Anggita
"Eh, gawat tuh, ada anak berantem di belakang!"
Aku sedang berjalan ke kanting bersama Ruby dan Ruben saat seseorang berseru begitu. Ruben segera berlari ke lapangan sekolah, sementara aku dan Ruby saling berpandangan. Tak dinyana, perasaanku mulai tidak nyaman. Kami segera menyusul Ruben.
"Gawat." Tiba-tiba saja Ruben sudah berlari ke arah sebaliknya. "Gue cari Har dulu!"
Mendengar nama Pak Har disebut, aku jadi semakin gelisah. Aku berlari ke sana. Di lapangan belakang, sekerumun anak sudah berdiri. Suara tonjokan dilayangkan dan tendangan menghantam tubuh terdengar begitu jelas. Aku memaksakan diri menembus siswa lain hanya untuk melihat teror di depan sana.
Dhimas dan Herman.
Tubuhku terasa kaku. Ucapan Dhimas saat kami putus waktu itu kini terasa menancap tajam di hatiku. Aku mungkin nggak akan keluar dari pertarungan ini dengan selamat. Tolong katakan padaku Dhimas akan baik-baik saja. Tolong katakan padaku Dhimas akan selamat.
"Nggit ...." Ruby menyentuh pundakku, tapi aku terlalu khawatir untuk mengatakan sesuatu.
Aku kira semuanya sudah akan berakhir. Bukankah kemarin V sudah ditangkap dan KVLR sudah dibubarkan? Bukankah markas sekarang akan dibangun jadi tribun dan gudang olah raga? Bukankah semuanya sudah berakhir? Kenapa sekarang Dhimas berkelahi melawan Herman?
Suratnya kemarin ... tolong jangan katakan itu surat terakhir yang pernah dia kirimkan padaku.
"HOI!" Seruan Pak Har yang membahana tiba-tiba terdengar dari jauh. Dia dan beberapa satpam segera menangkap Herman, yang tidak melawan sama sekali saat ditangkap. Fokusku yang sempat teralihkan kembali mencari Dhimas, dan menemukannya persis saat tubuhnya terjatuh begitu saja menghantam tanah.
"DHIM!"
Aku berlari ke arah Dhimas. Wajahnya babak belur, kepalan tangannya terluka, dan sekujur tubuhnya penuh dengan lebam. Aku berlutut di sebelahnya tanpa bisa melakukan apa-apa. Dhimas ... tolong katakan padaku dia akan baik-baik saja.
"Sial." Ruben melesat di sampingku, langsung mengangkat Dhimas. "Tenang dulu, Nggit. Dhimas akan baik-baik aja."
Aku hanya berharap kalimat itu benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] There's No Tomorrow
Historia CortaKomandan terakhir Kavaleri; Fight like there's no tomorrow.