Delapan : Cemburukah?

1.5K 62 15
                                    

●○●○●

Ratu melangkahkan kakinya ke rooftop, ia tak peduli saat Sella meneriaki namanya tadi. Ia sudah muak dan jengkel sejak pertama bertemu Farel.

Namun saat sampai di sana, Ratu segera mengernyitkan keningnya. Di sana berdiri seorang laki-laki membelakanginya.

Lengan bajunya nampak di lipat, dasi yang berantakan dan juga rambut yang klimis berwarna kemerahan.

Satu kata yang ada di benak Ratu, badboy.

Ratu melangkahkan kakinya menghampiri laki-laki itu. "Murid baru?" Tanya Ratu saat sudah berada di sampingnya.

Laki-laki itu nampak sedikit terkejut. Ia mengamati Ratu dari bawah sampai atas, kemudian pandangan mereka bertemu.

"Gue Ratu." Ucap Ratu tanpa mengulurkan tangannya, ia malah mengambil sebatang rokok di saku roknya.

"Lo badgirl?" Ratu hanya meliriknya tanpa menjawab pertanyaannya. Apa dari penampilannya, Ratu tidak nampak seperti seorang badgirl? Jika tidak, mungkin kau memiliki kelainan pada matamu.

"Gue Raden--"

"Pffft-" Ratu hampir saja tertawa saat Raden memperkenalkan dirinya.

"Sorry, gak ketahan." Ratu cekikikan.

"Ya mungkin terlihat aneh dengan nama gue, dan juga sedikit gak klop dengan kelakuan gue. Tapi ini gue, Raden."

Ratu manggut-manggut sambil mengeluarkan asap rokok dari mulutnya.

Memang benar nama dan kelakuannya sedikit tidak pas. Tapi, Ratu sempat mengamati Raden. Ia tinggi seperti Farel, dengan rahang yang tegas, memiliki tatapan yang tajam, dan yang terakhir entah kenapa Ratu menyukai kumis tipis miliknya.

"Gimana kalo lo gabung sama gue?" Ajak Ratu dengan senyum kecilnya.

●○●○●

Ratu dan Si Kumis, ralat maksudnya Raden, berjalan melewati koridor kelas 10 yang sepi karena pelajaran sedang berlangsung.

"RATUU!!!" Ratu menghentikan langkahnya. Ia tau suara siapa ini. Siapa lagi kalo bukan... Pak Hendri?!!

Ratu melotot saat Pak Hendri sedang menghampirinya. Ya Gusti, masih mending deh gue di teriakin atau di kejar-kejar sama dugong Spanyol, tapi please jangan Pak Hendri.

"Ngapain kamu menatap saya seperti itu, Ratu?!" Kumis tebal milik Pak Hendri bergerak-gerak yang membuat Ratu menggigit bibir bawahnya menahan tawa.

Mata Pak Hendri beralih pada laki-laki di samping Ratu. "Ini lagi, kamu tuh murid baru, Raden! Jangan dekat-dekat sama Ratu, nanti rabies! Eh salah, maksudnya nanti kamu ketularan sama sikap bandel dia!!"

Ratu memutar bola mata malas. Raden hanya melirik ke arah Ratu.

"Ngapain kamu lirik dia?! Kembali ke kelas kalian!!"

"I-iya Pak." Jawab Raden, namun sebelum pergi ia sempat berbisik pada Ratu untuk menunggunya di gerbang sekolah saat pulang nanti.

Ratu hanya mengangguk saat Raden berbisik di telinganya.

"Kamu ngapain masih di sini, Ratu?!" Tanya Pak Hendri saat Raden sudah pergi.

Ratu beralih menatap Pak Hendri. "Bu Jupe gak masuk hari ini, Pak."

"Siapa kau bilang?" Kumis Pak Hendri lagi-lagi bergerak naik turun, ditambah tatapan matanya yang tajam menatap ke arah Ratu geram.

"Eh salah ya Pak? Bu Juleha maksudnya."

"Gak masuk dari mana? Barusan saya pas-pasan sama dia di depan perpustakaan, Ratu. Tau ah Bapak capek ngurusin kamu, sabodo teuing!!" Ucapnya sambil membenarkan peci kemudian melenggang pergi.

"Nyerocos mulu si Bapak kayak petasan orang kawinan."

Baru saja Ratu ingin melangkahkan kakinya ke kantin, lagi-lagi suara teriakan memanggil namanya. Namun, saat Ratu berbalik tiba-tiba ada kertas yang menempel di keningnya.

"SETAN!! Lo kira jidat gue mading apa?!" Protes Ratu, kemudian ia melotot. "Lo lagi, lo lagi."

Yap, Farel. Ia datang membawa setumpuk brosur yang bersisi tentang FESTIVAL TAHUNAN SEKOLAH.

"Dateng dan lihat band gue, baby." Kata Farel kemudian pergi berlalu meninggalkan Ratu sendirian.

What the... baby? Batinnya.

"EW, JIJIK GUE!!!"

●○●○●

"Wat de pak.. gua bilang apaan tadi ke Ratu?" Farel mengacak rambutnya asal. Malu gengs. Serius dah.

Farel kembali melangkah membagikan brosur ke seluruh siswa. Memberinya dengan senyum ramah seperti biasa.

"Kak Farel itu apa?" Tanya seorang gadis berkuncir kuda dengan kacamata tebalnya. Amel.

"Oh, ini Mel, festival tahunan gitu." Farel tersenyum ramah lagi sembari memberikan satu brosur itu pada Amel.

"Kak Farel katanya ikut ekskul band ya? Berarti nanti tampil dong?" Tanya Amel antusias.

Sedangkan di sisi lain, sedari tadi Ratu memperhatikan percakapan mereka berdua.

Itu Amel IPS 1 kan ya, Batin Ratu.

Ia seperti merasa gelisah saat ada perempuan lain yang berbicara empat mata dengan Farel. Yang dia ingat, sepertinya setiap Farel bertemu dengannya, ia tak pernah tersenyum sebegitu ramahnya pada Ratu. Boro-boro tersenyum begitu, yang ada tiap ketemu selalu adu urat.

Ih apa sih, alay banget.

Farel memalingkan wajah saat hendak menjawab pertanyaan Amel, tetapi matanya malah menangkap basah sepasang mata jauh di sana yang sedang memperhatikannya.

Farel tersenyum simpul padanya, tapi kembali pada sosok dihadapannya.

"Ya pastilah, jangan lupa dateng ya." Farel kemudian pamit dan kembali menatap Ratu yang memperhatikannya tadi, tapi gadis itu sudah memalingkan wajahnya menatap lapangan basket.

Farel kembali membagikan brosurnya. Ia berhenti di samping tangga untuk mengecek handphone-nya yang baru saja berbunyi. Ternyata pesan dari Bundanya.

Bunda : *foto*

Farel mengunduh foto yang dikirim oleh Bundanya.

Deg..

Apa ini?

Bunda : Kamu ingat dia kan?

.
.

●○●○●

Aduh..
Curcol dikit ya. Etapi, minta maaf aja deh. Huehe maaf ya baru apdet, sebenernya bingung mau publish ini atau ngga kemarin ehehe maapkeun ya.
Gantung ya? Sama kok author di gantung jugak sama doih :(

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ratu vs Ketua OsisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang