Bayu hampir tidak pernah terlihat berbicara bahkan bergurau dengan teman-teman yang lain. Laki-laki itu selalu berkutat dengan bukunya. Tapi sekali berbicara, semua orang selalu terhipnotis untuk mendengarkannya. Itulah alasan mengapa dia menjadi ketua kelas SCI. Bukan hanya karena dia tampan, tapi karena apa yang dibicarakannya selalu hal yang berarti.
Dalam mata pelajaran kesenian, Tania dan Bayu menjadi satu kelompok untuk membuat suatu prakarya. Entah mengapa itu suatu kebetulan yang cukup aneh bagi Tania. Saking anehnya, dia tidak bisa berkata-kata. Ada rasa takut karena tidak akan bisa bersosialisasi dengan baik dengannya. Bayu selalu serius, berbeda dengan Tania yang paling tidak tahan dengan suasana diam yang kaku. Tapi selain rasa takut, Tania menyadari bahwa dirinya berdebar-debar setiap kali mendapati Bayu menatap matanya.
Tania bukannya tidak pernah jatuh cinta. Tapi dia sadar bahwa sebagai seorang siswa Kristen di sekolah Negeri, dia tidak memiliki banyak pilihan. Sudah beberapa kali sejak SMP, dia memendam rasa suka dengan beberapa laki-laki yang beda agama. Tapi semuanya selalu hanya sebatas cinta dalam hati. Tania memang nggak rajin datang ibadah pemuda tiap sabtu, tapi orang tuanya akan selalu mengomel jika dia tidak pergi ibadah di hari minggu. Tania cukup tau kalau dirinya tidak bisa berpacaran dengan yang tidak seiman. Setidaknya dia selalu berusaha untuk menepis semua rasa sukanya dan berfokus pada pelajaran di sekolah.
Meskipun begitu, siapa sih gadis berumur 15 tahun yang nggak pengen pacaran? Bukannya semua novel, film, bahkan sinetron di televisi seakan mau menanamkan ke otak para remaja kalau dirinya nggak berarti sampai ada laki-laki yang menyatakan cinta padanya? Tania juga ingin ada seseorang yang bilang kalau dirinya spesial. Tania juga ingin dikagumi. Tapi sampai sekarang, dirinya begitu takut untuk bahkan menatap mata seseorang. Karena merasa tidak memiliki banyak pilihan, Tania berusaha untuk menjauh dari pencobaan. Tapi rasanya kini dia akan dicobai dengan hebat. Ketika dia melihat Bayu berjalan mendekat ke arahnya sambil tersenyum. Manis.
"Jadi kita mau mengerjakan kapan dan dimana?" Tanya Bayu, berdiri dihadapan Tania. Entah indra penciumannya yang terlalu sensitif atau bagaimana tapi dari jarak itu Tania bisa mencium wangi Bayu. Mungkin itu parfum atau wangi sabun di kulitnya, yang pasti Tania harus berusaha tetap sadarkan diri untuk menjawab pertanyaan itu.
"Dimana aja, bisa." Jawab Tania cepat tidak berani terlalu lama menatap matanya.
"Kalau gitu di rumah kamu aja ya. Besok jam 3 sore. Gimana?" seakan laki-laki itu sudah punya jawabannya bahkan sebelum bertanya. Jawaban Tania pasti akan selalu iya. Bagaimana mungkin menolaknya dengan tatapan maut itu?
"Oke." Tania menarik nafas panjang. Ternyata pencobaan itu tidak berhenti sampai disana. Bayu meminta alamat rumahnya. Bahkan dia duduk di bangku depan meja Tania. Memastikan apakah alamat yang tertera di aplikasi google map di hapenya sudah benar. Percakapan berlanjut dengan membicarakan konsep apa yang akan mereka buat. Semua pembicaraan mengalir begitu saja. Bahkan Tania sampai lupa menolak ajakan Farah dan Efmi untuk makan batagor di kantin.
Jam istirahat telah berakhir. Bayu kembali ke tempat duduknya. Namun sepasang mata itu telah menimbulkan bekas yang lumayan dalam di hati seorang gadis bernama Tania. Ternyata itu merupakan awal bagaimana dia tau bahwa akan sulit untuk menolak debaran di dadanya.
YOU ARE READING
Ada Tania di Hati
Spiritual"Tidak akan ada yang berubah, Bay. Kita akan tetap jadi teman selamanya. Tidak akan pernah lebih dari itu." kata-kata yang keluar dari mulut Tania seakan untuk meyakinkan dirinya sendiri yang juga ragu akan keputusan itu. "Kenapa?" Raut wajah Bayu...