"Ah kau sudah rapih rupanya.. Maaf aku tidak membantu mu menyiapkan pakaian, aku hanya sempat menaruhnya di dalam lemari tanpa mengeluarkannya." Taeyeon berbicara dengan riang. Seperti biasanya. Dan Jiyong hanya bergeming dengan bokong yang sudah begitu saja duduk di salah satu kursi. Matanya terus memperhatikan gerak-gerik Taeyeon. Menatap seluruh tubuh mungilnya, menginvansi dalam buaian imajinasi kotor yang begitu menggairahkan.
Ck sial!
Jiyong sedang tidak bisa membuang waktunya hari ini karena ada meeting penting. Tapi apalah daya dirinya yang selalu di kalahkan oleh nafsu.
Sempat mendengus kesal. Dengan kasar tubuh itu bergerak, suara derik tuas kursi yang beradu dengan lantai kayu menjadi notice untuk Taeyeon agar segera menoleh. Dan benar saja, tepat ketika wanita mungil itu menoleh, sepasang mata kecilnya sedikit melebar, mendapati Jiyong yang sudah berdiri tegap dengan jarak 1 centi padanya.
"Kau kembali membuat masalah Nona Kim.." Tajam, dalam dan begitu dingin. Jiyong selalu saja bersikap seperti itu padanya. Menyebut nama hanya dengan nama marga keluarganya. Berbicara dengan penuh emosi kesal. Seakan dia adalah hama yang harus di musnahkan jika sudah tak menguntungkan.
Jiyong tak ingin semakin membuang waktu. Pria itu tak perduli bagaimana respon yang Taeyeon tunjukan saat ini. Oh ayolah, jangankan respon, perasaan wanita mungil itupun tak pernah dia perdulikan.
Sepasang bibir mereka sukses bertemu. Menempel diam, hingga mulai bergerak liar. Mengecup, melumat hingga menggigit. Semua itu Jiyong lakukan terhadap Taeyeon yang hanya pasrah mengikuti alur.
Saliva mulai mengalir keluar dari bibir Taeyeon, terus melaju ke dagu, leher hingga belahan dadanya yang sexy.
Seakan tidak ingin kalah dari saliva itu, Jiyong dengan segera menurunkan area jajahannya pada dagu lancip Taeyeon, mengecupnya sekali lalu melumat. Dia tidak mengingit disana. Karena dia tidak begitu menyukai area tersebut. Jajahannya kembali bergerak turun. Kali ini sasaran bibir tebal itu adalah leher jenjang Taeyeon. Di area inilah Jiyong kembali memainkan permainannya. Bercak-bercak merah yang sudah lebih dulu dia buat semalam kembali lagi menjadi area infansinya. Bahkan Jiyong tak segan-segan mengigit kuat area itu yang semakin membuatnya terasa perih dan amat sakit.
"Akh!" Sekuat tenaga wanita mungil itu menahan, jika sudah kembali merasakan sentuhan Jiyong di tubuhnya Taeyeon benar-benar luluh dan meleleh. Sakit namun nikmat.
Taeyeon tidak munafik. Dia mengakui jika dia sangat menikmati sentuhan Jiyong di tubuhnya, begitu menginginkan lagi dan lagi. Tak perduli jika dia kembali merasakan sakit, apa yang telah Jiyong lakukan membuat dirinya mendamba akan hal itu. Sebut saja dia gila. Dan apakah dia itu seorang submission? Sepertinya. Ah! Tapi itu tidak berarti Taeyeon akan menjual tubuhnya demi kenikmatan ini pada lelaki lain. Tidak dia tidak seperti itu. Hanya Jiyong yang dapat membuatnya bisa berkelakuan layaknya submission. Jangan remehkan kekuatan bela diri wanita mungil bernama Kim Taeyeon. Demi janggut merlin dia itu atlet Taekwondo asal kalian tahu. Dia tidaklah selemah yang kalian kira. Yahh bukankah aku sudah katakan sebelumnya dia hanya di buta dan di tulikan oleh cinta.
"Eunghh.." Kembali pada adegan panas disana. Kini tubuh mungil Taeyeon sudah terangkat duduk diatas meja kounter dapur dengan beberapa sisa bahan makanan dimasing-masing sisinya. Kedua kaki kecil itu sudah mengalung erat di lingkaran pinggul Jiyong. Tangan-tangan mungil menjambak lembut rambut cepak pria tersebut. Ini nikmat, membuatnya melayang.
"Akh!" Pekikan kencang terdengar kembali. Jiyong mengigit keras puncak payudarahnya. Karas amat sangat keras hingga Taeyeon dapat mengira-ngira puting itu akan putus dari tempatnya.
Darah mulai mengalir dari sana. Jiyong menyudahi kegiatannya, menatap datar pada salah satu puting Taeyeon yang kini tengah mengalirkan darah.
"Hah..hahh..hah" Deru nafas yang memburu berasal dari Taeyeon, mata yang tengah tertutup itu kembali terbuka, menampilkan manik cokelat yang begitu sayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Happiness
Roman d'amour- Dengan segenap cintanya Kim Taeyeon terus berdiri di belakang Jiyong. - Dengan segenap ke egoisannya Kwon Jiyong terus melangkah meninggalkan Taeyeon. --- (Selesai)