Tidak ada hal yang June senangi di dunia ini selain membuat Lisa menangis. Selain alasan klasik untuk mencari perhatian Bunda, hal itu juga jadi suatu kepuasan tersendiri untuknya. Menjahili seorang anak perempuan yang terpaut 2 tahun dibawahnya adalah hobinya.
Arjuna Prasetio Hendrawan, bocah sembilan tahun ini sedang tertawa diatas penderitaan Lisa. Padahal mereka baru saja pulang sehabis jalan-jalan dengan Ayah mereka. Tak banyak waktu yang bisa dihabiskan ayah untuk menikmati waktu bersama keluarga bahkan sekadar sarapan bersama sulit rasanya mengingat kini posisinya di perusahaan retail itu membuatnya disibukkan dengan bermacam kegiatan, mulai dari survey tempat hingga mengurus omset.
Sekilas mengenai Ayah, dan kini kembali lagi pada dua bocah yang membuat keributan di rumah mewah dibilangan Jakarta Barat. Si cowok tertawa dan yang ceweknya jejeritan menangis.
"Ada apa, sih? Jalan-jalan udah kenapa malah berantem?" Tanya Bunda yang masih memegang centong, jangan tanya kenapa karena Bunda langsung berlari saat ia sibuk mengaduk nasi di magic com kala mendengar anak perempuannya menjerit.
"Itu kak Jun ngambil es krim Lisa, Bunda!"
"Abisan kamu pelit, sih!"
"Kan kak Jun udah dibeliin mobil-mobilan sama ayah!"
"Mobil-mobilan enggak bisa dimakan tahu!"
"Siapa suruh belinya mobilan!"
Gemas, Bunda menjewer telinga si abang June. Melihat kakaknya meringis, mengaduh minta ampun pada Bunda, Lisa tertawa. Menertawakan kakaknya yang terkena omelan dari Bunda.
"Kasihan deh, Kak Jun! Wlee." Lisa melenggang pergi meninggalkan June juga Bunda.
Namanya juga anak-anak, sulit sekali akurnya. Hal sepele saja diributkan. Susah membuat mereka akur, Bunda yang dua puluh empat jam dalam sehari ada di rumah menjadi saksi bagaimana rusuhnya June dan cengengnya Lisa. Bunda saja kewalahan melihat kelakuan mereka. June menjahili Lisa itu sudah seperti rutinitas wajib dalam kesehariannya, Lisa kadang capek dan malas pulang kerumah. Tapi bocah umur tujuh tahun mau pergi kemana kalau tidak pulang kerumah setelah sekolah?
Tapi, pernah sekali Bunda melihat mereka berdua duduk tenang di ruang belajar dengan June yang serius mengajari Lisa menggambar.
Bunda sangat senang melihatnya dan tenang bisa menyelesaikan drama koreanya tanpa hambatan.
Namun, ketenangan mereka tak bertahan lama. Baru saja beberapa menit menonton drama favoritnya, Lisa berteriak memanggilnya.
"Bunda! Kak Jun nih nakaaaal!"
"Apaan, sih? Orang Jun lagi bantuin Lisa juga!"
Bunda dengan remote-nya berdiri di ambang pintu, melihat kedua anaknya kini beradu argumen.
"Ada apa ini, teh?"
"Itu Bun, kak Jun masa bebek Lisa diwarnain oren! Mana ada bebek oren ada totol-totol birunya lagi, Bun!"
"Kan biar bagus Lisa!"
"Ih bebek itu warnanya putih! Bukannya oren, Kak!"
"Kalo putih mah enggak ada warnanya mending oren biar berwarna gitu!"
Terus aja ribut sampe Jinhwan tingginya ngelebihin Chanyeol.
Setiap perdebatan diantara Lisa dan June selalu berakhir dengan jeweran atau cubitan manja yang mendarat di pipi June. Bunda gemas melihat si sulung begitu hobi menjahili adiknya.
"Mbok ya kalo jadi abang itu ngelindungin adeknya, June.. Bukannya malah bikin adeknya nangis mulu."
Itu yang selalu Bunda ucapkan pada June sebelum tidur. Tapi rupanya ucapan itu hanya dianggapnya angin lalu, masa bodo dengan segala ceramahan Bunda, June menikmati saat-saat ia diomeli Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR FATI • JunLice
FanfictionDosa terindahku adalah mencintaimu, bisakah aku memiliki dosaku? - June Nandaraxxi, 2018