Pulang

223 9 2
                                    

Wei menggenggam pegangan kopernya erat-erat seolah takut akan ada orang yang merebut koper itu dari tangannya. Ia memandang sekeliling terminal yang ramai, banyak orang yang menunggu dengan sabar bus tujuan keberangkatan mereka. Teriknya matahari dan udara yang gerah cukup mengganggu tetapi tampaknya mereka tidak peduli.

Tidak seperti para calon penumpang yang lain, yang Wei tunggu adalah Rick. Ia menunggu tetangganya yang kurus ceking itu datang menjemputnya. Tapi sudah hampir setengah jam Wei menunggu, Rick tidak muncul-muncul juga. Wei mulai tidak sabar.

Sejak awal Wei memang tidak ingin pulang, tetapi Mama memaksanya. Beliau ingin Wei menemui Henry, ayahnya, yang mulai sakit-sakitan.

Sebenarnya Wei tidak peduli apakah Henry sakit atau sudah meninggal. Toh, sejak awal Wei sudah memutuskan untuk tidak peduli tentang apa pun yang berhubungan dengan ayahnya. Pria itu juga tidak peduli dengan keadaan Wei. Dia tidak pernah datang untuk mencari Wei dan ibunya. Bahkan mengirim surat saja tidak pernah. 

Sekarang, entah kenapa Wei mau saja datang setelah Mama Alian, istri kedua ayahnya, membujuknya datang. Padahal Wei bersusah payah melupakan kehidupan masa lalunya. Terutama Henry. Apa lagi yang bisa Wei harapkan dari pria seperti itu? Kebanggaan Wei yang dulu karena memeliki ayah seperti Henry juga sudah hilang setelah ia membawa pulang Mama Alian dan Via ke rumah. Bagi Wei sekarang ini, Henry hanyalah seorang penjahat.

Hari semakin siang dan Wei semakin tidak sabaran. Wei merogoh sakunya dan meraih ponselnya untuk menghubungi Rick tapi yang terdengar hanya nada sibuk. Sekali lagi Wei mencobanya dan akhirnya tersambung juga.

“ Rick, kamu dimana? Aku sudah nunggu di sini seperempat jam.”

“ Loh, justru aku sudah nunggu kamu setengah jam di sini. Kamu di mana?”

“ Gimana sih? Aku nunggu di depan loket.”
“ Aku duduk deket loket!”

Wei bengong mendengar keterangan Rick. Ia melihat sekeliling dan menangkap sosok seorang cowo berkemeja biru muda dengan lengan digulung sedang sibuk menelepon dan melihat sekeliling seolah mencari sesuatu.

Sedikit ragu, Wei mendekatinya perlahan dan melihatnya dengan lebih seksama. Cowo itu tidak kurus malah terlihat tegap seperti olahragawan, kulitnya putih, dia memakai kacamata dan rambutnya dimodel spike. Ngga mungkin dia Rick, pikir Wei sambil memalingkan pandangannya tepat saat cowo itu membalas tatapannya.

“ Wei?” tiba-tiba namanya dipanggil. Wei menoleh dan cowo itu sudah berdiri di dekatnya sambil memandangnya dengan tatapan tidak percaya.

“ Wei ‘kan?” tanya cowo itu lagi untuk lebih meyakinkan. Wei mengangguk ragu.

“ Ini aku Rick!” Wei terdiam beberapa saat dan hanya bisa terpaku di tempat. Masak cowo itu Rick teman kecilnya yang dekil itu.

Rick mengulurkan tangannya dan dengan ragu Wei membalasnya. Wei merasa kalau senyumnya terasa sangat kaku karena ia masih tidak percaya dengan perubahan Rick.

“ Kamu beda banget! Udah gede ya!” Wei tersenyum sekilas mendengar komentar Rick. Bukannya dia yang sangat berubah? Dia seperti katak yang berubah menjadi pangeran.

“ Yuk, mobilnya ada di sana.” Dengan sigap Rick mengangkat koper Wei dan membawanya ke mobil jip tua butut yang sudah sangat dikenal Wei. Mobil itu masih terawat rupanya.

“ Memang masih bisa jalan?” tanya Wei sambil membelai mobil itu. Banyak kenangan indah yang terjadi bersama mobil itu.

“ Masih. Aku merawatnya dengan baik. Sejak Oom Henry memberikannya sebagai hadiah ulang tahun padaku.”

Wei mengerutkan alisnya mendengar cerita Rick. Henry memberikan jip kesayangannya pada Rick? Setahu Wei, ayahnya tidak akan memberikan jip itu pada siapa pun. Bahkan pada anaknya sendiri. Bagaimana bisa Rick bisa mendapatkannya sebagai hadiah? Sebegitu spesialnyakah Rick dimata Henry?

CINTA TERTUTUP LUKA  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang