PROLOG

323 14 1
                                    

  "Eh, sorry sorry"

Sosok itu menatap cewek yang menabraknya dengan matanya yang liar, dan tajam. Cewek itu balas menatapnya dari ujung kakinya sampai kepala, tanpa memperdulikan tatapan yang seolah siap menerkamnya.

Tubuhnya yang tinggi dengan kedua tangan yang diselipkan di kedua saku celananya. Yap! celana seragam sekolah SMA dengan bajunya yang di keluarkan tanpa mengenakan dasi berlambang tut wuri.

Cewek didepannya itu pun pergi bersamaan dengan tatapan semua siswa yang ada di kantin, di susul dengan teman cewek yang lebih tinggi darinya, rambut yang kemerahan di biarkan terulur. Cowok itu masih menatapnya cewek yang berjalan meninggalkannya dengan tatapan membunuh.

"Berlin. Lo kok bisa-bisanya nabrak Dion sih, terus abis itu lo langsung pergi aja" bisik Lala, matanya sibuk mewaspadai tatapan di sekelilingnya.

Ada yang sedang berbisik-bisik, ada yang menatap tajam, ada juga yang menatap ngeri.

"Iyaa, gue kan tadi udah minta maaf. Lagian ya, dia juga ngga jawab permohonan maaf gue, malah matanya jelalatan nggak jelas."Kata Berlin, cewek mungil, berkulit putih terurus, dan rambut hitam yang di jepit sebelah untuk mengalihkan poni panjangnya.

"Asal lo tau aja ya, dia itu..."

"Senior sekolah kita." sela Berlin dengan malas mengakuinya, tapi itu lebih baik dari pada harus mendengar ocehan Lala yang menjelaskannya lebih dalam.

"Nah, itu elo udah tau. Gua denger Dion anak kelas 12 ipa 4 yang dulu pernah gemparin satu sekolah. Gue juga ga tau dan penasaran banget dulu ada kejadian apa si. Aneh banget ga si? Gue nih ya udah join di semua kumpulan gibah di sekolah ini tapi nihil. Gue ga dapet info apapun soal kejadian di sekolah ini dulu" Oceh Lala, yang buat Berlin makin dongol.

"Ngga tau dan ngga mau tau." Kata Berlin yang langsung jalan lebih cepat mendahului Lala.

Lala yang melihat sikap sobatnya mengerutkan keningnya.

"Lin, tungguin dong." Lala mengejar Berlin, tapi Berlin tetap tidak memperlambat jalanya.

"Lo kenapa sih?" kata Lala yang sudah menjejerkan langkahnya dengan Berlin.

"Ngga papa. Cuma ngga mood aja" jawab Berlin yang langsung mempercepat langkahnya dan meninggalkan Lala.

Lala menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Berlin.. Berlin.. abis liat orang setampan nan rupawan kaya Dion kok malah badmood." Gumam Lala

💌sbrnaulya💌

  "Aduhh, mana sih kok belum nongol juga" Kata Berlin sambil berkali-kali melihat ujung jalan yang ada di depan sekolah.

"Mana Lala udah pulang duluan lagi, kalo tau kaya gini mending gue nebeng dia." Kata Berlin yang mulai jengkel sendiri karna udah nunggu hampir setengah jam belum datang juga supir yang ditunggu.

Udah berkali-kali Berlin telpon sopir tapi tidak tersambung. Akhirnya Berlin menyerah dan memilih untuk duduk di kursi yang ada di sebelah kiri gerbang sekolah. Sambil memainkan ponselnya untuk mengilangkan rasa jenuh, tak lama kemidian sebuah motor ninja bewarna merah berhenti di depan Berlin.

Berlin tidak menyadarinya karena telalu sibuk dengan ponselnya. Lalu orang yang menaikinya turun dan duduk disebelah Berlin, baru setelah itu Berlin menyadari kehadirannya.

"Ehm, kayaknya lo punya hutang deh sama gue." Kata Cowok itu.

Berlin mengangkat dagunya dan melihat sosok cowok itu.

hmm,, dia lagi. batin Berlin.

Tanpa memperdulikan ucapanya Berlin berdiri berniat untuk pindah tempat duduk. Tapi niatnya terhenti ketika cowok yang bernama Dion itu menghentikannya dengan memegang tangannya. Berlin menghela napas panjang dan langsung meledakkan kejengkelannya.

You Know My Name, Not My Story  [SLOW UP!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang