Dua : Ailee Melody

80 22 8
                                    

                     

   Sebuah mobil mewah berhenti di depan sekolah yang notabenenya adalah sebuah SMA. Pintu mobil terbuka. Dari dalam, keluar sosok gadis yang sangat di idam-idamkan oleh para lelaki di sekolah negeri yang lumayan popular di ibu kota Jakarta. Ailee Melody Winurya, sosok BAD GIRL dari SMA Kusuma Bangsa. Rambutnya panjang bergelombang dengan warna merah diujung, kulitnya putih seputih susu, wajahnya mulus tanpa noda, badannya seksi di balut seragam dan rok mini yang ketat dan berantakan. Tak lupa anting-anting yang selalu menggantung ditelinganya. Ia memakai sepatu berwarna putih yang sebenarnya sangat dilarang disekolah ini. Tak lupa, permen karet favoritnya selalu bertengger di dalam mulutnya. Penampilannya sangat mencolok diantara murid-murid lainnya. Walaupun penampilannya yang bisa dibilang urakan, masih banyak lelaki yang memujanya. Bahkan, ia sangat disegani disekolah ini. Lelaki saja takut padanya, apalagi perempuan.

"Mel!" teriak Ara, salah satu temannya disekolah ini.

"Hey yo bro!" jawab Melodi. Tangannya melambai ke arah Ara.

"Ini kan hari Senin, tumben loe masuk. Kesambet apaan?"

"Kesambet mbak kunti lagi mejeng!"

"Mana-mana! Mana mbak kuntinya? Bukannya yang suka mejeng itu chili-chilian ya?" tanya Ara dengan polosnya.

"Iya, kunti rasa chili. Nih, kuntinya yang lagi ngomong ama gue."

"Pedes dong. Eh gue maksud loe?"

"Otak loe lola."

"Eh, kurang ajar loe! Cewek cantik sekece badai gini loe bilang kunti rasa chili? Buta loe ya?" teriak Ara.

"Biasa aja dong, jangan teriak-teriak depan kuping gue. Udah tau suara loe kaya' mercon, masih aja teriak."
Melodi menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.

"Ya kali gue dibilang kunti, ya jelas gue marahlah."

"Serah! Udah ah, gue cabut! Bye!" Melodi berjalan dengan santainya ke arah gerbang sekolah.

"Loe mau kemana? Kelas tu sebelah sono woy!" Ara menunjuk arah yang berlawanan dengan yang dituju Melodi.

"Cabut!"

"Loe mau bolos?" Ara berlari mengikuti Melodi.

"Iyalah. Males banget gue disekolah."

"Gila loe, baru aja nyampe sekolah udah mau pergi aja?"

"Males gue, ada mapelnya si bokir. Yang ada ntar kalau gue masuk kelas, bukannya belajar, malah disuruh berdiri depan kelas."

Tangannya berusaha membuka pintu gerbang yang ternyata masih dikunci. Matanya fokus mencari alat yang bisa digunakan untuk membuka gembok, namun nihil. Sementara itu, Ara malah mengoceh nggak jelas memberikan mauidzah khasanahnya untuk membuka relung hati Melodi, agar ia mau mengerjakan PRnya pak Bokir-guru matematika super duper killer dari SMA Kusuma Bangsa.

"Ya itu salahnya loe sendiri sih, nggak pernah ngerjain PR dari dia, nggak pernah perhatiin dia, selalu tidur kalau dia lagi ngomong. Kan sakit tuh dicuekin mulu, makanya dia ngehukum loe biar loe itu sadar kalau dia ngerasa sakit hati loe cuekin mulu, biar loe itu tau kalau dia itu selalu ada buat ngajarin hal-hal rumit yang nggak loe ngerti."

"Stop stop stop. Loe ngomong apaan dah, nggak jelas banget. Mau jadi ustadzah itu ya di masjid aja sono, jangan disini. Udah ah, daripada loe nyeramahin hal-hal yang nggak berfaedah kayak gitu, mending loe bantuin gue manjat nih tembok," ucap Melodi menghentikan kajian pagi dari ustadzah Ara.

"Ih, apaan sih. Orang gue cuma mau nyadari loe doang."

"Tutup mulut loe. Sekarang, loe jongkok!" titah Melodi.

"Mau ngapain?" ucapnya bingung sambil jongkok.

"Udah, nurut aja. Sebagai teman yang baik, loe harus bantuin gue, okey!."

Tangannya memegang bahu Ara. Kedua kakinya bertumpu pada bahu Ara. Dengan susah payah, akhirnya, ia berhasil berdiri diatas bahu Ara.

"Woy! Cepetan napa? Gila, berat banget nih!"

"Bentar-bentar, masih nggak nyampe nih. Mending lo berdiri dikit deh, biar kaki gue nyampe atas tembok."

Dengan kekuatan dalam, Ara berusaha berdiri menahan beratnya badan Melodi. Butir-butir keringat sampai mengalir deras di dahinya.

"Hei kalian berdua! Sedang apa kalian!" teriak satpam sekolahan yang tiba-tiba memergoki mereka.

"Gila mel, sekarang tugas jaganya Pak Sor, mati kita!" ucap Ara.

"Naikkin dikit Ar!" perintah Melody.

"Turun kamu yang diatas."

"Aduh pak, lepasin kaki saya dong, ntar kita jatuh nih!" Pak Sor menarik-narik kaki Melody yang masih belum sampai menggapai atas gerbang.

"Eh eh Ar, jangan oleng dong!"

"Aww!" teriak Ara dan Melody disaat mereka terjatuh.

"Aduh, punggung gue. Remuk badan gue, serasa ditindih tronton. Berat amat sih loe!" Ara berseru kesal pada Melody yang telah menindihnya.

"Sembarangan loe! Badan seksi, bahenol, cethar membahana kayak gini loe bilang tronton! Buta loe!"

"Anjay! Jijik gue dengernya."

"Sudah-sudah, kalian malah ribut sendiri. Saya di kacangin, sakit tau," ucap Pak Sor-satpam sekolah tak terima.

"Idih, bapak baperan dah!" celetuk Ara.

"Biarin! Gini-gini bapak juga manusia yang punya perasaan tau."

"Iya deh Pak Sor yang ganteng."

"Sudah, jangan merayu. Kalian berdua, berdiri! Ikut saya!"Pak Sor menarik lengan kedua gadis itu.

"Yah pak, sakit! Pelan-pelan dong!" protes Ara.

"Diam kamu! Kalian ini, pagi-pagi sudah mau buat masalah."


Hay guys..
Semoga kalian suka ceritaku ini...

Kalau ada yang kurang jelas ma ceritanya, harap maklum yeee, baru PEMULA nih
😂😂😂😂😂

Maka dari itu, aku masih butuh vote dari kalian semua...
Masih butuh saran-saran dari kalian...

Gue tunggu yaak..😜😜

Simfoni Musim SemiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang