Cobaan terhebat

44 2 0
                                    

Sepasang mata berwarna coklat dengan bulu mata yang lentik itu tampak indah dibalik kaca yang bertengger di hidung yang terpahat sempurna. Bahkan lebih dari pada itu, apa yang ada di balik kepalanya benar-benar membuat Tania terpana. Dia tidak habis pikir mengapa Tuhan bisa menciptakan mahluk yang secara visual begitu sempurna dan kini ada di hadapannya. Bayu itu seperti mahakarya Sang Pencipta. Semua orang pasti setuju itu. Sebuah kenyataan yang berusaha Tania sangkal sekuat mungkin.

"Jadi Tan, nanti kita akan buat pecahan kacanya saling menempel. Sebelum itu di dalamnya dipasang lampu. Menurutmu warna apa yang cocok? Lampu warna putih atau kuning?" Tanya Bayu sambil sesekali menatap Tania yang sedari tadi memandangi tangannya yang sedang menggambar.

"Kuning." Jawab Tania. Ini adalah hari pertama mereka melakukan kerja kelompok. Rumah Tania sepi karena kedua orang tuanya sedang bekerja dan kakaknya kuliah di luar kota. Hanya ada seorang asisten rumah tangga yang setiap pagi sampai sore membantu pekerjaan rumah. Rumah Tania bergaya sederhana dengan halaman yang luas penuh tanaman hias. Setiap sudut ruangannya dipenuhi dengan properti kayu yang diukir. Di sudut ruang tamu ada piano tua yang sedari tadi selalu dipandangi oleh Bayu.

"Tania." Panggil Bayu.

"Ya?" gadis itu menjawab tanpa memandangnya.

"Kok kamu beda dari biasanya?" Tanya laki-laki itu berusaha mencari penyebab dari sesuatu yang mengganjal di benaknya.

"Memang biasanya aku seperti apa?" Tania mengangkat wajahnya dan seketika dia memandang dua bola mata yang dari tadi berusaha dihindarinya. Syukurlah bahwa dirinya pernah berlatih drama sejak taman kanak-kanak, sehingga dia dengan alami dapat menutupi rasa gugupnya.

"Emm... Ya biasanya kamu ramai." Sahut Bayu dengan mata yang tidak dia singkirkan dari wajah Tania.

"Oh ya? Hmm kenapa ya..." Perkataannya terhenti, gadis itu memutar bola matanya "Sepertinya ini waktunya kita untuk istirahat." Ujar Tania sembari meregangkan otot-otot kedua tangannya.

"Tunggu sebentar aku ambilkan snack." Gadis itu bangkit dari duduknya dan menuju ke dapur.

Tania mengutuki dirinya sendiri. Apa yang sudah dia lakukan? Apakah sikapnya yang kaku malah membuat Bayu curiga bahwa dia sedang menyembunyikan sesuatu? Gadis itu berusaha untuk menguasai detak jantungnya dan bersikap seperti biasa. Baiklah, mungkin tidak ada dalahnya melakukan apa yang ingin dia lakukan, mengatakan apa yang ingin dia katakan. Tentu saja bukan jujur tentang perasaannya tak karuan saat itu. Bukan.

Tania kembali menghampiri Bayu dengan beberapa toples snack di tangannya. Langkah kakinya sempat terhenti melihat Bayu yang tengah duduk di depan piano tua di sudut ruang tamunya. Dia sudah menyangka bahwa Bayu bisa bermain piano, karena sejak pertama kali laki-laki itu datang matanya tidak berhenti mencuri pandang pada piano itu. Tania mendekat dan berkata dalam hatinya, sudah cukup membuatku terlalu kagum!

"Kamu bisa main piano?" Tanya Tania. Bayu menatapnya lalu mengangguk dengan antusias. Jawabannya bisa membuat hati Tania saat itu meledak "Kamu mau dengar?" Gadis itu mengangguk. Dipeluknya erat kedua lengannya sendiri. Seakan takut dirinya tidak bisa menguasai diri saking bahagianya.

Bayu mulai menekan tuts piano yang ada di depannya. Tania tau itu adalah 'Romance de Amor' salah satu musik klasik yang biasanya dia mainkan menggunakan gitar. Tanpa sadar Tania berjalan mendekati laki-laki itu. Jari-jarinya yang lihai menari di atas tuts piano, garis wajahnya yang begitu tegas tampak serius dan berkharisma. Tania sadar mungkin dirinya sudah gila karena tidak bisa lagi menahan senyum yang merekah di bibirnya dan dia juga memberikan tepuk tangan yang meriah diakhir penampilan Bayu. Sesuatu yang akhirnya dia sesali karena kemudian laki-laki itu berkata:

"Nah, senyum itu yang dari tadi aku tunggu." Bayu menatap tepat di kedua mata Tania. Tatapan yang sendu dengan senyum yang lembut. Seakan bangga karena telah berhasil membuat senyum merekah di bibir gadis itu. Tania tidak lagi bisa mencegahnya. Hati yang telah sedemikian rupa dia jaga telah dicuri oleh laki-laki itu.

Ada Tania di HatiWhere stories live. Discover now