Mereka Dulu...

113 2 3
                                    

Prak!

Tiba-tiba sebuah booklet jatuh ke atas meja tepat di depan Wei. Wei menoleh dan ternyata Henry yang melemparkan booklet itu. Wajahnya tampak sangat berseri.

" Wei, Ayah ingin kamu segera mempersiapkan acara pernikahan kamu dengan Oscar. Jadi ini booklet contoh-contoh undangan, kue tart dan pakaian pengantin. Ayah ingin ikut memilih untuk memastikan kamu akan memilih yang terbaik."

Wei memandang booklet itu tanpa bisa berkedip. Ia merasa ngeri sekali. Ia berharap syahnya hilang ingatan dan melupakan rencananya tapi hal itu bisa terjadi hanya 1 berbanding 1000.

Henry duduk di samping Wei dan membuka-buka booklet itu. Matanya berbinar sekali. Entah kenapa melihat ekspresi ayahnya hati Wei terasa hangat. Ia rindu melihat senyum ayahnya. Senyum yang menunjukkan kebahagiaan.

" Lihat ini. Cantik sekali. Bagaimana kalau kamu beli baju yang ini?" tanya Henry sambil menyodorkan booklet itu ke depan Wei. Wei segera bangun dari lamunannya dan memandang gaun pernikahan yang cantik sekali. Terbuat dari sutra, modelnya tidak mengembang tapi jatuh dan tampak sangat ringan. Warnanya putih dengan dihiasi payet dengan pola-pola kecil di bagian dadanya.

" Kamu pasti akan cantik sekali pakai ini. Ayah benar-benar sudah tidak sabar."

Wei menelan ludahnya melihat binar harapan di mata ayahnya. Ia tidak akan pernah mengabulkan harapan Henry. Oscar tidak akan mau menikah dengannya. Tidak akan mau.

Lalu kenapa? Bukankah itu yang Wei harapkan? Membuat ayahnya terluka?

" Ayah sangat ingin melihatmu menikah. Dengan gaun pengantin...kamu pasti akan secantik ibumu."

Mendengar kalimat ayahnya Wei terdiam. Ia tidak berani memandang Henry. Ia tidak mau melihat ada sinar cinta dimata pria itu karena selama ini yang ia tahu Henry tidak pernah mencintai ibunya lagi. Tidak sama sekali.

" Ayah jatuh cinta pada ibumu waktu ia menjadi pengiring pengantin di pernikahan sahabat ayah dan ibu. Dia tampak sangat cantik. Dengan gaun yang putih, senyum yang lebar, matanya yang besar terus memancarkan kehangatn. Ayah tidak pernah bisa melupakannya setelah pulang dari pesta pernikahan itu..."

Wei tidak bereaksi tapi ia merasa gerah. Ia tidak mau mendengar cerita Henry tapi kakinya tidak bisa digerakan untuk diajak berdiri. Ia seperti dihipnotis.

Ayah terus bercerita sambil memandangi gaun pengantin yang tadi ia sukai. Wajahnya tampak sangat sedih dan menyesal. Ia seperti akan menangis tapi Wei tidak mau melihatnya sama sekali. Wei terus menegakkan kepalanya dan tidak mau memandang ayahnya.

" Selama 3 tahun Ayah terus menjadi penggemar rahasia ibumu. Dia tidak tahu kalau aku terus mengamatinya dari jauh. Waktu dia pacaran dengan anak pejabat itu, aku merasa sedih tapi aku tidak bisa berhenti memandangnya. Tidak bisa berhenti mengamatinya. Lalu..."

Ayah tidak melanjutkan ceritanya. Ia malah mengatupkan rahangnya dan menarik napas dalam. Sepertinya ada begitu banyak beban yang ia simpan dan tidak ingin ia bagikan.

" Wei, kamu harus memakai gaun ini. Segera pesan ke toko ini ya? Ayah mau istirahat dulu."

Tanpa menunggu jawaban Wei, Ayah meninggalkan meja makan dan pergi meninggalkan Wei sendirian dalam kebingungan.

Wei hanya bisa memandang punggung ayahnya dengan penasaran. Apa sebenarnya yang ayahnya sembunyikan? Apa yang membuat ayahnya berhenti bercerita dan meninggalkannya?

Wei tidak dapat memperkirakannya..

***

Henry mengatupkan rahangnya dan memejamkan matanya erat-erat. Ia ingin menahan air matanya tapi tidak bisa.

CINTA TERTUTUP LUKA  [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang