang untuk ia simpan sendiri, bukankah semesta akan bisa runtuh juga dengan kapabilitas seperti itu? Jieqiong mengendus, pikirannya telah jauh berkenala kemana-mana. Seandainya khayal bisa diwujudkan begitu saja, Jieqiong memiliki banyak pengandaian yang ingin ia ubah menjadi realita. Begitu banyak hal yang belum tersampaikan olehnya, dan salah satu angannya adalah untuk memaparkan itu semua.
Ada ratusan pengandaian yang ada dalam pikiran Jieqiong sehingga ia sendiri bingung hendak mulai darimana jika diberi kesempatan untuk berbicara. Sebagian terdiri dari pertanyaan yang sudah lama ia pendam, tetapi ragu untuk dikeluarkan. Jieqiong sampai sekarang sering berpikir tentang pertanyaan yang selalu diawali tentang bagaimana jika.
Tak dipungkiri lagi bahwa Jieqiong selalu mencari jawaban atas pertanyaan di sela-sela harinya, terutama tentang bagaimana jika ia yang tidak cukup baik dan terkadang padangan orang terhadap dirinya itu. Bagaimana jika Mingyu menganggapnya masih kurang baik menjadi seorang istri yang mengurusi rumah tangga mereka? Walaupun Jieqiong yang sudah mati-matian belajar memasak ataupun bersikap sebisa mungkin sebagai istri yang sempurna, akankah itu cukup untuknya?
Lalu, bagaimana jika Mingyu berpaling darinya karena Jieqiong yang masih penuh cela seperti ini? Ia tahu bahwa terkadang ia merasa minder dengan perempuan-perempuan lain tanpa alasan yang pasti dan menyebabkan pemikiran konyol itu mampir. Meski hukum telah mengikat, tapi siapa yang tahu? Secuil probabilitas bisa saja berakibat fatal.
Pagi begitu lama merangkak bangun dari tidurnya dan Jieqiong mengusap logam perak kecil yang melingkar di jari manisnya. Mingyu pasti akan menyentil dahinya dan akan marah apabila Jieqiong berpikiran yang tidak-tidak seperti itu. Akan tetapi, rasa khawatir memang adakalanya membuat dirinya tidak bisa berpikir jernih.
Namun, Jieqiong kemudian paham bahwa tidak ada manusia yang bisa menyentuh titik 'sempurna' itu. Ketidaksempurnaan adalah hal yang manusiawi, hakekat yang tidak bisa lepas dari diri tiap individu. Hanya insekuritas dan ansietas serta teman-temannya yang lainlah yang membuat orang berpikir bahwa kesempurnaan itu bisa diraih oleh manusia.
Dan seringkali ada terlalu banyak perkara dengan pasokan jawaban yang tidak memadai. Oleh karena itu, biarlah. Terkadang pertanyaan itu ada dan akan terjawab pada waktunya sendiri; ataupun ada tanpa perlu adanya jawaban.
Jieqiong sadar bahwa pernikahan adalah suatu komitmen dan ia tidak perlu lagi mempertanyakan komitmennya. Komitmen yang membuatnya bersama dengan orang yang memilih hal yang sama. Karena jika hanya berlandaskan perasaan, itu adalah hal yang tidak kokoh. Perasaan merupakan sesuatu yang berubah-ubah dan mereka tidak akan bisa menautkan diri di sesuatu yang mudah goyah tersebut.
Ia hanya harus percaya disaat situasi memburuk, mereka harus bisa berkomunikasi; memilih untuk mengidentifikasi apa yang rusak dan bagaimana cara memperbaikinya, atau juga memilih untuk menciptakan ulang banyak hal yang bisa membuat mereka saling jatuh cinta lagi disaat mereka hampir putus asa.
Kali ini, Jieqiong mengubah posisinya ke samping, menatap wajah teduh Mingyu yang terlelap. Tangannya ia rentangkan sedikit ke atas sebelum membelai helaian-helaian itu dengan jarinya lembut, berusaha untuk tidak membangunkan sang pemuda. Nyaris saja ia terkesiap ketika Mingyu bergerak, meski nyatanya pemuda itu masih terbuai dalam tidur nyenyaknya. Jieqiong kali ini berusaha untuk bergerak lebih ringan lagi, sebelum berkata,
"Mingyu, terima kasih karena telah membiarkanku mencintaimu, ya."
Walau Jieqiong hanya sekedar berbisik; seakan membalas kalimat Jieqiong ataupun ia tengah bermimpi apa, Mingyu bergerak mengeliminasi ruang di antara mereka dan menariknya dalam rengkuhan sebelum membenamkan wajahnya pada leher sang perempuan, masih dalam tidur yang tidak terganggu mendatangkan hangat yang begitu familier untuk Jieqiong. Dan Jieqiong pun mendapat jawabannya sendiri. Ia tidak perlu bertanya banyak hal seperti itu disaat perasaan mutualnya masih terjalin dengan begitu mutlaknya.
Karena tidak ada lagi yang bisa menjadi fondasi yang lebih kuat selain kepercayaan untuk satu sama lain, bukan begitu?
Jieqiong hanya harus percaya dengan Mingyu, seperti Mingyu yang juga percaya padanya. Sehingga ia tidak perlu takut lagi akan hari dimana ketika seseorang berkata bahwa Jieqiong adalah semestanya tetapi tidak dapat melihat bintang-bintang lagi dalam mata perempuan itu, namun masih memilih, berdedikasi, dan tidak akan menyerah untuk mencari sampai mereka menjumpai bintang-bintang itu lagi.
.
.
note: happy belated birthday, kim jieqiong hehe ❤祝你生日快乐, 姐姐!
KAMU SEDANG MEMBACA
given home.
Fanfiction[kompilasi dari cerita pendek] ❝ jieqiong selalu memberi tempat untuk berpulang pada mingyu. ❞