Prolog dan Isi

1.3K 133 15
                                    

  Note: Semua karakter disini bukan milik ku. Mereka tentu milik sang pencipta, ke-dua orang tua, dan para Fans. Cerita ini murni milik ku, jika ingin copas mohon untuk meminta izin agar tidak terjadi kesalah fahaman. "Mohon maklum jika masih banyak kesalahan-kesalahan seperti Typo atau bahasa yang masih kurang pas"  

.

.

.


Berharap untuk melarikan diri? Tidak! Bukan itu yang akan Taeyeon lakukan ketika tubuhnya di oyak-oyak hingga lebam sana-sini. Bodoh? Memang. Tapi apalah daya ketika cinta membutakan penglihatannya dan menulikan pendengarannya. Lalu apa yang dia lakukan jika tidak melarikan diri? Oh ayolah tidak mungkin dia tega meninggalkan pria yang sangat dicintainya sendirian, terpuruk jatuh dalam keputus asaan. Dia hanya terus berusaha untuk bertahan. Yakin akan cintanya dan pria itu.

Tangis kesedihan dengan air mata yang mengering selalu mengiringi ringisan yang keluar dari sepasang bibir ranum tersebut. Ditengah tingginya sang rembulan Taeyeon selalu menahan rasa sakit akibat perlakuan sang suami. Menahan eluhan yang mungkin akan mengusik ketenangan pria tampan disampingnya.

Menatap sejenak sang rembulan sebelum tangan-tangan kecilnya menarik sehelai selimut untuk menutupi tubuh telanjang tersebut. Ketika kelopak mata kecil itu tertutup suntai kalimat doa kembali dia panjatkan. Doa yang selalu sama, doa yang berbunyi "Semoga kebahagiaan menyertainya."


****


Sang rembulan menghilang. Terganti dengan maha raja energi sang matahari. Sinarnya yang gagah berani menentang semua orang untuk menyudahi buaian mimpi yang di antarkan oleh sang rembulan. Memerintahkan semua makhluk hidup untuk kembali menjalankan aktifitas mereka.

Kelopak mata kecil dengan bulu-bulu halus milik Taeyeon- lah yang pertama kali terbuka. Menampilkan manik cokelat indah penghipnotis ulung.

Seulas senyum hadir terhias di wajahnya yang penuh lebam ketika dia mendapati wajah tidur sang suami yang begitu lucu, terlihat polos dan menggemaskan. Ah dia mulai lagi, mengabaikan kembali rasa sakit di sekujur tubuh mungilnya karena teralihkan dengan pemandangan yang sangat jarang sekali dia temui.

Bergerak. Sepasang kaki mungil Taeyeon turun, menjutai kebawah hingga kulitnya merasakan dingin lantai berubin. "Shh.." Ringisan tak sengaja wanita itu keluarkan. Saking sakit dia rasakan pada pertengahan selangkangannya. Ketika sepasang kaki mungil itu telah berhasil menopang bobot ringan tubuhnya.Taeyeon menggigit kuat bagian bawah bibir mungilnya. Sekali lagi, dia mencoba untuk manahan rasa sakit itu.

"Hahh." Menghembuskan nafas pelan diiring dengan elusan didada dan ekspresi lega. Taeyeon menyenderkan tubuh mungilnya di belakang pintu kamar mandi. Dengan sepasang kaki Yang terasa menjadi seperti jelly. Tak bertulang hingga sangat sulit untuknya berjalan.

Deru nafas teratur dengan ekspresi datar mulai Taeyeon kuasai. Tidak dia tidak menangis. Kau tau tadi? Air matanya sudah mengering. Kesedihan untuk hal yang telah dia terima ini sudah terkubur jauh didasar hati. Benar ini bukanlah apa-apa dibanding kesedihan yang dia rasakan saat melihat pria itu kembali mengamuk. Ah yaampun, lihat? Bahkan jika hanya membayangkan wajah sedih pria itu saja sudah memicu liquid bening dari dalam bola mata indahnya.


****


Jiyong membuka sepasang kelopak kecilnya. Membiasakan kedua netra hitam kelam itu pada cahaya yang menentang. Terpejam sekali, ketika dia sudah terbiasa dengan cahaya tersebut, kepala dengan surai hitam cepaknya mulai menoleh ke samping kiri. Secara tiba-tiba suara dengusan kasar terdengar. Dia sudah terbiasa dengan rutinitas pagi yang selalu menonton. Selalu mendapati sang istri tak berada di tempatnya. Kekosongan yang Jiyong dapatkan, tak ada sapaan hangat, ciuman mesra pagi hari ataupun sentuhan halus di tubuh kekarnya.

Dengan kasar tangan itu menyibak selimut kusut yang sempat melilit tubuhnya. Berjalan santai seakan dia tak tahu malu jika saja tubuh telanjangnya dapat di lihat orang lain. Siapa perduli? Toh akalnya sudah lama hilang sejak 2 tahun lalu.

Jiyong berjalan kedalam kamar mandi, membersihkan diri dalam kurun waktu 30 menit. Lalu kemudian pria tampan itu keluar. Langkahnya kembali membawa tubuh kekar Jiyong kearah lemari hitam besar yang elegan. Membuka pintu lemari itu dengan malas, mengambil asal kemeja putih dan jas abu-abu yang sudah siap siaga di pakai.

Harus Jiyong akui, istri mungilnya itu hebat. Dia dapat menyelesaikan masalah rumah tangga dengan baik dan sempurna. Seperti saat ini, Jiyong tidak harus membuang-buang energi hanya untuk memaki wanita itu karena Jiyong tak menemukan sehelai pakaian pun untuk dipakainya kerja. Yah meskipun Jiyong tak tau entah perkejaan ini dilakukan dari tangannya sendiri atau dengan bantuan orang lain. Jiyong tidak perduli. Yang dia perdulikan hanya wanita mungil itu harus selalu siap jika dia meminta jatah untuk bermain. Namun sialnya bagi wanita mungil tersebut, jatah yang di minta Jiyong hampir setiap waktu saat pria itu melihat tubuh sang istri yang entah bagaimana bisa dengan mudah menaikan libidonya.

Benar-benar brengsek bukan?

Tapi itulah dia. Kwon Jiyong dengan kata Brengsek yang tersemat menjadi nama tengahnya.



(TBC)


Our HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang