17

616 90 111
                                    

Marry Me, Secretary Hwang

—17—


Kim Enterprises dengan Kim Jongin sebagai orang nomor satu di dalamnya, kini telah menjadi salah satu perusahaan yang mulai disegani eksistensinya. Sehingga untuk menyikapi itu, sang Chief Excecutive Officer mengekspansi perusahaannya dengan merintis cabang baru di negara lain.


Perusahaan semakin disibukkan kesehariannnya karena keputusan pengekspansian asetnya di The Black Country —London— yang terkesan mendadak dan berdasarkan spontanitas.


Ide itu bermula dari Tiffany Hwang dalam rapat internal bersama tim terkait. Mendadak saja ia menyuarakan pendapatnya tentang prediksi profit dan culture Inggris yang kelak akan membantu mereka merangkak naik lebih tinggi lagi. Semua ia rangkum secara padat dan mudah dimengerti. Segala kecermatannya itu membuat para anggota lainnya tak lantas punya waktu untuk memprotes idenya yang terkesan spontan.


Maka kini, sebagai acara pembukaan cabang baru tersebut, ia selaku sekretaris dari CEO Kim Enterprises harus mengerahkan seluruh dirinya untuk mengabdi pada jadwal bosnya tersebut.


"Kenapa London?"


"Bukankah sudah kubilang bahwa di sana budayanya sangat apik, dengan sumber daya manusia yang cukup tinggi untuk mensejahterakan The Kims, dan lagipula profit kotor yang akan kita dapatkan pada peluncuran pertama produk baru itu setidaknya dapat menutup modal," telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya. "Mungkin 10%?"


Kim Jongin—pria yang senantiasa mendengar respon wanita itu terkekeh. "And what's with The Kims?"


Tiffany membuat v-sign di jemari kanannya. "I like to call it The Kims, haha. Bukankah penerus perusahaan ini tetaplah keturunan Kim?"


"Kau sudah kepikiran untuk punya anak ya, rupanya?"


Tiffany berjengit tak suka. "Apa— hei! Bukan begitu maksudku!"


"Haha, aku bercanda. Kenapa juga kita membahas ini," Jongin mengecek arloji di pergelangan tangannya. Jarum panjang masih menunjuk XI sementara jarum lain mendekati X. Ia mendesah panjang. "Masih satu jam lagi."


Pernyataan Jongin tak mengundang respon dari Tiffany. Lalu yang ia dapati adalah wanita itu yang sedang memainkan iPhonenya dengan wajah bosan. Sesekali ia menguap bahkan memejamkan mata tak mampu menahan kantuk lebih lama lagi hingga ponselnya hampir jatuh.


"Kemarikan ponselmu," Jongin mengambil iPhone Tiffany dan membawa kepala wanita itu untuk bersandar di bahunya. "Tidur saja."


Tanpa ada penolakan, Tiffany bersandar di sana.

Kenapa begitu nyaman?


Kesadarannya yang mendadak turun menjadi 15% itu membawa tangannya agar memeluk perut Jongin dari samping. Mencari kehangatan dari sana. Ia benar-benar sibuk menyiapkan barang-barang Jongin sampai lupa membawa jaket untuk dirinya sendiri.

Marry Me, Secretary HwangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang