Jongin memotong jarak di antara wajah mereka. "Kubilang ada di kiri," ibu jarinya secara tidak sengaja menyentuh bibir Tiffany dan bukannya menyingkirkan potongan daging itu, ia malah mengusapnya lembut seraya menilik mata lentik Tiffany intens.
Pria itu lalu menempatkan tangan satunya pada lengan Tiffany.
Tiffany terkesiap.
Pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Tiffany dengan perlahan sehingga terlihat seperti akan mengecup ceruk lehernya.
Ia berbisik, "aku sudah selesai," lalu meniupkan napasnya di sana.
Tiffany langsung mendorong Jongin agar menyingkir kemudian menutup lehernya protektif. Pria itu tertawa keras-keras.
"How dare you!"
Inilah yang pria itu tunggu-tunggu, her english always sounds good. Menurunkan volume tawanya, Jongin menilik wajah Tiffany secara detail sementara yang menjadi objek mulai risih.
"Jangan melihatku seperti itu," ucap Tiffany tanpa mengalihkan pandangan dari makanannya yang sisa sedikit. "Aku malu."
Apa?
Tiffany bilang dia malu?
"Oke, setelah ini kuantar kau pulang."
—
Waktu untuk mereka keluar sebagai perwakilan perusahaan sudah tinggal menghitung jam saja. Tiffany kini telah mengenakan pakaian yang cukup layak untuk mendampingi Jongin sebagai sekretarisnya.
Sebuah sackdress berwarna hitam itu terlihat pas pada badan rampingnya. Polesan ringan pada wajahnya menambah kesan elegan. Sedikit-sedikit ia berharap agar Jongin setidaknya terkesima akan penampilan barunya tanpa baju kasual yang biasa ia pakai.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
