Mingyu hampir tiap saat mengabadikan momen-momen dengan kamera miliknya.
.
.
i. wajah jieqiong.
Mingyu ingat mereka berhenti sejenak di pinggir jalan saat matahari nyaris menyentuh ufuk barat dan Mingyu tanpa basa-basi lagi langsung mengambil gambar profil wajah Jieqiong yang tengah bermandikan cahaya keemasan matahari terbenam. Dan Mingyu mengira bahwa Jieqiong merupakan salah satu daripada Hesperides yang sedang tersesat bersamanya. Terlalu cantik untuk menjadi nyata.
.
ii. mingyu terjatuh.
Mingyu mengatur timer pada kamera terlebih dahulu sebelum ia datang ke arah Jieqiong dengan kecepatan penuh, takut jika ia terlambat. Tetapi yang ada, Mingyu dengan malangnya tersandung sehingga ia malah jatuh di lantai dan foto itu hanya menampilkan dirinya yang tengah tengkurap dengan Jieqiong yang berteriak kaget.
.
iii. punggung jieqiong.
Diambil secara diam-diam. Jieqiong sedang begitu fokus dengan sketsa dan desain busana musim seminya-terbukti dengan terdengarnya coretan-coretan pensil di atas bukunya dan tangan yang belum berhenti menari di udara. Mingyu menebak-nebak jika perempuan itu tengah mengerutkan dahinya sembari menggigit bibir bawahnya, ekspresi yang tidak pernah gagal membuat Mingyu gemas karena Jieqiong terlihat manis ketika berkonsentrasi. Jadi daripada menganggu, pemandangan punggung sang perempuan yang membelakanginya sudah cukup, kok.
.
iv. mingyu yang tertidur di mobil.
Jalanan Seoul macet parah; sedang ada konstruksi jalan, kalau tidak salah. Jieqiong dengan tanpa suara mengambil foto Mingyu yang tengah terlelap di kursi pengemudi, terlalu bosan untuk tetap terjaga selama mobil mereka terjebak di barisan yang panjangnya hingga tiga kilometer.
.
v. wajah jieqiong yang buram.
Jieqiong sedang kesal tetapi Mingyu sedari tadi dengan genjar mengganggunya. Siapa, sih, yang tidak marah jika saat sedang duduk diam tiba-tiba ada orang yang menusuk-nusuk pipi dengan gestur jahil terus-menerus? Alhasil mereka kejar-kejaran seperti tikus dan kucing.
.
vi. tulisan nama mereka.
Jieqiong menulis nama mereka di atas pasir pantai, mengukir hamparan butiran putih itu dengan jarinya membentuk tiap huruf dari nama mereka. Terlihat sangat cocok berdampingan, sehingga Jieqiong bercanda jika mereka memang ditakdirkan untuk bersama. Namun Mingyu menggeleng. Bahkan jika nama mereka bukan Mingyu dan Jieqiong, pemuda itu berjanji agar selalu bersama sang perempuan.
.
vii. segelas susu dan secangkir kopi.
Minuman yang begitu kontras warnanya dengan permukaan susu vanilla putih yang tak beriak di gelas kaca serta tetes kopi hitam berwarna senada dengan cangkirnya. Apa boleh buat, Jieqiong belum bisa mengonsumsi kafein barang sedikit pun sehingga Mingyu bersikeras untuk membuatnya meminum susu sebagai gantinya.
.
viii. mereka yang bermain hujan.
Mingyu dan Jieqiong tidak peduli jika umur mereka hendak menginjak kepala tiga. Tidak ada salahnya untuk merasa muda kembali, bukan? Lagi pula hanya sekali ini mereka basah kuyup sembari menari di bawah hujan. Kamera di letakkan tidak jauh dari mereka, bahkan diberi proteksi berupa plastik bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
given home.
Fanfiction[kompilasi dari cerita pendek] ❝ jieqiong selalu memberi tempat untuk berpulang pada mingyu. ❞